Senin, 25 April 2016

[Nappeun Namja Pt.5] Truth

Nappeun Namja Pt.5
TRUTH

Cast     : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, Lee Jinsol, Lee Hoya
Genre   : Family, Happy (?), etc.
Length   : Chapter
Author   : Ms. Childish


Pagi ini para member BTS sedang bersiap menuju Daegu. Mereka akan mengadakan fanmeeting. Jungkook dan hyung-hyungnya terlihat sangat senang. Apalagi Jimin. menurutnya ini adalah kesempatan untuk bertemu dengan Jinsol.

Jinsol tampak sedang tidak senang. Sarapannya belum ia cicipi sejak tadi. Hoya memperhatikan ekspresi Jinsol yang tapak sedih. “Kau kenapa Jinsol? Kenapa kau tidak memakan makananmu? Apa kau ada masalah?” Tanya Hoya.
“Oppa. Setelah ini aku ini aku ingin berbicara dengan oppa.”
“baiklah kalau begitu.”

Jinsol sedang berdiri dihadapan Hoya. Ia memainkan jarinya karena kegelisahannya. “Kau kenapa? Apakah pekerjaanmu tidak cocok? Aku akan memindahkanmu ke kantorku jika kau tidak nyaman menjadi selebriti.” Ujar Hoya.
“Tidak oppa. Bukan itu. Ini… tentang Jungkook.”
“Jungkook? Ada apa dengannya? Apa dia mengganggumu lagi?” Tanya Hoya.
“Dia… kemarin dia datang menemuiku di lokasi syuting. Dan… dia bertanya tentang Sungjong. Sepertinya dia tau tentang Sungjong. Oppa. Aku sudah melupakannya tapi kenapa dia muncul lagi?” Tanya Jinsol. Butiran air mata berjatuhan dari pelupuk matanya.
“Jinsol. Aku mengerti perasaanmu. Sekarang. Jangan kau sia-siakan Jimin. Dia pria baik-baik. Berbeda dengan Jungkook. Aku juga tidak akan membiarkannya menyakitimu lagi.”

Drrtt… Drrtt…
“Jimin. aku akan menjawabnya dulu oppa.” Pamit Jinsol. Ia berjalan keluar dan menjawab panggilan dari Jimin.
“Ne oppa.”
“……”
“Ne? Jinjja? Arasseo. Aku segera kesana.” Jinsol segera kembali ke ruangan kakaknya dan meminta ijin untuk menyusul Jimin ke Daegu. Hoya mengiyakannya. Ia selalu mengijinkan adiknya itu untuk pergi kemana saja yang ia mau asalkan tidak untuk pergi minum bersama siapapun. Hoya melarang keras akan hal itu. ia tidak ingin kesalahan yang sama terjadi dua kali pada Jinsol.

“Oppa!” panggil Jinsol dari kejauhan. Jinsol segera berlari mendekati Jimin dan memeluk pria itu. “Apakah aku terlambat?” Tanya Jinsol sambil menormalkan nafasnya yang terengah-engah.
“Jinsol? Terima kasih kau sudah datang. Hari ini aku akan pergi ke Daegu. Dan aku akan kembali besok pagi. Tunggu aku dan jangan selingkuh. Aku akan merayakan hari pertunangan kita setelah aku pulang dari Daegu.”
“Aku tau itu. aku tidak akan selingkuh. Percayalah padaku oppa.” Jawab Jinsol.

Acara Fanmeet telah selesai. Semua member BTS telah meninggalkan tempatnya dan pergi ke hotel untuk istirahat. Jungkook. Seperti biasa ia menuliskan semua kejadian yang terjadi di buku merahnya. Jungkook tampak sangat lelah hingga tanpa sadar ia tertidur begitu saja. Tanpa menutup bukunya. Tanpa mengenakan selimut. Dan tanpa mengganti bajunya.
Jimin baru saja kembali setelah mengantar Jinsol sampai depan gerbang hotel. Ia memasuki kamar Jungkook. Memang dia satu kamar dengan Jimin. Saat Jimin hendak berbaring, ia melihat buku catatan harian Jungkook yang terbuka. Jimin merasa tertarik untuk membaa buku bersampul merah itu. Dimulai dari halaman pertama.

