Sabtu, 25 April 2015

You Are Not My Destiny





Title     : You Are Not My Destiny
Cast     : Park Ji Yeon, Kim Myungsoo, Bae Suzy, Jessica, JB.
Genre  : Sad, hurt (may be)
Length : Oneshoot
Author : Ms. Childish / Nam Ohyun

Ini FF terinspirasi dari lagu-lagunya Poppy Mercury yang sad-sad. Eh kok malah di bocorin sich? Ketahuan banget klo w bego. ya udh Happy Reading ya…
Mian kalo jelek

Siapa yang tak kenal dengan yang namanya cinta? Semua pasti pernah mempunyai kisah cinta masing-masing. Sama seperti kisah cinta Jiyeon dengan Myungsoo. Mereka sudah menjalani sebuah hubungan ini sejak dua tahun lalu. Seminggu yang lalu Myungsoo pergi ke Jepang bersama orang tuanya. Dia bilang tidak akan lama disana. Malam ini terasa sangat dingin tak seperti biasanya. Hangatnya jaket yang sedang Jiyeon kenakan tak sehangat genggaman tangan Myungsoo. Jiyeon bertanya. Selalu bertanya. ‘Kapan Oppa akan kembali? Aku sangat merindukanmu.’ Kisah cinta yang mereka idamkan penuh dengan suasana suram. Seakan Myungsoo tidak akan kembali lagi kepada Jiyeon. Malam ini langit terasa sangat sunyi tanpa bintang kejora. Bayangan wajah Myungsoo seakan sedang terlukis di air laut yang biru dan berkilauan. Rasa rindu Jiyeon pada Myungsoo kembali datang.
            Tampak seorang gadis dengan balutan jaket berwarna biru sedang duduk memeluk lututnya sendiri di tepi pantai. Wajahnya tampak murung. Sesekali ia memandangi sebuah foto yang ada di genggamannya. Ia sedang mengingat kenangan indah bersama kekasihnya. -Myungsoo-. Mengingat kembali wajah tampan kekasihnya yang meninggalkannya seminggu yang lalu.
“Jiyeon-a? Kau sedang apa?” tanya Jessica. Suara lembutnya berhasil membuyarkan lamunan Jiyeon.
“Ah. Na? tidak ada. Aku hanya merindukan Myungsoo.” Jawab Jiyeon tanpa mengalihkan pandangannya dari kilauan dan keindahan air laut yang sedang berada di hadapannya.
“Kau sudah mengirim surat untuknya?”
“Pyeonji? Oh iya. Bukankah seharusnya aku mengirim surat untuk Myungsoo hari ini?” dengan semangat Jiyeon berlari menuju kamarnya dan mengambil sebuah kertas beserta pulpen biru pemberian Myungsoo. Ia menuliskan seluruh isi hatinya di kertas itu. Sesekali ia tersenyum saat menulisnya.
“Myungsoo ku harap kau segera kembali untukku.” Harap Jiyeon sambil memeluk surat untuk Myungsoo. Jiyeon menyimpan surat itu di bawah bantalnya.
∞∞∞
            Hari ini Jiyeon mengirimkan suratnya untuk Myungsoo. Ia menanyakan kabar Myungsoo dan kapan Myungsoo akan kembali. Ia sangat merindukan kekasihnya itu.
Dua hari kemudian…
            Seseorang dengan beberapa surat datang dan mengetuk pintu rumah yang ditempati Jiyeon dan Jessica. Beberapa saat kemudian Jessica membukakan pintu untuk orang itu. Ia menerima sebuah surat dengan nama pengirim ‘Kim Myungsoo’. Jessica sudah menduga kalau surat itu pasti untuk Jiyeon. Ia segera memberikan surat yang di terimanya kepada Jiyeon. Dengan senang hati Jiyeon membaca surat itu.

To     : My princess Jiyeon
From : your heart prince

        Jiyeon, aku juga merindukanmu. Kau tau, disini aku tidak bisa tenang. Aku selalu memikirkanmu. Aku akan kembali dalam dua bulan. Aku tidak bisa pulang cepat ke Korea sekarang karena appa sedang sibuk. Begitu juga dengan eomma. Jadi maaf kalau aku pulangnya lebih lama.

        Singkat saja, ya. Karena aku sedang sibuk sekarang. Saranghae Jiyeon-a.

