Sabtu, 25 April 2015

My Love From Indonesia

Title      :My Love From Indonesia
Cast       :Lee Jinsol, Park Jimin, and other
Length   :oneshoot
Genre    :Romance (May be), school life
Author   : Nam Ohyun



“Mama, Papa, aku berangkat dulu ya....” pamit seorang yeoja bernama Jinsol pada ayah dan ibunya. Hari ini ia akan berangkat ke tempat yang selama ini ia idamkan. Korea Selatan. Tentunya ia pergi untuk melanjutkan sekolahnya disana. Ia segera menaiki pesawat yang akan membawanya ke Korea Selatan. Selama perjalanan ia hanya membaca buku dan diam, memikirkan apa yang akan ia lakukan selama berada di Korea Selatan. Sesekali ia memandang foto keluarga yang ia selipkan dibukunya.
Beberapa jam kemudian, akhirnya ia sampai di bandara Incheon. Ketika ia sedang berjalan menuju pintu keluar tak sengaja ia di tabrak oleh seorang namja berambut pirang.
.
@Incheon Airport
“Aww!!!” pekik Jinsol.
“Mian. Mianhae, jeongmal mianhae.” Kata namja itu meminta maaf dan berlalu begitu saja tanpa membatu Jinsol bangun.
“Hey!!!” teriaknya. “Aduh, kakiku...” pekiknya sambil memegang pergelangan kakinya yang sakit. Ia pun segera bangun dan melanjutkan jalannya dengan kaki pincang.
“Nona Jinsol!” panngil seorang namja yang merupakan teman ayah Jinsol. “Gwaenchanha?”
“I’m okay uncle.” jawab Jinsol singkat. Ia tidak mengerti banyak tentang bahasa Korea. Kemudian mereka segera menuju ke mobil milik Paman Jeon.
“Terima kasih paman. Maaf, kalau saya merepotkan.” Ucap Jinsol.
“Tidak. Kamu sama sekali tidak merepotkan. Paman malah senang kamu datang ke negeri ini. Nah, kita sudah sampai. Ayo turun.” Akhirnya mereka berdua pun turun dari mobil itu.
“Waaahh...” Jinsol kaget melihat pemandangan yang sedang ada di hadapannya. Ternyata rumah pamannya jauh lebih besar dari rumahnya.
“Hey Jinsol. Sampai kapan kau akan berdiri disana? Ayo masuk...” ajak paman Jeon.
“Oh ne” Jinsol merasa sangat kedinginan karena ia terbiasa dengan udara panas di Indonesia. Ia segera memasuki rumah besar milik pamannya itu. Di dalam sudah ada seorang yeoja yang tak lain adalah istri Paman Jeon dan putranya yang bernama Jeon Jungkook.
“Hey Jinsol, kamu sudah datang?” sapa bibi Jeon.
“Ya tante.” Jawab Jinsol segera.
“Jungkook kenalkan ini Jinsol.” Kata Paman Jeon sambil memperkenalkan Jinsol pada Jeon Jungkook.
“Annyeong haseyo. Jeon Jungkook Imnida. You can call me Jungkook.” Sapa Jungkook yang di balas dengan anggukan dari Jinsol.
“Jungkook, Dia datang dari Indonesia untuk melanjutkan kuliah disini. Dan mulai besok kamu akan berangkat sekolah bersamanya.”
“Ne appa.” jawab Jungkook pasrah.
“Oh iya. Jungkook antar Jinsol ke kamarnya.” Perintah Paman Jeon.
“Ne appa.” Jungkook pun mengantarkan Jinsol ke kamarnya.
“Umm... Oppa! You can speak Indonesia?” tanya Jinsol.
“Of course saeng. Karena appa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.”
“Oh, kalau begitu, aku tidak perlu menggunakan bahasa Inggris kan kalau berbicara dengan Oppa?”
“Iya... ya sudah mandi dan istirahatlah. Kamu pasti lelah. Apalagi besok kamu sudah mulai sekolah.”
“Iya... makasih Oppa.” Jinsol pun segera mengunci pintu dan segera mandi. Selesai mandi Jinsol tidak lupa mengirimkan sebuah pesan kepada keluarganya di Indonesia kalau ia sudah sampai dengan selamat, kemudian tidur.
.
“Saeng, apa kau yakin akan berpenampilan seperti itu ke sekolah?” tanya Jungkook.
“Why? Aku suka dengan penampilanku. Lagipula kalau aku berpenampilan seperti semalam, aku takut. Takut ada yang suka sama aku. Hehe...” jawab Jinsol sangat percaya diri.
“kamu... bisa aja buat aku ketawa....” ujar Jungkook sambil sedikit tertawa.
“Appa, Eomma, aku berangkat dulu. Annyeong...” pamit Jungkook sambil melambaikan tangan. Berbeda dengan Jinsol yang terbiasa dengan mencium tangan Paman, dan bibi Jeon.
“Paman, Bibi, Jinsol berangkat ya...” pamit Jinsol.
“Iya. TTDJ ya...”
“Iya” “Ne” jawab Jinsol dan Jungkook bersamaan.
.
Daekyung University
“Awww!!!” pekik Jinsol. Ia tertabrak lagi oleh seorang namja yang kemarin menabraknya di Bandara.
“Neo...!” “You?!” ucap keduanya kompak.
“You are in bandara yesterday, right?!” tanya Jinsol memastikan. Namun pertanyaan Jinsol tak di hiraukan oleh Jimin. Ia berlalu begitu saja. Sama seperti kemarin.
“Jinsol, are you okay?” tanya Jungkook yang tadi sempat meninggalkannya karena jalan Jinsol sangat lambat.
“Oh.. I’m okay oppa.” Jawab Jinsol.
.
@Class
“Students. Kita kedatangan siswi baru dari Indonesia. Jinsol silahkan masuk.” Ujar saem sambil mempersilahkan Jinsol masuk.
“Hy all. Let me introduce my self. My name is Lee Jinsol. I came from Indonesia.”
“Ya! Hyung ireona... ada siswi baru.” Bisik Taehyung.
“Ah.. biarin. I don’t care.” Jawab Jimin malas dan tanpa menoleh sedikitpun pada Taehyung.
“Oke Jinsol, kamu bisa duduk di sebelah Jimin. Kamu tidak keberatan kan kalau duduk dengan namja?” Jinsol mengangguk dan tanpa banyak bicara Jinsol pun segera menuju bangku Jimin.
“Hyung dia menuju ke bangku kita. Palli ireona Hyung...” akhirnya Jimin bangun dan ia kaget melihat siswi baru yang Taehyung maksud.
“Tto? Aish... kenapa dia selalu muncul di hadapanku?” gerutu Jimin.
“Wae?” tanya Taehyung.
“Dia yeoja yang aku maksud kemarin V... culun banget kan?” Jimin menutup wajahnya dengan sebuah buku yang ada dihadapannya.
“Excuse me...” sapa Jinsol. Jinsol sebenarnya sudah tau kalau namja disebelahnya itu adalah namja yang menabraknya tadi dan kemarin. Tak lama kamudian dia membuka mulut. “Sampai kapan kau akan menutupi wajahmu seperti itu Park Jimin? Aku sudah tau kalau kamu yang menabrakku di bandara dan di koridor tadi.” Ujar Jinsol tanpa menoleh pada Jimin yang masih berusaha menyembunyikan wajahnya dari Jinsol.
‘darimana dia tau? Apa dia mengikutiku? Ah mana mungkin? Bukannya tadi dia langsung ke kantor? Arrhhgg.... molla...’ gerutu batin Jimin. Akhirnya perlahan Jimin menurunkan buku yang menutupi wajahnya dengan perlahan dampai akhirnya ia menampakkan wajahnya. “mian.”
“For what?” tanya Jinsol.
“Yesterday.” Kawab Jimin singkat.
“Oh, I’ve forgive you.”
“Are you Jungkook’s daughter?” tanya Jimin ragu.
“Yes. That’s right. But, how do you know about it?”
“Jungkook yang mengatakannya padaku.”
“Oh” jawab Jinsol singkat.
‘what? Just ‘Oh’? nothing another respon? Heuh... udah culun, belagu lagi...’ gerutu batin Jimin.
.
“Oppa!” panggil Jinsol pada Jungkook yang sedang berkumpul dengan para member BTS.
“Jamsimannyo” pamit Jungkook pada chingudeulnya. Ia segera mendekati Jinsol.
“Nugunde? Sepertinya dia bukan orang Korea.” Tanya Jin.
“Emang bukan, dia campuran santara Korea dan Indonesia.” Jawab Jimin tanpa memalingkan wajahnya dari minuman yang ada dihadapannya.
“Oh ya? Dari mana kau tau?” tanya J-Hope nyambung.
“Ya tau lah... secara.. dia itu teman sekelas sekaligus teman sebangkuku. You know?” semua member kecuali Jungkook *kan gak ada Jungkook ceritanya* menggeleng sebagai jawaban tidak tau.
“Oh iya? Kenalin aku dong Jimin...” rengek Jin.
“Ya! Hyung seleramu rendah banget sih. Dia itu kan culun, jelek lagi. Ish. No banget kalo aku.”
“Ya! Cantik atau jelek gak ngaruh. Yang penting setia. Arasseo?” jawab Jin tegas.
“Eh, jangan-jangan Hyung suka sama dia. Makanya dia bilang begitu padamu.... keutji?” goda Taehyung.
“Begini saja. Bagaimana kalau kita taruhan saja. Aku akan mentraktirmu sebulan penuh plus mobil baruku kalau kamu bisa mencium Jinsol di depan kita.” Tantang Jin.
“Haha... dia pasti takut. Iya kan Jimin?” Ejek Rapmon.
“Ani. Aku akan terima tantanganmu hyung. Jangankan didepan kalian. Di depan semua siswa pun aku berani.” Jawab Jimin tegas.
“Jjinjayo? Baiklah aku beri kau waktu dua minggu.” Lanjut Jin.
“Ah, Hyung itu terlalu lama. Bagaimana kalau seminggu saja?” tawar Suga.
“Ide yang bagus. Sepertinya akan lebih menarik tuh. Baiklah seminggu.” Jin menyetujui tawaran Suga.
“Mwo? Seminggu?” tanya Jimin kaget.
“Eo. Kenapa? Kau keberatan? Ya sudah.” Ujar Jin.
“Eh, lagi bicarain apa sih?” tanya Jungkook yang baru kembali dari pertemuannya dengan Jinsol.
“Mana Jinsol?” tanya Suga.