Senyumnya. Tariannya. Wajahnya. Masih aku ingat hingga saat ini. lima tahun sudah berlalu tapi kenapa aku semakin merindukannya?

Jimin tertawa kecil sambil membaca kalimat itu. “Kekanakan sekali.” Gumam Jimin. ia kemudian membalik halaman berikutnya.

Kenapa rasa bersalahku kini semakin besar? Perasaan itu semaki menghantuiku. Dimana kau? Aku mencarimu. Maafkan aku karena aku tidak sempat bertanggung jawab atas kesalahanku. Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang denganmu. Tapi kenapa perasaan itu sekarang berubah? Tolong kembalilah.

“Kesalahan? Kesalahan apa yang dilakukan anak ini?” Jimin terus membalik lembaran-lembaran itu. Hingga ia tiba di sebuah halaman yang penuh dengan tulisan tangan Jungkook. Cerita yang cukup panjang.

Kau semakin cantik. Kau juga terlihat semakin dewasa. Kau menjadi wanita yang kuat. Membesarkan anak kita sebagai keponakan itu sulit. Aku menyesal telah meninggalkanmu di masa lalu. Kau terlihat sangat bahagia tadi. Bersama Jimin hyung. Kurasa aku harus menjauh darimu. Dan tetap menjadi orang asing bagimu. Aku tidak ingin menjadi pengacau hidupmu. Selamanya. Kau hanya mimpiku. Biarkan perasaan ini ku pendam sendiri. Walau terasa begitu sakit. Walau ada rasa kecewa di dalam hati. Walau sedih dan tangis mengiringi ingatanku denganmu di masa lalu. Aku. Hanya PENGACAU bagimu. Aku senang melihatmu tersenyum bersama Jimin hyung. Jinsol. Maafkan aku atas kesalahan terbesarku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan mengganggumu bersama Jimin. Semoga kau bahagia.

“Apa ini?” tangan Jimin gemetar saat ia menemukan nama Jinsol dan namanya disana. Ia segera mengambil ponselnya dan mengambil gambar tulisan tangan Jungkook itu. ia ingin menyerahkannya pada Jinsol dan ia juga ingin mempersatukan Jungkook dengan Jinsol. “Apa ini yang membuat Jungkook sakit waktu itu? tapi bagaimana bisa ia menyembunyikan ini dariku? Dan Sungjong. Benarkah dia anak Jungkook? Aku akan menanyakan ini pada Jinsol.”
‘Jinsol. Temui aku besok di taman dekat rumahmu.’ Jimin baru saja mengirimi Jinsol pesan singkat. Ia berharap bahwa ia akan menemukan jawaban yang sebenarnya besok.

BTS sedang perjalanan kembali ke Seoul. Jimin terus saja memandangi layar ponselnya. Setelah beberapa jam, akhirnya mereka tiba di Seoul. Besok adalah hari pertunangannya dengan Jinsol. Bagaimana bisa ia menerima seorang wanita yang sudah pernah hamil? Tidak masalahnya bukan itu. Masalahnya adalah karena Jinsol pernah mengandung anak Jungkook. Yang sekarang menjadi keponakannya. Sungjong.

Jinsol menunggu kehadiran Jimin di sebuah kursi panjang. Ia mencari sosok Jimin. Jinsol segera berlari saat ia menemukan Jimin sedang berjalan bersama teman-temannya. “Oppa.” Panggil Jinsol sambil tersenyum kearah Jimin.
“Jinsol? Hyung aku akan menemuinya dulu. Kalian kembalilah lebih dulu.” Ujar Jimin. ia berjalan menuju arah Jinsol.