Kim Myung Soo

“Baiklah aku akan menunggumu sampai kau datang Myung. Saranghae.” Gumam Jiyeon. Ia segera menuju ke tepi pantai dan meneriakkan nama Kim Myungsoo beberapa kali. Ia sempat mengeluarkan air mata saat berteriak. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasih hatinya yang sedang berada di Jepang saat ini.
∞∞∞
            Seorang pria sedang sibuk dengan sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya. Sesekali ia melihat jam tangannya. Ini sudah malam. Ia segera berkemas dan pulang ke rumah.
            Sesampainya di rumah ia melihat seorang wanita berpakaian serba biru muda sedang berkutik dengan peralatan dapur. Pria itu segera menghampirinya dan memeluknya dari belakang. “Kau sedang apa chagi?”
“Kau tidak lihat? Aku sedang memasak. Itu sangat menggangguku Myungsoo oppa. Lepaskan pelukanmu atau aku akan menendangmu.” Ujar wanita bernama Suzy itu. Yah, dia adalah selingkuhan dari Kim Myungsoo. Ah bukan, lebih tepatnya dia adalah tunangan Kim Myungsoo dan mereka akan menikah bulan depan. Jiyeon? Kim Myungsoo hanya mempermainkannya saja.
“Kau berani menendangku?” goda Myungsoo.
“Tentu saja. Kenapa tidak? Kau mau aku menendangmu sekarang?”
“Ah tidak. Ya sudah aku mandi dulu.” Pamit Myungsoo sambil mengecup pipi Suzy sekilas.