“Dia sudah pulang.” Jawab Jungkook seadanya.
“Oh ya sudah. Ayo ke ruang latihan.” Ajak Rapmon.
.
“Waaahhh!!! BTS!!!” teriak sekerumunan yeoja yang menyambut kedatangan para member BTS. Jinsol yang sudah terbiasa dengan wajah tampan seperti mereka hanya duduk, diam dan berusaha fokus pada novel yang sedang dibacanya. Kemudian tiba-tiba seorang namja duduk disebelahnya dan bertanya. “Kenapa kau tidak ikut menyambut kedatangan BTS?”
“Tidak. Karena aku tau mereka pasti tidak akan melihat kearahku. Apalagi Jimin. Walau kami sebangku, kami tidak pernah mengobrol kalau tidak penting.” Jawab Jinsol tanpa menoleh ke arah namja itu.
“Begitukah?” tanya namja itu.
“Tentu saja. Dan kau tau, dia itu juga sering me-“ tiba-tiba kalimat Jinsol terhenti ketika ia mendapatkan sosok Park Jimin di sampingnya.
“kenapa berhenti? Ayo teruskan. Aku sering me- apa?” tanya Jimin.
“Nothing. Hehe.. sorry.” Dengan segera Jinsol pergi meninggalkan Jimin.
.
Hari ini perasaan Jinsol terasa tidak nyaman. Entah kenapa ia merasa sangat malas pergi ke sekolah. Namun, ia memikirkan perjuangan orang tuanya di Indonesia untuk menyekolahkannya di Universitas impiannya. Jadi, mau tidak mau ia harus pergi kuliah. Hari ini Jinsol berangkat ke sekolah sendiri sementara Jungkook sudah berangkat duluan karena hari ini ia ada latihan pagi bersama para member BTS.
“Ya! Jimin-i! Ini sudah tujuh hari. Kenapa kau masih belum melakukannya?” tanya Jin.
“Hyung tunggu saja nanti. Aku akan menciumnya dihadapan kalian.” Jawab Jimin santai.
@Kantin
“Ya, Jimin-i itu Jinsol. Cepat, lakukan.” Tanpa banyak bicara Park Jimin mendekati Jinsol dan duduk di sebelahnya.
“Jinsol-ssi.” Tiba-tiba Jimin merasa gugup dan canggung. Tidak seperti biasanya. Jantungnya berdegup kencang.
“Apa? Ada apa?” tanya Jinsol tanpa menoleh ke arah Jimin.
“Look at me please Jinsol.” Jimin memegang dagu Jinsol agar menoleh ke arahnya.
“Hey!” teriak Jinsol kesal.
“I Love You Jinsol. Will u be my girlfriend?” Ucap Jimin singkat.
“Sorry, I haven’t time for answer it Jimin. Bye.” Jinsol segera beranjak dari tempat duduknya. Namun Park Jimin menahan tangan Jinsol kemudian menariknya.
“Hey! Lepaskan Jimin!” perintah Jinsol kasar. Namun Jimin tidak mempedulikan perintah Jinsol itu dan CHU~ ia mencium Jinsol. Segera Jinsol mendorong Jimin kemudian Plakk!! Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi Jimin. Jinsol sangat tidak menduga hal ini akan terjadi. Memang ia mengidolakannya namun ia tetap ingin menjaga kesucian bibirnya dan first kissnya.
“Ya! Jinsol ssi!” Park Jimin berusaha mengejar Jinsol namun ia terlambat.
.
@Jeon Family’s House
“Jinsol, what happen? Kenapa kamu pulang lebih awal? Dan... kau menangis?” tanya Nyonya Jeon. Namun Jinsol mengabaikan pertanyaan itu. Ia langsung menuju kekamarnya dan menguncinya rapat-rapat.
.
Ini sudah jam tujuh malam, tapi Jinsol belum juga keluar dari kamarnya. Dia bahkan belum makan sejak siang tadi. Jinsol terus saja menangis.
Tok tok tok
“Jinsol, open the door please....” Jungkook terus memanggil Jinsol dan memohon agar Jinsol membuka pintu kamarnya. Tapi Jungkook tidak mendengar jawaban Jinsol. “Jinsol, kamu belum makan sejak tadi. Ayo makan bersamaku.”
“Nggak! Kalian jahat! BTS jahat!” terak Jinsol dari dalam.
“Baiklah, aku atas nama Park Jimin dan member BTS lainnya meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Okay?”
“U r late Oppa. Semuanya sudah terlambat!”
“Sebenarnya ada apa Jungkook? Kenapa Jinsol mengurung diri?” tanya Nyonya Jeon.
.
@Jungkook’s Room
“Tadi Jimin hyung menciumnya. Dan parahnya lagi, dia mencium Jinsol hanya untuk mendapatkan mobil baru Jin hyung.” Jelas Jungkook singkat
“Oh no.... kamu tahu kan Jungkook kalau Jinsol sangat sensitif dengan yang namanya berciuman?”
“Iya aku tau itu eomma. Tapi, aku sama sekali tidak tahu kalau Jimin hyung akan melakukannya. Aku takut. Aku takut Jinsol akan kembali ke Indonesia dan tidak mau lagi datang ke Korea eomma.”
“Apa kamu sudah menyuruh Jimin meminta maaf sama Jinsol atas perbuatannya?”
“Sudah, dan dia mengabaikan perintahku.”
.
Pagi ini Jinsol masih sangat kesal pada Jimin. Ia merasa dilecehkan, ia malu untuk pergi kuliah. Hari ini pagi-pagi sekali Jinsol mengemasi pakaiannya dan berencana untuk kembali ke Indonesia. Dengan terpaksa Jinsol harus berhenti mengejar impiannya. Saat ia keluar dari kamarnya semua orang melihatnya.
“Jinsol kamu mau kemana? Dan... kenapa kamu juga membawa koper?” tanya Jungkook.
“Ini gara-gara Jimin hyung di kantin kemarin kan?” tanya Jungkook curiga.
“Nggak Oppa, bukan. Paman, Bibi, Oppa, terima kasih sudah membiarkanku untuk tinggal disini walau hanya tujuh hari. Aku harus kembali ke Indonesia. Aku tidak bisa berlama-lama disini. Maaf kalau aku merepotkan kalian. Annyeonghi gaseyo.” Perlahan Jinsol melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu. Paman dan Bibi Jeon sangat sedih atas kepergian Jinsol dari rumah itu. Sementara Jungkook, ia sibuk menghubungi Jimin agar ia minta maaf pada Jinsol atas perbuatannya kemarin.
“Annyeonghi gaseyo.” Jinsol pamit pergi dan segera ia memasuki taksi yang sudah menunggunya.
.
@Incheon airport
Terima kasih Korea sudah memberiku banyak pengalaman baru. Aku tidak akan melupakan apa yang terjadi selama tujuh hari terakhir. Tapi ciuman itu. Ciuman itu membuat harga diriku terasa terinjak-injak. Gomawo Korea. Good Bye. –Jinsol-
.
2 Years Later
“Ya! Jimin-i! Neo wae? Sejak Jinsol pergi dua tahun lalu kau selalu menyendiri bahkan hampir tidak pernah latihan. Kalau kau memang mencintainya seharusnya kau datang saat dia akan pergi dan meminta maaf atas apa yang kau lakukan waktu itu. Bukan seperti ini.” Jin mulai mengoceh. Bagaimana tidak? Jimin sudah dua tahun menyendiri seperti ini dan tak sedikitpun muncul sebuah senyuman dari bibirnya.
“Benar. Dan seandainya aku berada di posisimu, aku akan menyusulnya ke Indonesia dan membawanya kembali.” Jawab Suga nyambung.
“Eo. Aku dengar Jungkook akan pergi ke Indonesia untuk merayakan birthday partynya Jinsol tanggal 4 Desember nanti.” Mendengar hal itu Jimin segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan itu.
.
@Jinsol’s House
“Jinsol!” panggil mama Jinsol.
“Iya ma!” Jinsol segera menuju ke kamar mamanya. “Ada apa ma?”
“Tanggal 4 Desember nanti, Jungkook dan orang tuanya akan datang kesini.”
“Oh ya? Asik, akhirnya aku bisa ketemu Jungkook oppa lagi.”
.
4 Desember 2015
Hari ini adalah hari ulang tahun Jinsol yang ke 20. *anggap saja umurnya segitu* Ia sangat senang karena Jungkook dan keluarga yang sangat ia cintai akan datang ke Indonesia.
.
@Juanda Airport
“Oppa! Na yeogi isseo!” teriak Jinsol ketika melihat Jungkook. “Oppa, aku sangat merindukanmu.” Ucap Jinsol sembari memeluk Jungkook.
“Saengil chukha hamnida.” Ucap Jungkook.
“Gamsahamnida. Oh iya mana Paman dan bibi Jeon?”
“Mereka tidak bisa datang. Karena masih banyak pekerjaan. Mereka menitipkan ini untukmu.” Jungkook memberi bingkisan kepada Jinsol. Kado ultah dari Paman dan Bibi Jeon.
“Ya sudah, ayo pulang.” Ajak Jinsol. Mereka pun akhirnya pergi dari bandara itu dan menuju rumah Jinsol.
“Penampilanmu masih seperti di Korea. Kenapa?”
“Molla. Tiba-tiba aku tertarik dengan penampilan ini.”
.
Birthday Party
“Kook, ternyata Jinsol itu sangat cantik yah. Jinsol terlihat seperti princess malam ini.” Ujar Jimin.
“Jimin, kau tau kenapa dia berpenampilan culun sewaktu ia masih di Korea?” Tanya Jungkook. Jimin hanya menggeleng. “karena dia tidak ingin ada orang yang mencintainya karena penampilannya. Dan satu lagi. Kau tau siapa yang paling ia idolakan diantara kita bertujuh?”
“Uri? Bangtan? Nugu?”
“Hyeong-iya.” Mata Jimin membulat ketika ia mendengar bahwa Jinsol sangat mengidolakannya.
“Naega?”
“Um. Hyeong. Dia pergi ke Korea melanjutkan sekolah bersama kita karena dia ingin melihat secara langsung idolanya. Tapi, ternyata idolanya malah mengecewakannya dan membuatnya marah. Bukankah aku sudah bilang kalau dia tidak suka seperti itu?”