Jimin dan Jinsol sedang berada di café dekat bandara. Mereka sedang menikmati kopi bersama. Romantic bukan? Di musim dingin ini mereka minum kopi berdua. “Bagaimana pekerjaanmu kemarin? Kau pasti sangat lelah. Oppa sebaiknya istirahat saja. Besok kan hari pertunangan kita.” Jinsol memulai permbicaraan.
“Jinsol. Aku ingin menanyaan sesuatu padamu.” Ujar Jimin dengan wajah seriusnya.
“Tanyakan saja oppa. Tidak biasanya oppa meminta ijin dulu padaku untuk bertanya.” Jawab Jinsol sambil tersenyum.
“Apakah benar kau pernah hamil sebelumnya?” Tanya Jimin.
Seketika Jinsol kaget dan menatap Jimin. senyumnya luntur. Hatinya terasa seperti ditusuk dengan jarum. Tidak. Lebih dari itu. Air bening sedang mengambang di matanya. “Kenapa kau menanyakan hal itu?” bukanlah sebuah jawaban yang Jinsol berikan. Namun sebuah pertanyaan.
“Jawab aku. Apa kau pernah memiliki hubungan dengan Jungkook?” Jimin berusaha mengontrol emosinya. Ia tidak ingin dirinya marah dan membuat Jinsol malu. “Jawab aku Jinsol.” Lagi. Jimin menuntut sebuah jawaban. Perlahan kepala Jinsol mengangguk. “Apakah kau mencintai pria itu?” Tanya Jimin lagi. “Apa benar Sungjong itu bukan keponakanmu melainkan anakmu?” lanjutnya.
“Oppa. Darimana oppa tau sedetail itu? apakah Jungkook yang memberitahunya padamu? Atau..” belum selesai Jinsol berbicara, Jimin memotongnya denga kalimatnya sendiri.
“Baca ini.” jimin menyerahkan ponselnya dan menunjukkan foto dari catatan harian Jungkook. Dari halaman terdepan hingga akhir. Air mata Jinsol mengalir. Lagi.
‘Kau menyesalinya? Jadi selama ini kau mencariku? Tapi kenapa? Waktu itu kau menyuruhku menggugurkan kandunganku. Kenapa kau baru menyesalinya sekarang?’ Tanya batin Jinsol.
“Menikahlah dengannya. Aku yakin kau akan lebih bahagia bersamanya. Dia bukanlah pria jahat seperti dulu. Di dorm, dia yang paling peduli pada semua member selain Taehyung. Dia juga pintar. Dan… ku mohon. Jika kau benar menyayangiku, menikahlah dengannya.” Jimin menggenggam tangan Jinsol dengan erat.

Next day

Hari ini hari pertunangan Jimin dan Jinsol. Semua orang menghadiri acara tersebut. Termasuk Jungkook dan member BTS yang lainnya. Acara pertunangan ini terlihat seperti acara pernikahan. Namun tidak ada pendeta di tempat itu.
Jinsol sedang menunggu diruang kamarnya. Ia menatap dirinya. Dengan wajah datar. Pikirannya tidak focus pada acara pertunangannya. Ingatannya pada masa lalunya kembali menghantui pikiran gadis itu. Saat Jungkook meninggalkannya diruang make up dengan penampilan kacau. Wajah Jungkook saat ia menyuruh gadis itu menggugurkan kandungannya.
Berbeda dengan Jinsol. Jimin sedang memikirkan tentang perasaan Jungkook. Jungkook selalu bersikap baik pada Jimin. member yang paling peduli dan menyayanginya. Setidaknya itu yang Jimin percaya. Bagaimana pun Jimin tidak bisa memisahkan Jungkook dengan anaknya. Walaupun tidak untuk Jinsol. Setidaknya Jungkook bisa bahagia karena bisa memiliki haknya sebagai ayah dari Sungjong.
“Jimin. Para tamu sudah menunggumu. Sebaiknya kau temui mereka.” Ujar leader pada Jimin.
“Ne hyung.” Jimin sudah menentukan apa yang ia lakukan hari ini.
Jimin berjalan dengan percaya dirinya diatas altar. Kemudian disusul oleh Jinsol. Saat tiba pertukaran cincin. Jimin menghentikan gerakannya. Ia menggenggam tangan Jinsol. Ia berbalik kearah para tamu. “Pertunangan ini. Aku tidak berhak untuk memiliki gadis cantik dan baik yang sedang berdiri di sampingku saat ini. Ada seseorang lagi yang lebih berhak dariku. Seseorang yang lebih mencintainya. Menyayanginya. Dan dia juga jauh lebih baik dariku. Pria itu adalah sahabatku sendiri. Adik para member BTS. Jungkook.”
“Oppa…” gumam Jinsol. Jimin tersenyum kearah Jinsol.
Semua orang kini memusatkan perhatiannya pada Jungkook. Jimin perlahan berjalan dan mendekati Jungkook. Menggenggam tangan pria itu dan membawanya berada di samping kiri Jimin. sedangnkan Jinsol dengan berdiri di sebelah kanan Jimin. “Aku ingin kalian menjadi pasangan yang bahagia.” ujar Jimin.
“Hyung… apa yang kau lakukan?” Tanya Jungkook pelan.
“Kumohon. Lakukan ini untukku Kook. Kau lebih berhak untuk memilikinya.” Jimin menyerahkan sebuah cincin ke tangan Jungkook. Meminta pria itu memasangkan cincin pada gadis dihadapannya. Jimin turun dan menduduki sebuah kursi tamu yang tadinya menjadi tempat Jungkook. ‘seperti inikah perasaanmu setiap kali aku bersama Jinsol? Dan seperti inikah perasaanmu saat kau melihatku bersama Jinsol disana tadi? Aku sudah merasakannya Jungkook. Aku harap kau akan bahagia bersamanya.’ Gumam batin Jimin.
“Kau hebat Jimin.” Ujar Taehyung sambil menepuk pundak Jimin.

