Cast : Park Ji Yeon, Kim Myungsoo, Bae Suzy, Jessica,
JB.
Genre : Sad, hurt (may be)
Length : Oneshoot
Author : Ms. Childish / Nam Ohyun
Author : Ms. Childish / Nam Ohyun
Ini FF terinspirasi dari lagu-lagunya Poppy Mercury yang
sad-sad. Eh kok malah di bocorin sich? Ketahuan banget klo w bego. ya udh Happy
Reading ya…
Mian kalo jelek
Siapa yang tak kenal dengan yang
namanya cinta? Semua pasti pernah mempunyai kisah cinta masing-masing. Sama
seperti kisah cinta Jiyeon dengan Myungsoo. Mereka sudah menjalani sebuah hubungan
ini sejak dua tahun lalu. Seminggu yang lalu Myungsoo pergi ke Jepang bersama
orang tuanya. Dia bilang tidak akan lama disana. Malam ini terasa sangat dingin
tak seperti biasanya. Hangatnya jaket yang sedang Jiyeon kenakan tak sehangat genggaman
tangan Myungsoo. Jiyeon bertanya. Selalu bertanya. ‘Kapan Oppa akan kembali?
Aku sangat merindukanmu.’ Kisah cinta yang mereka idamkan penuh dengan suasana
suram. Seakan Myungsoo tidak akan kembali lagi kepada Jiyeon. Malam ini langit
terasa sangat sunyi tanpa bintang kejora. Bayangan wajah Myungsoo seakan sedang
terlukis di air laut yang biru dan berkilauan. Rasa rindu Jiyeon pada Myungsoo
kembali datang.
Tampak
seorang gadis dengan balutan jaket berwarna biru sedang duduk memeluk lututnya
sendiri di tepi pantai. Wajahnya tampak murung. Sesekali ia memandangi sebuah
foto yang ada di genggamannya. Ia sedang mengingat kenangan indah bersama
kekasihnya. -Myungsoo-. Mengingat kembali wajah tampan kekasihnya yang
meninggalkannya seminggu yang lalu.
“Jiyeon-a? Kau sedang apa?” tanya
Jessica. Suara lembutnya berhasil membuyarkan lamunan Jiyeon.
“Ah. Na? tidak ada. Aku hanya merindukan Myungsoo.” Jawab Jiyeon tanpa
mengalihkan pandangannya dari kilauan dan keindahan air laut yang sedang berada
di hadapannya.
“Kau sudah mengirim surat untuknya?”
“Pyeonji? Oh iya. Bukankah
seharusnya aku mengirim surat untuk Myungsoo hari ini?” dengan semangat Jiyeon
berlari menuju kamarnya dan mengambil sebuah kertas beserta pulpen biru
pemberian Myungsoo. Ia menuliskan seluruh isi hatinya di kertas itu. Sesekali
ia tersenyum saat menulisnya.
“Myungsoo ku harap kau segera
kembali untukku.” Harap Jiyeon sambil memeluk surat untuk Myungsoo. Jiyeon
menyimpan surat itu di bawah bantalnya.
∞∞∞
Hari ini
Jiyeon mengirimkan suratnya untuk Myungsoo. Ia menanyakan kabar Myungsoo dan
kapan Myungsoo akan kembali. Ia sangat merindukan kekasihnya itu.
Dua hari kemudian…
Seseorang
dengan beberapa surat datang dan mengetuk pintu rumah yang ditempati Jiyeon dan
Jessica. Beberapa saat kemudian Jessica membukakan pintu untuk orang itu. Ia
menerima sebuah surat dengan nama pengirim ‘Kim Myungsoo’. Jessica sudah
menduga kalau surat itu pasti untuk Jiyeon. Ia segera memberikan surat yang di
terimanya kepada Jiyeon. Dengan senang hati Jiyeon membaca surat itu.
To : My princess Jiyeon
From : your heart prince
Jiyeon, aku juga merindukanmu. Kau tau, disini aku tidak bisa
tenang. Aku selalu memikirkanmu. Aku akan kembali dalam dua bulan. Aku tidak
bisa pulang cepat ke Korea sekarang karena appa sedang sibuk. Begitu juga
dengan eomma. Jadi maaf kalau aku pulangnya lebih lama.
Singkat saja, ya. Karena aku sedang sibuk sekarang. Saranghae
Jiyeon-a.