“mianhae Kook. Aku salah. Seharusnya aku tidak melakukan itu.” Kedua insan tersebut terus saja memperhatikan Jinsol yang sedang bersenda gurau dengan teman-temannya. Jungkook meletakkan gelas minumannya dan mendekati Jinsol. “Kookie eodigayo?” tanya Jimin. Jungkook tetap berjalan dan tidak menghiraukan pertanyaan Jimin.
“Jinsol. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Dia sangat merindukanmu dan dia juga menggalau selama dua tahun terakhir.” Ujar Jungkook.
“Huumm... aku tau maksud oppa siapa. Jimin kan? Oppa jebal, aku ingin melupakan hal itu dan melupakan orang itu.” Jawab Jinsol.
“Tapi saeng kamu harus melihatnya. Dia... dia ingin meminta maaf padamu.” Paksa Jungkook
“Bilang saja aku sudah memaafkannya.” Jawabnya cuek.
“Jinsol maaf kalau aku punya salah sama kamu.” Tiba-tiba Jinsol menjauh ketika Park Jimin mendekatinya. Namun dengan segera Park Jimin mengejar Jinsol. “Jinsol dengarkan aku. Tolong maafkan aku. Maafkan aku sudah lancang menciummu waktu itu. Jinsol, aku sudah tidak sanggup lagi memendam perasaanku. Aku ingin mengungkapkannya padamu. Jinsol, saranghaeyo. Nan neomu neomu neomu saranghaeyo.”
“Jimin-ssi?” Jinsol menatap mata Jimin. Mencari kebohongan dibalik sana. Namun hasilnya nihil, ia hanya melihat kebenaran. Jinsol tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Seolah ia bisu.
“Jinsol-ssi. Nae yeoja chingu ga dwae o jullae?” tanya Jimin.
“Jimin-ssi?” Jinsol kembali bertanya karena ia masih tidak percaya.
“Nan jeongmalyo. Jebal. Beri aku kesempatan untuk bersamamu dan menjalani semuanya bersamamu. Aku merasa sangat kehilanganmu dan aku menyesal. Aku menyesal sudah melakukannya Jinsol. Jebal, kembalilah ke Korea.” Ajak Jimin sambil menggenggam tangan Jinsol.
“Jimin maaf. Tapi aku sudah tidak percaya lagi sama kamu. Kamu membujukku untuk membawaku kembali ke Korea karena kamu menginginkan sesuatu dari member BTS yang lain kan? Aku nggak mau.” Kini Jinsol sepertinya sudah kehilangan kepercayaannya untuk Jimin.
“Jinsol jebal. I’m serious. Aku benar-benar tulus mengajakmu kembali ke Korea bukan karena ada tujuan lain.” Ucap Jimin sambil mengeratkan pegangannya.
“Jimin! Tolong jangan paksa aku!” Teriak Jinsol sambil menghempaskan tangan Jimin. Jinsol berlari menuju kamarnya dan menguncinya. Jimin tidak tinggal diam. Dia ikut memasuki rumah milik Jinsol dan menggedor-gedor pintu kamarnya.
“baiklah kalau kamu benar-benar tidak menyukaiku. Aku tidak akan memaksa. Kalau begitu aku pergi. Good bye. Maaf sudah mengganggumu.” Ucap Jimin dari luar kamar. Jinsol bersandar ke pintu dan menangis. Ia bingung. Selama ini ia hanya menghayal tentang Jimin dan menjadi pacarnya. Tapi saat dia benar-benar telah menjadi kenyataan dia malah berhenti memimpikan Jimin hanya karena satu hal. Satu hal yang tidak bisa ia lupakan walau sudah terjadi dua tahun yang lalu saat ia masih di korea.
“Jinsol. It’s me. Jungkook. Open the door please.” Ucap Jungkook lembut sambil mengetuk pintu. Jinsol menghapus air matanya dan membukakan pintu untuk Jungkook. “Bolehkan aku masuk?”
“Oh ne.” Ucap Jinsol dan menutup kembali pintu itu setelah Jungkook masuk.
“Kamu kenapa? Eum? Jawab oppa. Kenapa?” tanya Jungkook lembut sambil memegangi lengan Jinsol. Jinsol diam. Air matanya kembali mengalir. “Bukankah kamu ingin menjadi pacar Jimin? Bukankah kamu selalu bilang kalau kamu ingin Jimin jadi kenyataan dalam hidupmu? Kenapa kamu seperti ini? Jinsol answer me.”
“Oppa... sebenarnya aku juga mencintainya. ah tidak aku sangat mencintainya. Sebenarnya aku tidak ingin jauh darinya. Tapi sejak kejadian itu, aku merasa harga diriku terinjak-injak.”
“Jinsol dengar. Cinta sejati itu hanya datang sekali. Kamu tau kan kalau dia melakukannya dengan tulus. Jimin bilang padaku kalau dia melakukannya dengan tulus. Dia bahkan tidak menerima barang yang telah di janjikan oleh Jin Hyung. Karena ia merasa bahwa barang itulah yang membuatnya kehilanganmu. Jinsol, sebaiknya kau pikir-pikir kembali. Ikutilah kata hatimu. Dan kejarlah dia sebelum dia pergi jauh darimu.” Jinsol menatap mata Jungkook. Ia merasakan sesuatu yang berbeda saat mendengar ucapan Jungkook tadi. “Mungkin kamu lelah. Sebaiknya kamu tidur.” Jungkook pun akhirnya keluar dari kamar Jinsol.
.
Jinsol sedang menyisir rambutnya yang berantakan. Jungkook mengetuk pintu pelan dan meminta ijin kepada Jinsol untuk masuk.
“Jinsol, apa kau benar-benar akan membiarkan Jimin pergi sendiri? Apa kau yakin kau akan baik-baik saja setelah Jimin pergi? Dua puluh menit lagi Jimin akan kembali. Ku harap kau benar-benar mengikuti kata hatimu.” Mendengar hal itu, Jinsol segera beranjak dari duduknya dan pergi mengemudikan mobilnya menuju hotel tempat Jimin berada. Jinsol diberi tau oleh Jungkook tentang hotel tempat Jimin menginap semalam. Ia segera memasuki lift dan mencari kamar Jimin. Namun pintunya terkunci rapat. Ia segera kembali dan menuju bandara berharap Jimin masih disana.
.
@Juanda Airport
“Jinsol, maafkan aku atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku benar-bena menyesal telah melakukannya padamu saat kamu masih bersamaku. Mungkin ini akan jadi yang pertama dan terakhir kali aku berkunjung ke rumahmu. Good bye Surabaya.” Saat Jimin membalikkan badannya.
“Jimin!” suara seseorang yang tak asing lagi bagi Jimin terdengar sangat kencang memenuhi setiap sudut bandara. “hosh hosh hosh.... Jimin.”
“Waeyo kook?” tanya Jimin heran. Bagaimana tidak? Jungkook datang dengan napas yang tidak teratur dan ekspresinya terlihat sedih.
“Jinsol! Jinsol kecelakaan. Dan sebaiknya kau tunda dulu keberangkatanmu.” Jelas Jungkook.
“Mianhae Kook. Tapi Jinsol tidak ingin menemuiku lagi.” Jimin terlihat sedih.
“Aniyo. Tidak seperti itu. Jimin. Kau bilang kau sangat mencintai Jinsol? Tapi apakah ini yang dilakukan oleh orang yang saling mencintai?” Jungkook memberikan kode untuk Jimin.
“Maksudmu? Saling mencintai?” tanya Jimin tidak mengerti.
“Iya. Jinsol mengakui semuanya semalam padaku kalau dia juga sangat mencintaimu. Dan sebaiknya kamu tunda dulu keberangkatanmu.” Akhirnya Jimin dan Jungkook pun pergi kerumah sakit mengunjungi Jinsol.
@Hospital
Jimin menangis sambil menggenggam tangan Jinsol. Air matanya tidak berhenti mengalir. Ia terus menangis menunggu Jinsol sadar. Perlahan jari tangan Jinsol bergerak dan matanya juga mulai terbuka.
“Jinsol?” panggil Jimin lembut. Ia senang Jinsol telah sadar. Dengan segera Jimin memeluk Jinsol erat.
“Mianhae Jimin.” Air mata Jinsol mulai mengalir.
“Jinsol saranghae. Nan jeongmal saranghaeyo.”
“Nado Jimin. Nado.” Jinsol melepas pelukan Jimin. Keduanya tersenyum sekilas dan kembali berpelukan. “Jimin, apakah kata-katamu waktu itu masih berlaku?” tanya Jinsol yang masih berada dalam pelukan Jimin.
“Yang mana?”
“Saat kau memintaku menjadi yeoja chingumu.”
“Tentu. Itu berlaku sampai kapanpun. Karena aku sangat mencintaimu.”
“Semalam aku belum menjawab pertanyaanmu. Jadi, bolehkah aku menjawabnya sekarang?”
“Tidak perlu. Kau tidak perlu menjawabnya. Karena aku tau jawabanmu.”
“Bagaimana bisa kau tau?”
“Karena aku bisa membaca kata hatimu.” Keduanya tersenyum dalam pelukan. Jimin semakin mengeratkan pelukannya.
“Ehem... maaf mengganggu...” ucap Jungkook sambil berdeham.
“Hehehe....” ketiga insan tersebut tertawa bersama.
.
7 Days Later
Hari ini Jinsol, Jimin dan Jungkook akan kembali ke Korea. Jinsol yang sudah lulus kuliah karena kepandaiannya sekarang bekerja di Big Hit Entertainment bersama Park Jimin namja chingunya.
“Mama, papa, Jinsol berangkat ya...” pamit Jinsol.
“Ahjumma, ahjussi, aku kembali dulu ya...” pamit Jungkook.
“ehem... Ayah mertua, ibu mertua, saya pamit pergi ya...” pamit Jimin. Ia merasa gugup saat bertatap muka dengan kedua orang tua Jinsol.
“Ya!” teriak Jinsol tepat di telinga Jimin.
“Wae? Bukankah setelah ini kita akan menikah?”
“Kau kira aku mau menikah denganmu?” Tanya Jinsol.
“Sepertinya begitu. Hehehe….”
“Ya! Jimin! Saeng! Sampai kapan kalian akan disana. Ghaja palli pesawatnya sudah mau berangkat.” Teriak Jungkook.
“Bye Pa... Bye Ma...” Jinsol, Jungkook dan Jimin melambaikan tangan ke arah orang tua Jinsol.