∞∞∞
        Myung, kapan kau kembali? Nan neomu bogosipeosseo. Di sini aku menunggu kehadiranmu. Aku menunggumu. Aku akan selalu menunggumu.
            Sudah satu jam Jiyeon duduk di tepi pantai sambil menuliskan sebuah surat untuk Myungsoo. Hari ini cuaca sangat dingin. Namun dinginnya cuaca tak sedingin hati Jiyeon yang sedang merindukan kekasihnya yang selalu menghangatkannya setiap saat. Tak lama kemudian ia melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop bergambar love. Sejak kepergian Myungsoo ke Jepang, ia selalu duduk di tepi pantai setiap malam.  Ia membayangkan air laut sedang melukiskan bayangan wajah tampan Myungsoo.
∞∞∞
            Suzy dan Myungsoo sedang sibuk menuliskan nama di undangan pernikahan mereka. Sedangkan JB menghitung jumlah undangan yang sudah dibuat. Beberapa menit kemudian bel rumah Myungsoo berbunyi. JB segera membukakan pintu. Ia menerima sebuah surat dengan amplop bergambar love. Sudah pasti itu dari Jiyeon untuk Myungsoo.
            “Myung, ada Surat untukmu.” Ujar JB sambil menyerahkan surat itu pada Myungsoo.
“Surat dari Jiyeon lagi?” tanya Suzy pada Myungsoo.
            “JB. antarkan undangan ini pada Jiyeon di Seoul besok lusa.” Perintah Myungsoo.
            “Jiyeon? Tapi…”
            “Turuti saja perintahku JB!” bentak Myungsoo.
            “Baiklah. Aku akan memberikan surat ini pada Jiyeon.” Jawab JB pasrah.
∞∞∞
            “Myung, aku berangkat!” pamit JB pada Myungsoo. Hari ini JB akan mengirimkan undangan pernikahan Myungsoo dengan Suzy untuk Jiyeon. JB tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Jiyeon ketika ia menerima undangan pernikahan itu. Sejuta bayangan kini muncul di benak JB. Jiyeon mencoba bunuh diri karena kisah cintanya yang berakhir begitu saja, Jiyeon patah hati dan tidak mau makan sampai akhirnya ia mati, Jiyeon terlihat murung dan akhirnya menjadi gila, Jiyeon menangis sekeras-kerasnya, dan bayangan terakhir yang terlintas di pikiran JB adalah Jiyeon hanya menerima pernikahan Myungsoo dan melupakan Myungsoo begitu saja. “ah andwae!” gumam JB ketika tersadar dari bayangan-bayangan akan reaksi dari Jiyeon nanti.
            Beberapa jam kemudian JB tiba di Incheon Airport. Ia segera menghentikan taksi dan menuju ke rumah Jiyeon di dekat pantai Eurwangni. Tiba di pantai Eurwangni JB melihat seorang wanita duduk termenung di pinggiran pantai. JB menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya dari belakang. “Jiyeon?”
“JB? Mana Myung?” tanyanya sambil melihat-lihat di sekitarku.
            “Myung? Myung masih di Jepang. Bisakah aku ke rumahmu?” tanya JB. Ia merasa bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk memberikan undangan itu. Tapi, undangan itu juga harus ia berikan pada Jiyeon agar Jiyeon tidak mengharapkan Myungsoo lagi.
            “Ada apa sebenarnya kau kemari?” tanya Jiyeon.
            “Sebenarnya aku ke sini ingin mengantarkan ini.” JB menyerahkan sebuah undangan berwarna cokelat yang di ikat dengan pita. Jiyeon pun segera membuka undangan itu dan membacanya. Namun kegiatannya terhenti ketika ia mendapatkan sebuah nama di sana. Kim Myung Soo. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Tubuhnya melemas. Hatinya terasa sakit bagaikan di iris dengan pisau.
            “Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Suratku di balas dengan sebuah undangan. Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kau memang tidak pernah mencintaiku? Aku rela kehilanganmu Myung. Aku merestuimu menikah dengan Suzy. tidak apa-apa kalau aku harus sendiri di sini tanpamu. Tanpa kabar dan tanpa dirimu. Aku merelakanmu bersamanya Myung. Jika itu yang terbaik untukmu. Semoga kau bahagia bersamanya.” Jiyeon menggenggam erat undangan pernikahan itu. Air matanya membasahi undangan yang digenggamnya. Ia menangis. Air matanya mengalir sangat deras. Bukan menangis karena ia tidak bisa melupakan Myungsoo. Tapi ia menangis karena ia merasa telah dipermainkan oleh Myungsoo.
            “Jiyeon?! Jiyeon sadarlah! Jiyeon?!” panggil JB sambil merangkul Jiyeon yang mulai tak sadarkan diri.
            “Jiyeon? Kau kenapa?!” teriak Jessica dari pintu. “JB tolong bawa dia ke kamar.” Perintah Jessica.
            Beberapa menit kemudian Jiyeon mulai tersadar. Jiyeon menatap seorang pria yang ada di dekatnya. JB. Yah, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengannya. Tiba-tiba Jiyeon memeluk pria itu dan menangis dalam pelukannya. Pria itu membalas pelukan Jiyeon dan mencoba menenangkan Jiyeon. “JB” ujar Jiyeon di sela-sela tangisnya.
            “menangislah Ji. Menangislah kapanpun kau mau. Aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu.”
            “Gomawoyo JB-a…” Ujar Jiyeon lagi. Pelukannya semakin erat.
∞∞∞