Acara pertunangan itu sudah selesai. Jinsol berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sangat cepat. Ia segera memasuki kamarnya dan menangis.
“Jinsol… kenapa kau menagis? Bukankah seharusnya kau bahagia karena Jungkook mau bertanggung jawab atas kejadian dimasa lalumu?” Tanya istri Hoya sambil mengusap rambut Jinsol. Jinsol bangun dan memeluk erat kakak iparnya.
“Aku memang menginginkannya unn. Tapi bukan sekarang. Aku sudah melupakannya. Tapi… Jimin. bagaimana dengannya? Dia pasti sakit.”
“Lalu bagaimana dengan perasaan Jungkook? Siapa yang tahu tentang perasaannya? Apakah Taehyung pernah menceritakan perasaan Jungkook padamu? Tidak kan? Apakah Jimin juga pernah menceritakan perasaan Jungkook padamu? Tidak kan? Tidak ada yang tau perasaannya Jinsol. Dan. Bukankah jika kau menikah dengannya kau akan bahagia dan hidup bersama dengan Sungjong?”
“eonni… aku tidak menginginkan pertunangan ini. Dia yang menghancurkan hidupku dulu. Dia juga yang membuatku terpuruk. Tapi Jimin. dia sahabat kecilku. Dia teman sekolahku. Dia juga orang yang sangat mengerti diriku.”

“Tapi dia hanya sahabatmu Jinsol. Jangan tempatkan cinta diatas persahabatan jika kau tidak ingin hubungan itu hancur. Cobalah untuk menerimanya. Dia pantas menikahimu. Ingatlah. Suatu hari nanti Sungjong akan mengetahui yang sebenarnya. Dan itu akan lebih baik jika kau memberitahu yang sebenarnya terjadi sejak saat ini.” Jinsol diam. Jinsol hanya mendengarkan nasihat kakak iparnya dan mengangguk. “Ya sudah. Gantilah bajumu dan temui Jungkook bersama teman-temannya di ruang makan.”

[Nappeun Namja Pt. 4] That's My Little Brother


Cast     : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, Lee Jinsol, Park Jimin
Genre   : Family, Happy (?), etc.
Length   : Chapter
Author   : Ms. Childish


Benarkah dia anakku? Aku merindukanmu Jinsol. Apakah ini anak kita? Dia sudah tumbuh besar dan sangat baik. Dia tampan sama sepertiku. Bisakah aku memilikimu suatu hari? Aku ingin menebus semua kesalahanku. –Jeon Jungkook-