Kim Myung Soo
“Baiklah aku akan menunggumu sampai
kau datang Myung. Saranghae.” Gumam Jiyeon. Ia segera menuju ke tepi pantai dan
meneriakkan nama Kim Myungsoo beberapa kali. Ia sempat mengeluarkan air mata
saat berteriak. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasih hatinya yang
sedang berada di Jepang saat ini.
∞∞∞
Seorang
pria sedang sibuk dengan sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya. Sesekali
ia melihat jam tangannya. Ini sudah malam. Ia segera berkemas dan pulang ke
rumah.
Sesampainya
di rumah ia melihat seorang wanita berpakaian serba biru muda sedang berkutik
dengan peralatan dapur. Pria itu segera menghampirinya dan memeluknya dari
belakang. “Kau sedang apa chagi?”
“Kau tidak lihat? Aku sedang
memasak. Itu sangat menggangguku Myungsoo oppa. Lepaskan pelukanmu atau aku
akan menendangmu.” Ujar wanita bernama Suzy itu. Yah, dia adalah selingkuhan
dari Kim Myungsoo. Ah bukan, lebih tepatnya dia adalah tunangan Kim Myungsoo
dan mereka akan menikah bulan depan. Jiyeon? Kim Myungsoo hanya
mempermainkannya saja.
“Kau berani menendangku?” goda
Myungsoo.
“Tentu saja. Kenapa tidak? Kau mau
aku menendangmu sekarang?”
“Ah tidak. Ya sudah aku mandi
dulu.” Pamit Myungsoo sambil mengecup pipi Suzy sekilas.
∞∞∞
Myung, kapan kau kembali? Nan neomu
bogosipeosseo. Di sini aku menunggu kehadiranmu. Aku menunggumu. Aku akan
selalu menunggumu.
Sudah satu jam Jiyeon duduk di tepi
pantai sambil menuliskan sebuah surat untuk Myungsoo. Hari ini cuaca sangat
dingin. Namun dinginnya cuaca tak sedingin hati Jiyeon yang sedang merindukan
kekasihnya yang selalu menghangatkannya setiap saat. Tak lama kemudian ia
melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop bergambar love. Sejak
kepergian Myungsoo ke Jepang, ia selalu duduk di tepi pantai setiap malam. Ia membayangkan air laut sedang melukiskan
bayangan wajah tampan Myungsoo.
∞∞∞
Suzy dan Myungsoo sedang sibuk
menuliskan nama di undangan pernikahan mereka. Sedangkan JB menghitung jumlah
undangan yang sudah dibuat. Beberapa menit kemudian bel rumah Myungsoo
berbunyi. JB segera membukakan pintu. Ia menerima sebuah surat dengan amplop
bergambar love. Sudah pasti itu dari Jiyeon untuk Myungsoo.
“Myung, ada Surat untukmu.” Ujar JB
sambil menyerahkan surat itu pada Myungsoo.
“Surat dari Jiyeon lagi?” tanya Suzy pada Myungsoo.
“JB. antarkan undangan ini pada
Jiyeon di Seoul besok lusa.” Perintah Myungsoo.
“Jiyeon? Tapi…”
“Turuti saja perintahku JB!” bentak
Myungsoo.
“Baiklah. Aku akan memberikan surat
ini pada Jiyeon.” Jawab JB pasrah.
∞∞∞
“Myung, aku
berangkat!” pamit JB pada Myungsoo. Hari ini JB akan mengirimkan undangan
pernikahan Myungsoo dengan Suzy untuk Jiyeon. JB tidak bisa membayangkan
bagaimana perasaan Jiyeon ketika ia menerima undangan pernikahan itu. Sejuta
bayangan kini muncul di benak JB. Jiyeon mencoba bunuh diri karena kisah
cintanya yang berakhir begitu saja, Jiyeon patah hati dan tidak mau makan
sampai akhirnya ia mati, Jiyeon terlihat murung dan akhirnya menjadi gila,
Jiyeon menangis sekeras-kerasnya, dan bayangan terakhir yang terlintas di
pikiran JB adalah Jiyeon hanya menerima pernikahan Myungsoo dan melupakan
Myungsoo begitu saja. “ah andwae!” gumam JB ketika tersadar dari
bayangan-bayangan akan reaksi dari Jiyeon nanti.
Beberapa
jam kemudian JB tiba di Incheon Airport. Ia segera menghentikan taksi dan
menuju ke rumah Jiyeon di dekat pantai Eurwangni. Tiba di pantai Eurwangni JB
melihat seorang wanita duduk termenung di pinggiran pantai. JB menghampiri
wanita itu dan menepuk bahunya dari belakang. “Jiyeon?”