-End-


You Are Not My Destiny





Title     : You Are Not My Destiny
Cast     : Park Ji Yeon, Kim Myungsoo, Bae Suzy, Jessica, JB.
Genre  : Sad, hurt (may be)
Length : Oneshoot
Author : Ms. Childish / Nam Ohyun

Ini FF terinspirasi dari lagu-lagunya Poppy Mercury yang sad-sad. Eh kok malah di bocorin sich? Ketahuan banget klo w bego. ya udh Happy Reading ya…
Mian kalo jelek

Siapa yang tak kenal dengan yang namanya cinta? Semua pasti pernah mempunyai kisah cinta masing-masing. Sama seperti kisah cinta Jiyeon dengan Myungsoo. Mereka sudah menjalani sebuah hubungan ini sejak dua tahun lalu. Seminggu yang lalu Myungsoo pergi ke Jepang bersama orang tuanya. Dia bilang tidak akan lama disana. Malam ini terasa sangat dingin tak seperti biasanya. Hangatnya jaket yang sedang Jiyeon kenakan tak sehangat genggaman tangan Myungsoo. Jiyeon bertanya. Selalu bertanya. ‘Kapan Oppa akan kembali? Aku sangat merindukanmu.’ Kisah cinta yang mereka idamkan penuh dengan suasana suram. Seakan Myungsoo tidak akan kembali lagi kepada Jiyeon. Malam ini langit terasa sangat sunyi tanpa bintang kejora. Bayangan wajah Myungsoo seakan sedang terlukis di air laut yang biru dan berkilauan. Rasa rindu Jiyeon pada Myungsoo kembali datang.
            Tampak seorang gadis dengan balutan jaket berwarna biru sedang duduk memeluk lututnya sendiri di tepi pantai. Wajahnya tampak murung. Sesekali ia memandangi sebuah foto yang ada di genggamannya. Ia sedang mengingat kenangan indah bersama kekasihnya. -Myungsoo-. Mengingat kembali wajah tampan kekasihnya yang meninggalkannya seminggu yang lalu.
“Jiyeon-a? Kau sedang apa?” tanya Jessica. Suara lembutnya berhasil membuyarkan lamunan Jiyeon.
“Ah. Na? tidak ada. Aku hanya merindukan Myungsoo.” Jawab Jiyeon tanpa mengalihkan pandangannya dari kilauan dan keindahan air laut yang sedang berada di hadapannya.
“Kau sudah mengirim surat untuknya?”
“Pyeonji? Oh iya. Bukankah seharusnya aku mengirim surat untuk Myungsoo hari ini?” dengan semangat Jiyeon berlari menuju kamarnya dan mengambil sebuah kertas beserta pulpen biru pemberian Myungsoo. Ia menuliskan seluruh isi hatinya di kertas itu. Sesekali ia tersenyum saat menulisnya.
“Myungsoo ku harap kau segera kembali untukku.” Harap Jiyeon sambil memeluk surat untuk Myungsoo. Jiyeon menyimpan surat itu di bawah bantalnya.
∞∞∞
            Hari ini Jiyeon mengirimkan suratnya untuk Myungsoo. Ia menanyakan kabar Myungsoo dan kapan Myungsoo akan kembali. Ia sangat merindukan kekasihnya itu.
Dua hari kemudian…
            Seseorang dengan beberapa surat datang dan mengetuk pintu rumah yang ditempati Jiyeon dan Jessica. Beberapa saat kemudian Jessica membukakan pintu untuk orang itu. Ia menerima sebuah surat dengan nama pengirim ‘Kim Myungsoo’. Jessica sudah menduga kalau surat itu pasti untuk Jiyeon. Ia segera memberikan surat yang di terimanya kepada Jiyeon. Dengan senang hati Jiyeon membaca surat itu.