            Pagi yang cerah. Namun tak secerah hati Jiyeon yang masih terluka karena cintanya berakhir begitu saja. Beribu cara ia lakukan untuk melupakan Myungsoo yang akan menikah minggu depan dengan wanita pilihannya. Seiring berjalannya waktu Jiyeon juga semakin dekat dengan JB. Ia merasa tenang dan lupa pada Myungsoo setiap kali ia bersama pria bernama JB itu. Begitu pula dengan JB. Ia semakin menyukai Jiyeon. Tidakkah Myungsoo akan menyesal telah meninggalkan wanita baik seperti Jiyeon?
            “Jiyeon apa kau sudah siap?” tanya JB dari luar kamar Jiyeon.
            “Ne! sebentar lagi aku selesai.” Ujar Jiyeon sambil merapikan pakaiannya. Kemudian ia meraih tas berwarna biru muda yang terletak di tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya. Hari ini Jiyeon akan pergi ke pernikahan Myungsoo bersama JB. Ia tidak yakin akan berhasil melakukan ini. Tapi Jiyeon berusaha untuk melupakan kenangannya bersama Myungsoo sepenuhnya.
            Kedua mempelai telah berjalan diatas altar pernikahan. Mereka menjadi ppusat perhatian para undangan. Termasuk Jiyeon. Ketika mempelai pria mencium kening wanitanya air mata Jiyeon tiba-tiba mengalir. JB yang menyadari hal itu segera menutup mata Jiyeon dengan tangannya agar Jiyeon tidak bertambah sedih.
            Ketika acara selesai JB dan Jiyeon pergi ke arah pasangan Myungsoo dan Suzy. Jiyeon memberikan restu kepada mereka. Jiyeon tampak tersenyum bahagia di depan kedua orang yang ada di hadapannya. “Semoga kalian bahagia.” Satu kalimat yang keluar dari bibir Jiyeon. Kemudian ia berlalu pergi bersama JB.
            “Gomawo JB-a. Gomawo untuk hari ini.”
            “Gwaenchanha. Kau tak perlu berterima kasih padaku. Aku melakukan ini karena aku peduli padamu. Saranghae Jiyeon-a.” ujar JB tanpa sadar.
            “Ne? apa katamu tadi?” Kata Jiyeon memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
            “ah ani. Dwaesseoyo.”
            Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di rumah Jiyeon. “Gomawoyo JB-a.”
            “Kau sudah mengatakan hal itu lebih dari tiga kali hari ini Jiyeon-a. masuklah. Jessica pasti sudah menunggumu. See you.”
            “Ne. hati-hati di jalan JB.” Jiyeon melambaikan tanyannya dan memasuki rumahnya.
            “Kau sudah datang? Sudah makan malam?” tanya Jessica.
            “Eo. Aku sudah makan barusan. Kamu?” tanya Jiyeon balik.
            “Aku juga sudah. Tidurlah ini sudah malam. Jaljayo.”
            “Eo. Jaljayo.” Balas Jiyeon tersenyum.
∞∞∞
            Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Entah kenapa Myungsoo merasa aneh dengan setiap perlakuan Suzy. ia tak seromantis dulu ketika masih bertunangan. Apakah karena status mereka berubah? Entahlah apa yang ia rasakan benar atau tidak. Setiap hari Suzy pergi keluar rumah dan selalu saja pulang malam. Hal itu semakin membuat Myungsoo curiga.
            Ketika Myungsoo sedang mengadakan makan malam bersama karyawannya ia melihat Suzy bersama dengan seorang pria. Suzy menggandeng tangan pria itu sangat erat. Sesekali ia tersenyum ke arah pria itu.
            “Datang dari mana saja kau? Jam segini baru pulang?” tanya Myungsoo santai. Ia berusaha mengendalikan emosinya. Dan menunggu jawaban dari Suzy.
            “Dari mana lagi? Aku dari rumah chin-guku.” Jawab Suzy santai.
            “Jawab dengan jujur Zy!” teriak Myungsoo. Amarahnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
            “Wae? Kau cemburu? Bukankah kau dulu juga begitu? Kau bermesraan dengan Jiyeon di Korea sedangkan aku kau tinggal sendirian di sini?”
            “Cukup! Itu dulu Zy! Sekarang aku sudah tidak lagi berhubungan dengannya!” teriak Myungsoo lagi. Kali ini ia benar-benar emosi. “Baiklah katakan apa maumu Zy?”
            “akhirnya pertanyaan yang aku tunggu kau katakan juga. Aku ingin kita bercerai.”
            “m.. mwo? Cerai? Andwae. Aku tidak ingin bercerai denganmu Zy. Kumohon. Putuskan dia dan kita akan hidup bahagia disini.”
            “Tidak Myung. Aku tidak mau mengakhiri hubunganku dengannya. Mulai malam ini, aku tidak akan tinggal lagi di sini bersamamu. Bye.” Jawabnya ketus. Myungsoo hanya menatap kepergian Suzy dengan tatapan kosong. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Harukah ia kembali pada Jiyeon? Tapi itu tidak mungkin baginya. Jiyeon pasti sudah benci padanya. Ia baru menyadari bahwa ditinnggal oleh orang yang sangat ia cintai itu sakit. Sangat sakit. “Jiyeon-a mianhae.” Myungsoo menyesal telah meninggalkan Jiyeon yang sangat mencintai dirinya.
∞∞∞
Hari ini Jiyeon sedang tidak ada kegiatan. Ia merasa bosan di dalam rumah seharian. Ia berdiri ditengah teriknya matahari dengan tangan yang direntangkan. Menikmati kehindahan pantai Eurwangni. Merasakan hembusan angin dan suara ombak yang sangat indah terdengar baginya. Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. “Kau sedang apa?” tanya pria itu. JB. Yah, dia JB. JB yang selalu membuat Jiyeon merasa tenang sejak hubungannya dengan Myungsoo berakhir. JB yang semakin hari semakin tampan menurut Jiyeon. Jiyeon masih merasakan angin yang seolah sedang menari.
            “Tidakkah kau melihatku? Aku sedang menikmati angin pantai di sini dan suara ombak yang selalu terdengar indah di telingaku.” Jelas Jiyeon singkat.