“JB? Mana Myung?” tanyanya sambil
melihat-lihat di sekitarku.
“Myung?
Myung masih di Jepang. Bisakah aku ke rumahmu?” tanya JB. Ia merasa bahwa ini
bukan waktu yang tepat untuk memberikan undangan itu. Tapi, undangan itu juga
harus ia berikan pada Jiyeon agar Jiyeon tidak mengharapkan Myungsoo lagi.
“Ada apa
sebenarnya kau kemari?” tanya Jiyeon.
“Sebenarnya
aku ke sini ingin mengantarkan ini.” JB menyerahkan sebuah undangan berwarna
cokelat yang di ikat dengan pita. Jiyeon pun segera membuka undangan itu dan
membacanya. Namun kegiatannya terhenti ketika ia mendapatkan sebuah nama di
sana. Kim Myung Soo. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Tubuhnya melemas.
Hatinya terasa sakit bagaikan di iris dengan pisau.
“Aku tidak
pernah membayangkan akan seperti ini. Suratku di balas dengan sebuah undangan.
Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kau memang tidak pernah mencintaiku?
Aku rela kehilanganmu Myung. Aku merestuimu menikah dengan Suzy. tidak apa-apa
kalau aku harus sendiri di sini tanpamu. Tanpa kabar dan tanpa dirimu. Aku
merelakanmu bersamanya Myung. Jika itu yang terbaik untukmu. Semoga kau bahagia
bersamanya.” Jiyeon menggenggam erat undangan pernikahan itu. Air matanya
membasahi undangan yang digenggamnya. Ia menangis. Air matanya mengalir sangat
deras. Bukan menangis karena ia tidak bisa melupakan Myungsoo. Tapi ia menangis
karena ia merasa telah dipermainkan oleh Myungsoo.
“Jiyeon?!
Jiyeon sadarlah! Jiyeon?!” panggil JB sambil merangkul Jiyeon yang mulai tak
sadarkan diri.
“Jiyeon?
Kau kenapa?!” teriak Jessica dari pintu. “JB tolong bawa dia ke kamar.”
Perintah Jessica.
Beberapa
menit kemudian Jiyeon mulai tersadar. Jiyeon menatap seorang pria yang ada di
dekatnya. JB. Yah, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengannya. Tiba-tiba
Jiyeon memeluk pria itu dan menangis dalam pelukannya. Pria itu membalas
pelukan Jiyeon dan mencoba menenangkan Jiyeon. “JB” ujar Jiyeon di sela-sela
tangisnya.
“menangislah
Ji. Menangislah kapanpun kau mau. Aku siap menjadi pendengar yang baik
untukmu.”
“Gomawoyo JB-a…”
Ujar Jiyeon lagi. Pelukannya semakin erat.
∞∞∞
Pagi yang
cerah. Namun tak secerah hati Jiyeon yang masih terluka karena cintanya
berakhir begitu saja. Beribu cara ia lakukan untuk melupakan Myungsoo yang akan
menikah minggu depan dengan wanita pilihannya. Seiring berjalannya waktu Jiyeon
juga semakin dekat dengan JB. Ia merasa tenang dan lupa pada Myungsoo setiap
kali ia bersama pria bernama JB itu. Begitu pula dengan JB. Ia semakin menyukai
Jiyeon. Tidakkah Myungsoo akan menyesal telah meninggalkan wanita baik seperti
Jiyeon?
“Jiyeon apa
kau sudah siap?” tanya JB dari luar kamar Jiyeon.
“Ne!
sebentar lagi aku selesai.” Ujar Jiyeon sambil merapikan pakaiannya. Kemudian
ia meraih tas berwarna biru muda yang terletak di tempat tidurnya dan keluar
dari kamarnya. Hari ini Jiyeon akan pergi ke pernikahan Myungsoo bersama JB. Ia
tidak yakin akan berhasil melakukan ini. Tapi Jiyeon berusaha untuk melupakan
kenangannya bersama Myungsoo sepenuhnya.
Kedua
mempelai telah berjalan diatas altar pernikahan. Mereka menjadi ppusat
perhatian para undangan. Termasuk Jiyeon. Ketika mempelai pria mencium kening
wanitanya air mata Jiyeon tiba-tiba mengalir. JB yang menyadari hal itu segera
menutup mata Jiyeon dengan tangannya agar Jiyeon tidak bertambah sedih.