To     : My princess Jiyeon
From : your heart prince

        Jiyeon, aku juga merindukanmu. Kau tau, disini aku tidak bisa tenang. Aku selalu memikirkanmu. Aku akan kembali dalam dua bulan. Aku tidak bisa pulang cepat ke Korea sekarang karena appa sedang sibuk. Begitu juga dengan eomma. Jadi maaf kalau aku pulangnya lebih lama.

        Singkat saja, ya. Karena aku sedang sibuk sekarang. Saranghae Jiyeon-a.

Kim Myung Soo

“Baiklah aku akan menunggumu sampai kau datang Myung. Saranghae.” Gumam Jiyeon. Ia segera menuju ke tepi pantai dan meneriakkan nama Kim Myungsoo beberapa kali. Ia sempat mengeluarkan air mata saat berteriak. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasih hatinya yang sedang berada di Jepang saat ini.
∞∞∞
            Seorang pria sedang sibuk dengan sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya. Sesekali ia melihat jam tangannya. Ini sudah malam. Ia segera berkemas dan pulang ke rumah.
            Sesampainya di rumah ia melihat seorang wanita berpakaian serba biru muda sedang berkutik dengan peralatan dapur. Pria itu segera menghampirinya dan memeluknya dari belakang. “Kau sedang apa chagi?”
“Kau tidak lihat? Aku sedang memasak. Itu sangat menggangguku Myungsoo oppa. Lepaskan pelukanmu atau aku akan menendangmu.” Ujar wanita bernama Suzy itu. Yah, dia adalah selingkuhan dari Kim Myungsoo. Ah bukan, lebih tepatnya dia adalah tunangan Kim Myungsoo dan mereka akan menikah bulan depan. Jiyeon? Kim Myungsoo hanya mempermainkannya saja.
“Kau berani menendangku?” goda Myungsoo.
“Tentu saja. Kenapa tidak? Kau mau aku menendangmu sekarang?”
“Ah tidak. Ya sudah aku mandi dulu.” Pamit Myungsoo sambil mengecup pipi Suzy sekilas.