           “Jiyeon-a. ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Kata JB. Tiba-tiba wajahnya berubah sangat serius.
            “Malhaebwa.”
            JB meraih sesuatu dalam saku celananya. Sebuah benda berwarna merah berbentuk love. Sedetik kemudian JB berlutut di hadapan Jiyeon dan membuka benda tersebut secara perlahan. “Narang gyeoreonnae jullaeo?”
            “JB-a…” ujar Jiyeon lirih. Matanya berkaca-kaca. Ia terharu. Sedetik kemudian ia mengangguk menerima lamaran JB. JB meraih cincin yang ada di dalam benda tadi dan memasangkannya di jari manis Jiyeon.
            “Gomawo Jiyeon-a.” ucab JB sambil memeluk Jiyeon erat-erat. Jiyeon merasa bahagia. Ini pertama kalinya ia dilamar oleh pria yang serius dengannya. Tanpa ada proses seperti pacaran.
∞∞∞
Tok… tok… tok…
            Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah Jiyeon. “Nuguseyo?” tanya Jessica dari dalam. Ia segera membukakan pintu. Jessica kaget ketika mendapati seorang pria tinggi nan tampan berdiri dihadapannya. “Myungsoo?” ujarnya tak percaya. Ternyata ia masih berani datang kemari. Apa lagi yang ia inginkan? Apa ia ingin menyakiti Jiyeon lagi? Beberapa pertanyaan terlintas di pikiran Jessica. “Ada apa kau kesini? Kau mau menyakiti Jiyeon lagi? Bukankah kau sudah menikah? Pergilah. Jiyeon tidak ingin bertemu denganmu.” Brak!!! Jessica membanting pintu itu. Spontan Myungsoo kaget.
            “Sica! Buka pintunya! Biarkan aku masuk! Aku ingin menjelaskan semuanya pada Jiyeon!” teriak Myungsoo dari luar sambil mengetuk pintu berulang kali. Namun kegiatannya terhenti ketika ia mendengar seorang wanita yang bertanya padanya.
            “Mian ahjussi. Kenapa anda berteriak di rumah kami?” tanya Jiyeon dari belakang. Perlahan pria di depannya membalikkan tubuhnya. Seketika Jiyeon kaget melihat Myungsoo berada dihadapannya.
           “Jiyeon-a. Mianhaeyo.” Ujarnya tiba-tiba sambil memeluk Jiyeon. Namun Jiyeon menolak pelukan Myungsoo. Ia sadar bahwa sebentar lagi ia akan menikah dengan JB. Sahabat Myungsoo. “Wae? Bukankah kau bilang kau akan menungguku? Kau mau kan kembali padaku?” tanya Myungsoo.
            “Maaf Myung. Aku tidak bisa. Aku sudah mempunyai tunangan.” Jelas Jiyeon singkat. Myungsoo melihat cincin di jari manis Jiyeon dan JB tak percaya. “relakan aku Myung. Aku lebih memilih JB dari pada kamu. Tapi ku mohon jangan kau benci aku dan JB. Aku bukannya ingin membalas sakit hatiku padamu. Tapi karena dia adalah orang yang selalu ada saat aku sedih, saat aku sakit hati, saat aku sedang kesepian tanpamu. Aku ingin bahagia. Dan kebahagiaanku adalah JB. Bukan kau lagi. Yah, dia adalah sabatmu yang sekarang menjadi tunanganku dan dia melamarku seminggu yang lalu. Bahkan kami akan melaksanakan pernikahan kami satu bulan kedepan. Jadi tolong tinggalkan aku Myung. Lupakan aku.” Jelas Jiyeon panjang lebar. Air matanya mengalir begitu saja. JB hanya memandanginya dari belakang. JB merasa tidak enak pada sahabatnya. Tapi ia bisa mengerti bagaimana keadaan Jiyeon saat ini.
∞∞∞
            “Jiyeon dengarkan aku dulu. Bukankah dulu kau bilang akan menugguku dan selalu menungguku? Paksa Myungsoo sambil menarik Jiyeon ke tepi pantai.
            “Myungsoo-ssi. Tolong jangan ungkit-ungkit masa lalu kita. Percuma. Bukankah dulu kau sendiri yang meminta perpisahan ini terjadi? Kenapa kau datang padaku disaat aku sudah melupakanmu? Kau bilang bahwa Suzy selingkuh. Dan kau bahkan ingin aku kembali padamu. Terlambat Myung. Sudah terlambat kau mengatakannya sekarang. Aku sudah punya tunangan. Jadi tolong jangan ganggu kehidupanku lagi Myung. Enyahlah dari kehidupanku sekarang. Biarkan aku pergi melupakan dukaku yang dulu. Biarkan aku berlari mengejar masa depanku bersama JB. Sudah cukup aku merasakan luka dan sakit hati selama ini. Pergilah Myung. Aku bukanlah kebahagiaanmu. Suzy. hanya dia yang bisa membuatmu bahagia. Bukan aku.”
            “Baiklah kalau itu maumu Jiyeon. Mian aku sudah mengganggumu. Semoga kau bahagia bersama JB.” Ujar Myungsoo sebelum akhirnya ia pergi.
            “Pergilah dan jangan kembali padaku!” teriak Jiyeon kesal.
∞∞∞
            “JB. Aku gugup. Aku takut.” Gumam Jiyeon. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan JB. Tangannya gemetar. Tampak sekali kalau ia sedang gugup. Sesekali JB tersenyum melihat tingkah laku Jiyeon yang seperti ini.
            “Mian. Pendamping mempelai wanitanya sedang berhalangan jadi dia tidak bisa datang.” Ujar seorang wanita berumur dua puluhan sambil mendekati Jiyeon dan JB.
            “Mwo?! Geuraesseo, eotteokhae?” tanya Jiyeon panik.
            “Kalau kalian tidak keberatan, bolehkah aku yang menjadi pendamping mempelai wanitanya?” sambung Myungsoo tiba-tiba.
            “Mwo?”
            “ide yang bagus Myung. Boleh. Tentu saja.” Jawab JB.
            “Geundae JB-a…”
            “Chagi-a, jebal… ne?”
            “geuraeh…” jawab Jiyeon pasrah.