Ketika
acara selesai JB dan Jiyeon pergi ke arah pasangan Myungsoo dan Suzy. Jiyeon memberikan
restu kepada mereka. Jiyeon tampak tersenyum bahagia di depan kedua orang yang
ada di hadapannya. “Semoga kalian bahagia.” Satu kalimat yang keluar dari bibir
Jiyeon. Kemudian ia berlalu pergi bersama JB.
“Gomawo
JB-a. Gomawo untuk hari ini.”
“Gwaenchanha.
Kau tak perlu berterima kasih padaku. Aku melakukan ini karena aku peduli
padamu. Saranghae Jiyeon-a.” ujar JB tanpa sadar.
“Ne? apa
katamu tadi?” Kata Jiyeon memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
“ah ani.
Dwaesseoyo.”
Setelah
beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di rumah Jiyeon.
“Gomawoyo JB-a.”
“Kau sudah
mengatakan hal itu lebih dari tiga kali hari ini Jiyeon-a. masuklah. Jessica
pasti sudah menunggumu. See you.”
“Ne.
hati-hati di jalan JB.” Jiyeon melambaikan tanyannya dan memasuki rumahnya.
“Kau sudah
datang? Sudah makan malam?” tanya Jessica.
“Eo. Aku
sudah makan barusan. Kamu?” tanya Jiyeon balik.
“Aku juga
sudah. Tidurlah ini sudah malam. Jaljayo.”
“Eo.
Jaljayo.” Balas Jiyeon tersenyum.
∞∞∞
Tak terasa tiga
bulan telah berlalu. Entah kenapa Myungsoo merasa aneh dengan setiap perlakuan
Suzy. ia tak seromantis dulu ketika masih bertunangan. Apakah karena status
mereka berubah? Entahlah apa yang ia rasakan benar atau tidak. Setiap hari Suzy
pergi keluar rumah dan selalu saja pulang malam. Hal itu semakin membuat
Myungsoo curiga.
Ketika
Myungsoo sedang mengadakan makan malam bersama karyawannya ia melihat Suzy
bersama dengan seorang pria. Suzy menggandeng tangan pria itu sangat erat.
Sesekali ia tersenyum ke arah pria itu.
“Datang
dari mana saja kau? Jam segini baru pulang?” tanya Myungsoo santai. Ia berusaha
mengendalikan emosinya. Dan menunggu jawaban dari Suzy.
“Dari mana
lagi? Aku dari rumah chin-guku.” Jawab Suzy santai.
“Jawab
dengan jujur Zy!” teriak Myungsoo. Amarahnya sudah tidak bisa dikendalikan
lagi.
“Wae? Kau
cemburu? Bukankah kau dulu juga begitu? Kau bermesraan dengan Jiyeon di Korea
sedangkan aku kau tinggal sendirian di sini?”
“Cukup! Itu
dulu Zy! Sekarang aku sudah tidak lagi berhubungan dengannya!” teriak Myungsoo
lagi. Kali ini ia benar-benar emosi. “Baiklah katakan apa maumu Zy?”
“akhirnya
pertanyaan yang aku tunggu kau katakan juga. Aku ingin kita bercerai.”
“m.. mwo?
Cerai? Andwae. Aku tidak ingin bercerai denganmu Zy. Kumohon. Putuskan dia dan
kita akan hidup bahagia disini.”
“Tidak
Myung. Aku tidak mau mengakhiri hubunganku dengannya. Mulai malam ini, aku
tidak akan tinggal lagi di sini bersamamu. Bye.” Jawabnya ketus. Myungsoo hanya
menatap kepergian Suzy dengan tatapan kosong. Ia tidak tau apa yang harus ia
lakukan sekarang. Harukah ia kembali pada Jiyeon? Tapi itu tidak mungkin
baginya. Jiyeon pasti sudah benci padanya. Ia baru menyadari bahwa ditinnggal
oleh orang yang sangat ia cintai itu sakit. Sangat sakit. “Jiyeon-a mianhae.”
Myungsoo menyesal telah meninggalkan Jiyeon yang sangat mencintai dirinya.
∞∞∞
Hari ini Jiyeon sedang tidak ada
kegiatan. Ia merasa bosan di dalam rumah seharian. Ia berdiri ditengah teriknya
matahari dengan tangan yang direntangkan. Menikmati kehindahan pantai
Eurwangni. Merasakan hembusan angin dan suara ombak yang sangat indah terdengar
baginya. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. “Kau sedang apa?” tanya
pria itu. JB. Yah, dia JB. JB yang selalu membuat Jiyeon merasa tenang sejak
hubungannya dengan Myungsoo berakhir. JB yang semakin hari semakin tampan
menurut Jiyeon. Jiyeon masih merasakan angin yang seolah sedang menari.