∞∞∞
        Myung, kapan kau kembali? Nan neomu bogosipeosseo. Di sini aku menunggu kehadiranmu. Aku menunggumu. Aku akan selalu menunggumu.
            Sudah satu jam Jiyeon duduk di tepi pantai sambil menuliskan sebuah surat untuk Myungsoo. Hari ini cuaca sangat dingin. Namun dinginnya cuaca tak sedingin hati Jiyeon yang sedang merindukan kekasihnya yang selalu menghangatkannya setiap saat. Tak lama kemudian ia melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop bergambar love. Sejak kepergian Myungsoo ke Jepang, ia selalu duduk di tepi pantai setiap malam.  Ia membayangkan air laut sedang melukiskan bayangan wajah tampan Myungsoo.
∞∞∞
            Suzy dan Myungsoo sedang sibuk menuliskan nama di undangan pernikahan mereka. Sedangkan JB menghitung jumlah undangan yang sudah dibuat. Beberapa menit kemudian bel rumah Myungsoo berbunyi. JB segera membukakan pintu. Ia menerima sebuah surat dengan amplop bergambar love. Sudah pasti itu dari Jiyeon untuk Myungsoo.
            “Myung, ada Surat untukmu.” Ujar JB sambil menyerahkan surat itu pada Myungsoo.
“Surat dari Jiyeon lagi?” tanya Suzy pada Myungsoo.
            “JB. antarkan undangan ini pada Jiyeon di Seoul besok lusa.” Perintah Myungsoo.
            “Jiyeon? Tapi…”
            “Turuti saja perintahku JB!” bentak Myungsoo.
            “Baiklah. Aku akan memberikan surat ini pada Jiyeon.” Jawab JB pasrah.
∞∞∞
            “Myung, aku berangkat!” pamit JB pada Myungsoo. Hari ini JB akan mengirimkan undangan pernikahan Myungsoo dengan Suzy untuk Jiyeon. JB tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Jiyeon ketika ia menerima undangan pernikahan itu. Sejuta bayangan kini muncul di benak JB. Jiyeon mencoba bunuh diri karena kisah cintanya yang berakhir begitu saja, Jiyeon patah hati dan tidak mau makan sampai akhirnya ia mati, Jiyeon terlihat murung dan akhirnya menjadi gila, Jiyeon menangis sekeras-kerasnya, dan bayangan terakhir yang terlintas di pikiran JB adalah Jiyeon hanya menerima pernikahan Myungsoo dan melupakan Myungsoo begitu saja. “ah andwae!” gumam JB ketika tersadar dari bayangan-bayangan akan reaksi dari Jiyeon nanti.
            Beberapa jam kemudian JB tiba di Incheon Airport. Ia segera menghentikan taksi dan menuju ke rumah Jiyeon di dekat pantai Eurwangni. Tiba di pantai Eurwangni JB melihat seorang wanita duduk termenung di pinggiran pantai. JB menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya dari belakang. “Jiyeon?”
“JB? Mana Myung?” tanyanya sambil melihat-lihat di sekitarku.
            “Myung? Myung masih di Jepang. Bisakah aku ke rumahmu?” tanya JB. Ia merasa bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk memberikan undangan itu. Tapi, undangan itu juga harus ia berikan pada Jiyeon agar Jiyeon tidak mengharapkan Myungsoo lagi.
            “Ada apa sebenarnya kau kemari?” tanya Jiyeon.
            “Sebenarnya aku ke sini ingin mengantarkan ini.” JB menyerahkan sebuah undangan berwarna cokelat yang di ikat dengan pita. Jiyeon pun segera membuka undangan itu dan membacanya. Namun kegiatannya terhenti ketika ia mendapatkan sebuah nama di sana. Kim Myung Soo. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Tubuhnya melemas. Hatinya terasa sakit bagaikan di iris dengan pisau.
            “Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Suratku di balas dengan sebuah undangan. Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kau memang tidak pernah mencintaiku? Aku rela kehilanganmu Myung. Aku merestuimu menikah dengan Suzy. tidak apa-apa kalau aku harus sendiri di sini tanpamu. Tanpa kabar dan tanpa dirimu. Aku merelakanmu bersamanya Myung. Jika itu yang terbaik untukmu. Semoga kau bahagia bersamanya.” Jiyeon menggenggam erat undangan pernikahan itu. Air matanya membasahi undangan yang digenggamnya. Ia menangis. Air matanya mengalir sangat deras. Bukan menangis karena ia tidak bisa melupakan Myungsoo. Tapi ia menangis karena ia merasa telah dipermainkan oleh Myungsoo.
            “Jiyeon?! Jiyeon sadarlah! Jiyeon?!” panggil JB sambil merangkul Jiyeon yang mulai tak sadarkan diri.
            “Jiyeon? Kau kenapa?!” teriak Jessica dari pintu. “JB tolong bawa dia ke kamar.” Perintah Jessica.
            Beberapa menit kemudian Jiyeon mulai tersadar. Jiyeon menatap seorang pria yang ada di dekatnya. JB. Yah, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengannya. Tiba-tiba Jiyeon memeluk pria itu dan menangis dalam pelukannya. Pria itu membalas pelukan Jiyeon dan mencoba menenangkan Jiyeon. “JB” ujar Jiyeon di sela-sela tangisnya.
            “menangislah Ji. Menangislah kapanpun kau mau. Aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu.”
            “Gomawoyo JB-a…” Ujar Jiyeon lagi. Pelukannya semakin erat.
∞∞∞
            Pagi yang cerah. Namun tak secerah hati Jiyeon yang masih terluka karena cintanya berakhir begitu saja. Beribu cara ia lakukan untuk melupakan Myungsoo yang akan menikah minggu depan dengan wanita pilihannya. Seiring berjalannya waktu Jiyeon juga semakin dekat dengan JB. Ia merasa tenang dan lupa pada Myungsoo setiap kali ia bersama pria bernama JB itu. Begitu pula dengan JB. Ia semakin menyukai Jiyeon. Tidakkah Myungsoo akan menyesal telah meninggalkan wanita baik seperti Jiyeon?
            “Jiyeon apa kau sudah siap?” tanya JB dari luar kamar Jiyeon.
            “Ne! sebentar lagi aku selesai.” Ujar Jiyeon sambil merapikan pakaiannya. Kemudian ia meraih tas berwarna biru muda yang terletak di tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya. Hari ini Jiyeon akan pergi ke pernikahan Myungsoo bersama JB. Ia tidak yakin akan berhasil melakukan ini. Tapi Jiyeon berusaha untuk melupakan kenangannya bersama Myungsoo sepenuhnya.
            Kedua mempelai telah berjalan diatas altar pernikahan. Mereka menjadi ppusat perhatian para undangan. Termasuk Jiyeon. Ketika mempelai pria mencium kening wanitanya air mata Jiyeon tiba-tiba mengalir. JB yang menyadari hal itu segera menutup mata Jiyeon dengan tangannya agar Jiyeon tidak bertambah sedih.
            Ketika acara selesai JB dan Jiyeon pergi ke arah pasangan Myungsoo dan Suzy. Jiyeon memberikan restu kepada mereka. Jiyeon tampak tersenyum bahagia di depan kedua orang yang ada di hadapannya. “Semoga kalian bahagia.” Satu kalimat yang keluar dari bibir Jiyeon. Kemudian ia berlalu pergi bersama JB.
            “Gomawo JB-a. Gomawo untuk hari ini.”
            “Gwaenchanha. Kau tak perlu berterima kasih padaku. Aku melakukan ini karena aku peduli padamu. Saranghae Jiyeon-a.” ujar JB tanpa sadar.
            “Ne? apa katamu tadi?” Kata Jiyeon memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
            “ah ani. Dwaesseoyo.”
            Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di rumah Jiyeon. “Gomawoyo JB-a.”
            “Kau sudah mengatakan hal itu lebih dari tiga kali hari ini Jiyeon-a. masuklah. Jessica pasti sudah menunggumu. See you.”
            “Ne. hati-hati di jalan JB.” Jiyeon melambaikan tanyannya dan memasuki rumahnya.
            “Kau sudah datang? Sudah makan malam?” tanya Jessica.
            “Eo. Aku sudah makan barusan. Kamu?” tanya Jiyeon balik.
            “Aku juga sudah. Tidurlah ini sudah malam. Jaljayo.”
            “Eo. Jaljayo.” Balas Jiyeon tersenyum.
∞∞∞
            Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Entah kenapa Myungsoo merasa aneh dengan setiap perlakuan Suzy. ia tak seromantis dulu ketika masih bertunangan. Apakah karena status mereka berubah? Entahlah apa yang ia rasakan benar atau tidak. Setiap hari Suzy pergi keluar rumah dan selalu saja pulang malam. Hal itu semakin membuat Myungsoo curiga.