            Seorang wanita tengah berjalan diatas altar penikahan yang digandeng oleh mantan namja chingunya. “Jika saja aku tidak menikah dengan Suzy pasti di tempat JB berdiri itu aku. Aku menyesali semuanya. Tapi terlambat. Kau sudah dimiliki oleh sahabatku sendiri.”
            “Lupakan saja kejadian it Myung. Aku yakin kau akan mendapatkan wanita yang lebih baik dariku dan Suzy.” ujarnya singkat. “Ah, aku terlalu gugup.” Lanjutnya.
            Akhirnya mempelai wanita sampai di hadapan mempelai pria. Myungsoo menyerahkan tangan Jiyeon pada JB. “Jagalah wanita cantik ini JB. Jangan biarkan dia sakit hati seperti dulu. Jangan tinggalkan dia seperti aku meninggalkannya dulu. Semoga kalian bahagia.” Myungsoo memberi sebuah pesan pada JB. Dan akhirnya Myungsoo meninggalkan mereka.
∞∞∞
            Cinta tak selalu identik dengan kebahagiaan. Adakalanya cinta itu menyakitkan. Adakalanya cinta menjadi sebuah hukuman dan sebuah siksaan bagi yang mengalaminya. Tapi percayalah bahwa cinta yang abadi itu ada. Melupakan bukanlah satu-satunya jalan untuk menghindari sakitnya putus cinta. Tapi terkadang merelakan adalah jalan yang terbaik. So, if you fall in love. Cintailah orang itu sewajarnya.






Mian kalo jelek FF nya. cz aku baru belajar buat FF.

2 komentar:

  1. kyaaaaaaaa.....

    apa cuma aku yang senyum-senyum sndiri pas JB ngelamar Jiyeon ??
    hehehe ngebayangin kalo itu nyataa..kekeke

    baguuuss thorr..
    ceritanya gak bertele-tele dan PAS kalo menurut akuu..

    keep writing ya thor..

    (dan kalo boleh aku request FF yang main cast nya JB-Jiyeon lagii...)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah nanti kalo ada alur lagi. btw makasih atas responnya ^^
      sering" mampir ya '-'/

      Hapus