“Tidakkah
kau melihatku? Aku sedang menikmati angin pantai di sini dan suara ombak yang
selalu terdengar indah di telingaku.” Jelas Jiyeon singkat.
“Jiyeon-a.
ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Kata JB. Tiba-tiba wajahnya berubah
sangat serius.
“Malhaebwa.”
JB meraih
sesuatu dalam saku celananya. Sebuah benda berwarna merah berbentuk love.
Sedetik kemudian JB berlutut di hadapan Jiyeon dan membuka benda tersebut
secara perlahan. “Narang gyeoreonnae jullaeo?”
“JB-a…”
ujar Jiyeon lirih. Matanya berkaca-kaca. Ia terharu. Sedetik kemudian ia
mengangguk menerima lamaran JB. JB meraih cincin yang ada di dalam benda tadi
dan memasangkannya di jari manis Jiyeon.
“Gomawo
Jiyeon-a.” ucab JB sambil memeluk Jiyeon erat-erat. Jiyeon merasa bahagia. Ini
pertama kalinya ia dilamar oleh pria yang serius dengannya. Tanpa ada proses
seperti pacaran.
∞∞∞
Tok… tok… tok…
Terdengar suara ketukan pintu dari
luar rumah Jiyeon. “Nuguseyo?” tanya Jessica dari dalam. Ia segera membukakan
pintu. Jessica kaget ketika mendapati seorang pria tinggi nan tampan berdiri
dihadapannya. “Myungsoo?” ujarnya tak percaya. Ternyata ia masih berani datang
kemari. Apa lagi yang ia inginkan? Apa ia ingin menyakiti Jiyeon lagi? Beberapa
pertanyaan terlintas di pikiran Jessica. “Ada apa kau kesini? Kau mau menyakiti
Jiyeon lagi? Bukankah kau sudah menikah? Pergilah. Jiyeon tidak ingin bertemu
denganmu.” Brak!!! Jessica membanting pintu itu. Spontan Myungsoo kaget.
“Sica! Buka pintunya! Biarkan aku
masuk! Aku ingin menjelaskan semuanya pada Jiyeon!” teriak Myungsoo dari luar
sambil mengetuk pintu berulang kali. Namun kegiatannya terhenti ketika ia
mendengar seorang wanita yang bertanya padanya.
“Mian ahjussi. Kenapa anda berteriak
di rumah kami?” tanya Jiyeon dari belakang. Perlahan pria di depannya
membalikkan tubuhnya. Seketika Jiyeon kaget melihat Myungsoo berada
dihadapannya.
“Jiyeon-a. Mianhaeyo.” Ujarnya
tiba-tiba sambil memeluk Jiyeon. Namun Jiyeon menolak pelukan Myungsoo. Ia
sadar bahwa sebentar lagi ia akan menikah dengan JB. Sahabat Myungsoo. “Wae?
Bukankah kau bilang kau akan menungguku? Kau mau kan kembali padaku?” tanya
Myungsoo.
“Maaf Myung. Aku tidak bisa. Aku
sudah mempunyai tunangan.” Jelas Jiyeon singkat. Myungsoo melihat cincin di
jari manis Jiyeon dan JB tak percaya. “relakan aku Myung. Aku lebih memilih JB
dari pada kamu. Tapi ku mohon jangan kau benci aku dan JB. Aku bukannya ingin membalas
sakit hatiku padamu. Tapi karena dia adalah orang yang selalu ada saat aku
sedih, saat aku sakit hati, saat aku sedang kesepian tanpamu. Aku ingin
bahagia. Dan kebahagiaanku adalah JB. Bukan kau lagi. Yah, dia adalah sabatmu
yang sekarang menjadi tunanganku dan dia melamarku seminggu yang lalu. Bahkan
kami akan melaksanakan pernikahan kami satu bulan kedepan. Jadi tolong
tinggalkan aku Myung. Lupakan aku.” Jelas Jiyeon panjang lebar. Air matanya
mengalir begitu saja. JB hanya memandanginya dari belakang. JB merasa tidak
enak pada sahabatnya. Tapi ia bisa mengerti bagaimana keadaan Jiyeon saat ini.