            Ketika Myungsoo sedang mengadakan makan malam bersama karyawannya ia melihat Suzy bersama dengan seorang pria. Suzy menggandeng tangan pria itu sangat erat. Sesekali ia tersenyum ke arah pria itu.
            “Datang dari mana saja kau? Jam segini baru pulang?” tanya Myungsoo santai. Ia berusaha mengendalikan emosinya. Dan menunggu jawaban dari Suzy.
            “Dari mana lagi? Aku dari rumah chin-guku.” Jawab Suzy santai.
            “Jawab dengan jujur Zy!” teriak Myungsoo. Amarahnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
            “Wae? Kau cemburu? Bukankah kau dulu juga begitu? Kau bermesraan dengan Jiyeon di Korea sedangkan aku kau tinggal sendirian di sini?”
            “Cukup! Itu dulu Zy! Sekarang aku sudah tidak lagi berhubungan dengannya!” teriak Myungsoo lagi. Kali ini ia benar-benar emosi. “Baiklah katakan apa maumu Zy?”
            “akhirnya pertanyaan yang aku tunggu kau katakan juga. Aku ingin kita bercerai.”
            “m.. mwo? Cerai? Andwae. Aku tidak ingin bercerai denganmu Zy. Kumohon. Putuskan dia dan kita akan hidup bahagia disini.”
            “Tidak Myung. Aku tidak mau mengakhiri hubunganku dengannya. Mulai malam ini, aku tidak akan tinggal lagi di sini bersamamu. Bye.” Jawabnya ketus. Myungsoo hanya menatap kepergian Suzy dengan tatapan kosong. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Harukah ia kembali pada Jiyeon? Tapi itu tidak mungkin baginya. Jiyeon pasti sudah benci padanya. Ia baru menyadari bahwa ditinnggal oleh orang yang sangat ia cintai itu sakit. Sangat sakit. “Jiyeon-a mianhae.” Myungsoo menyesal telah meninggalkan Jiyeon yang sangat mencintai dirinya.
∞∞∞
Hari ini Jiyeon sedang tidak ada kegiatan. Ia merasa bosan di dalam rumah seharian. Ia berdiri ditengah teriknya matahari dengan tangan yang direntangkan. Menikmati kehindahan pantai Eurwangni. Merasakan hembusan angin dan suara ombak yang sangat indah terdengar baginya. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. “Kau sedang apa?” tanya pria itu. JB. Yah, dia JB. JB yang selalu membuat Jiyeon merasa tenang sejak hubungannya dengan Myungsoo berakhir. JB yang semakin hari semakin tampan menurut Jiyeon. Jiyeon masih merasakan angin yang seolah sedang menari.
            “Tidakkah kau melihatku? Aku sedang menikmati angin pantai di sini dan suara ombak yang selalu terdengar indah di telingaku.” Jelas Jiyeon singkat.
           “Jiyeon-a. ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Kata JB. Tiba-tiba wajahnya berubah sangat serius.
            “Malhaebwa.”
            JB meraih sesuatu dalam saku celananya. Sebuah benda berwarna merah berbentuk love. Sedetik kemudian JB berlutut di hadapan Jiyeon dan membuka benda tersebut secara perlahan. “Narang gyeoreonnae jullaeo?”
            “JB-a…” ujar Jiyeon lirih. Matanya berkaca-kaca. Ia terharu. Sedetik kemudian ia mengangguk menerima lamaran JB. JB meraih cincin yang ada di dalam benda tadi dan memasangkannya di jari manis Jiyeon.
            “Gomawo Jiyeon-a.” ucab JB sambil memeluk Jiyeon erat-erat. Jiyeon merasa bahagia. Ini pertama kalinya ia dilamar oleh pria yang serius dengannya. Tanpa ada proses seperti pacaran.
∞∞∞
Tok… tok… tok…
            Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah Jiyeon. “Nuguseyo?” tanya Jessica dari dalam. Ia segera membukakan pintu. Jessica kaget ketika mendapati seorang pria tinggi nan tampan berdiri dihadapannya. “Myungsoo?” ujarnya tak percaya. Ternyata ia masih berani datang kemari. Apa lagi yang ia inginkan? Apa ia ingin menyakiti Jiyeon lagi? Beberapa pertanyaan terlintas di pikiran Jessica. “Ada apa kau kesini? Kau mau menyakiti Jiyeon lagi? Bukankah kau sudah menikah? Pergilah. Jiyeon tidak ingin bertemu denganmu.” Brak!!! Jessica membanting pintu itu. Spontan Myungsoo kaget.
            “Sica! Buka pintunya! Biarkan aku masuk! Aku ingin menjelaskan semuanya pada Jiyeon!” teriak Myungsoo dari luar sambil mengetuk pintu berulang kali. Namun kegiatannya terhenti ketika ia mendengar seorang wanita yang bertanya padanya.
            “Mian ahjussi. Kenapa anda berteriak di rumah kami?” tanya Jiyeon dari belakang. Perlahan pria di depannya membalikkan tubuhnya. Seketika Jiyeon kaget melihat Myungsoo berada dihadapannya.
           “Jiyeon-a. Mianhaeyo.” Ujarnya tiba-tiba sambil memeluk Jiyeon. Namun Jiyeon menolak pelukan Myungsoo. Ia sadar bahwa sebentar lagi ia akan menikah dengan JB. Sahabat Myungsoo. “Wae? Bukankah kau bilang kau akan menungguku? Kau mau kan kembali padaku?” tanya Myungsoo.
            “Maaf Myung. Aku tidak bisa. Aku sudah mempunyai tunangan.” Jelas Jiyeon singkat. Myungsoo melihat cincin di jari manis Jiyeon dan JB tak percaya. “relakan aku Myung. Aku lebih memilih JB dari pada kamu. Tapi ku mohon jangan kau benci aku dan JB. Aku bukannya ingin membalas sakit hatiku padamu. Tapi karena dia adalah orang yang selalu ada saat aku sedih, saat aku sakit hati, saat aku sedang kesepian tanpamu. Aku ingin bahagia. Dan kebahagiaanku adalah JB. Bukan kau lagi. Yah, dia adalah sabatmu yang sekarang menjadi tunanganku dan dia melamarku seminggu yang lalu. Bahkan kami akan melaksanakan pernikahan kami satu bulan kedepan. Jadi tolong tinggalkan aku Myung. Lupakan aku.” Jelas Jiyeon panjang lebar. Air matanya mengalir begitu saja. JB hanya memandanginya dari belakang. JB merasa tidak enak pada sahabatnya. Tapi ia bisa mengerti bagaimana keadaan Jiyeon saat ini.
∞∞∞
            “Jiyeon dengarkan aku dulu. Bukankah dulu kau bilang akan menugguku dan selalu menungguku? Paksa Myungsoo sambil menarik Jiyeon ke tepi pantai.
            “Myungsoo-ssi. Tolong jangan ungkit-ungkit masa lalu kita. Percuma. Bukankah dulu kau sendiri yang meminta perpisahan ini terjadi? Kenapa kau datang padaku disaat aku sudah melupakanmu? Kau bilang bahwa Suzy selingkuh. Dan kau bahkan ingin aku kembali padamu. Terlambat Myung. Sudah terlambat kau mengatakannya sekarang. Aku sudah punya tunangan. Jadi tolong jangan ganggu kehidupanku lagi Myung. Enyahlah dari kehidupanku sekarang. Biarkan aku pergi melupakan dukaku yang dulu. Biarkan aku berlari mengejar masa depanku bersama JB. Sudah cukup aku merasakan luka dan sakit hati selama ini. Pergilah Myung. Aku bukanlah kebahagiaanmu. Suzy. hanya dia yang bisa membuatmu bahagia. Bukan aku.”
            “Baiklah kalau itu maumu Jiyeon. Mian aku sudah mengganggumu. Semoga kau bahagia bersama JB.” Ujar Myungsoo sebelum akhirnya ia pergi.
            “Pergilah dan jangan kembali padaku!” teriak Jiyeon kesal.
∞∞∞
            “JB. Aku gugup. Aku takut.” Gumam Jiyeon. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan JB. Tangannya gemetar. Tampak sekali kalau ia sedang gugup. Sesekali JB tersenyum melihat tingkah laku Jiyeon yang seperti ini.
            “Mian. Pendamping mempelai wanitanya sedang berhalangan jadi dia tidak bisa datang.” Ujar seorang wanita berumur dua puluhan sambil mendekati Jiyeon dan JB.
            “Mwo?! Geuraesseo, eotteokhae?” tanya Jiyeon panik.
            “Kalau kalian tidak keberatan, bolehkah aku yang menjadi pendamping mempelai wanitanya?” sambung Myungsoo tiba-tiba.
            “Mwo?”
            “ide yang bagus Myung. Boleh. Tentu saja.” Jawab JB.
            “Geundae JB-a…”
            “Chagi-a, jebal… ne?”
            “geuraeh…” jawab Jiyeon pasrah.

            Seorang wanita tengah berjalan diatas altar penikahan yang digandeng oleh mantan namja chingunya. “Jika saja aku tidak menikah dengan Suzy pasti di tempat JB berdiri itu aku. Aku menyesali semuanya. Tapi terlambat. Kau sudah dimiliki oleh sahabatku sendiri.”
            “Lupakan saja kejadian it Myung. Aku yakin kau akan mendapatkan wanita yang lebih baik dariku dan Suzy.” ujarnya singkat. “Ah, aku terlalu gugup.” Lanjutnya.
            Akhirnya mempelai wanita sampai di hadapan mempelai pria. Myungsoo menyerahkan tangan Jiyeon pada JB. “Jagalah wanita cantik ini JB. Jangan biarkan dia sakit hati seperti dulu. Jangan tinggalkan dia seperti aku meninggalkannya dulu. Semoga kalian bahagia.” Myungsoo memberi sebuah pesan pada JB. Dan akhirnya Myungsoo meninggalkan mereka.
∞∞∞
            Cinta tak selalu identik dengan kebahagiaan. Adakalanya cinta itu menyakitkan. Adakalanya cinta menjadi sebuah hukuman dan sebuah siksaan bagi yang mengalaminya. Tapi percayalah bahwa cinta yang abadi itu ada. Melupakan bukanlah satu-satunya jalan untuk menghindari sakitnya putus cinta. Tapi terkadang merelakan adalah jalan yang terbaik. So, if you fall in love. Cintailah orang itu sewajarnya.






Mian kalo jelek FF nya. cz aku baru belajar buat FF.