∞∞∞
“Jiyeon
dengarkan aku dulu. Bukankah dulu kau bilang akan menugguku dan selalu
menungguku? Paksa Myungsoo sambil menarik Jiyeon ke tepi pantai.
“Myungsoo-ssi.
Tolong jangan ungkit-ungkit masa lalu kita. Percuma. Bukankah dulu kau sendiri
yang meminta perpisahan ini terjadi? Kenapa kau datang padaku disaat aku sudah
melupakanmu? Kau bilang bahwa Suzy selingkuh. Dan kau bahkan ingin aku kembali
padamu. Terlambat Myung. Sudah terlambat kau mengatakannya sekarang. Aku sudah
punya tunangan. Jadi tolong jangan ganggu kehidupanku lagi Myung. Enyahlah dari
kehidupanku sekarang. Biarkan aku pergi melupakan dukaku yang dulu. Biarkan aku
berlari mengejar masa depanku bersama JB. Sudah cukup aku merasakan luka dan
sakit hati selama ini. Pergilah Myung. Aku bukanlah kebahagiaanmu. Suzy. hanya
dia yang bisa membuatmu bahagia. Bukan aku.”
“Baiklah
kalau itu maumu Jiyeon. Mian aku sudah mengganggumu. Semoga kau bahagia bersama
JB.” Ujar Myungsoo sebelum akhirnya ia pergi.
“Pergilah
dan jangan kembali padaku!” teriak Jiyeon kesal.
∞∞∞
“JB. Aku gugup. Aku takut.” Gumam
Jiyeon. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan JB. Tangannya gemetar. Tampak
sekali kalau ia sedang gugup. Sesekali JB tersenyum melihat tingkah laku Jiyeon
yang seperti ini.
“Mian. Pendamping mempelai wanitanya
sedang berhalangan jadi dia tidak bisa datang.” Ujar seorang wanita berumur dua
puluhan sambil mendekati Jiyeon dan JB.
“Mwo?! Geuraesseo, eotteokhae?”
tanya Jiyeon panik.
“Kalau kalian tidak keberatan,
bolehkah aku yang menjadi pendamping mempelai wanitanya?” sambung Myungsoo
tiba-tiba.
“Mwo?”
“ide yang bagus Myung. Boleh. Tentu
saja.” Jawab JB.
“Geundae JB-a…”
“Chagi-a, jebal… ne?”
“geuraeh…” jawab Jiyeon pasrah.
Seorang wanita tengah berjalan
diatas altar penikahan yang digandeng oleh mantan namja chingunya. “Jika saja
aku tidak menikah dengan Suzy pasti di tempat JB berdiri itu aku. Aku menyesali
semuanya. Tapi terlambat. Kau sudah dimiliki oleh sahabatku sendiri.”
“Lupakan saja kejadian it Myung. Aku
yakin kau akan mendapatkan wanita yang lebih baik dariku dan Suzy.” ujarnya
singkat. “Ah, aku terlalu gugup.” Lanjutnya.
Akhirnya mempelai wanita sampai di
hadapan mempelai pria. Myungsoo menyerahkan tangan Jiyeon pada JB. “Jagalah
wanita cantik ini JB. Jangan biarkan dia sakit hati seperti dulu. Jangan
tinggalkan dia seperti aku meninggalkannya dulu. Semoga kalian bahagia.”
Myungsoo memberi sebuah pesan pada JB. Dan akhirnya Myungsoo meninggalkan
mereka.
∞∞∞
Cinta tak selalu identik dengan
kebahagiaan. Adakalanya cinta itu menyakitkan. Adakalanya cinta menjadi sebuah
hukuman dan sebuah siksaan bagi yang mengalaminya. Tapi percayalah bahwa cinta
yang abadi itu ada. Melupakan bukanlah satu-satunya jalan untuk menghindari
sakitnya putus cinta. Tapi terkadang merelakan adalah jalan yang terbaik. So,
if you fall in love. Cintailah orang itu sewajarnya.
Mian kalo jelek FF nya. cz aku baru belajar buat FF.
kyaaaaaaaa.....
BalasHapusapa cuma aku yang senyum-senyum sndiri pas JB ngelamar Jiyeon ??
hehehe ngebayangin kalo itu nyataa..kekeke
baguuuss thorr..
ceritanya gak bertele-tele dan PAS kalo menurut akuu..
keep writing ya thor..
(dan kalo boleh aku request FF yang main cast nya JB-Jiyeon lagii...)
Insyaallah nanti kalo ada alur lagi. btw makasih atas responnya ^^
Hapussering" mampir ya '-'/