“Hei lihat Jungkook. Dia mirip sepertimu.” Ujar J-Hope sambil mencubit gemas pipi Sungjong.
“Siapa nama anak ini?” Tanya Taehyung. “Dia sangat imut dan lucu.” Lanjut Taehyung sambil mencubit pelan pipi Sungjong.
“Dia keponakan pacarku. Namanya Sungjong. Jangan cubit dia Taehyung!” bentak Jimin saat melihat Taehyung mencubit Sungjong.
“Hyung. Bolehkah aku menggendongnya?” Tanya Jungkook.
“Tidak boleh! Dia anakku.” Larang Taehyung. Seketika semua member BTS yang ada disana tertawa melihat tingkah Taehyung.
“Mber. Aku ingin mengenalkan pacarku pada kalian.” Ujar Jimin. “Jinsol.”
‘Jinsol?’ tanya batin Jungkook saat Jimin menyebutkan nama Jinsol. Beberapa detik kemudian seorang gadis cantik masuk dan berdiri di sebelah Jimin. ‘Benarkah itu Jinsol temanku? Dia masih sama seperti dulu. Lalu apakah balita ini anakku? Anakku bahkan sudah sebesar ini.’ Gumam batin Jungkook.
“Annyeong. Oppadeul. Namaku Lee Jinsol.” Ujar Jinsol sambil menebarkan senyumannya.
“Jinsol. Kenalkan. Yang itu Jin hyung. Itu Rapmon hyung. Jihop hyung. Syuga hyung. Taehyung dan yang ituu…” Ujar Jimin sambil menunjuk satu persatu member BTS dan ucapannya terhenti pada Jungkook. “Yang itu… panggil saja Kookie.”
“Hyung. Aku titipkan Sungjong pada kalian ya. Aku akan pergi bersama Jinsol.” Pamit Jimin.
‘Dia tidak mengenalku? Apa dia sudah melupakanku? Atau perubahan wajahku sangat jauh dengan dulu? Ini aneh.’

Some Hour Later

Jimin dan Jinsol masih belum kembali sejak tadi. Sungjong menangis. sepertinya ia ingin tidur. Taehyung mencoba untuk membuat Sungjong tidur namun balita itu tetap saja menangis.
“Hyung. Biarkan aku yang menggendongnya.” Ujar Jungkook. Taehyung mengerti dengan perasaan Jungkook. Ia segera menyerahkan Sungjong kedalam gendongan Jungkook. Dan beberapa saat kemudian balita itu sudah berhenti menangis dan terlelap dalam gendongan Jungkook. “Hyung aku akan menemaninya di kamarku.” Pamit Jungkook.

‘Apakah kau anakku? Aku tidak tahu kau anakku atau memang benar keponakan Jinsol. Jika kau anakku. Maafkan aku nak. Aku berjanji padamu. Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan pada kalian berdua. Aku akan bertanggung jawab atas dirimu dan ibumu.’ Jungkook bergumam dalam hatinya. Memang beberapa bulan terakhir, ia merasa bersalah pada Jinsol. Ia ingin mencari Jinsol dan menikahinya. Tapi saat ia melihat Jinsol tersenyum di samping Jimin, ia mengurungkan niatnya untuk menikahi Jinsol. Ia berpikir Jinsol akan membencinya jika gadis itu tau bahwa Kookie yang menjadi member kesayangan Jimin adalah seseorang yang nyaris merusak masa depan Jinsol.

“Hyung. Mana Sungjong?” Tanya Jimin saat ia baru saja sampai di dorm.
“Ah. Dia sedang bersama Kookie di kamarnya. Sepertinya anak itu menyukai Kookie. Dia langsung tertidur saat Kookie menggendongnya.” Jawab Namjoon.

Jimin tiba di depan pintu kamar Jungkook. Ia melihat Sungjong dan Jungkook sedang tidur bersebelahan. Jimin memperhatikan keduanya sambil tersenyum. ‘bagaimana bisa mereka begitu mirip? Apa mereka adalah saudara yang terpisah?’ beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul begitu saja di pikiran Jimin. Jimin menggendong Sungjong dan membawanya kembali bersama Jinsol.
“Hyung. Aku akan mengantarnya pulang dulu.” Pamit Jimin.

Malam telah tiba. Jungkook sedang berdiri di balkon kamarnya. Menikmati keindahan langit, sambil merenungkan segala kesalahannya. Ia sedang memegang buku tulis dengan sampul warna merah. Buku yang baru ia beli bulan lalu. Ia menjadikannya sebagai buku hariannya. Semua isi hati yang tidak pernah bisa ia ungkapkan pada orang lain ia tulis disana. Termasuk semua ingatan tentang kesalahannya dimasa lalu.

Kau semakin cantik. Kau juga terlihat semakin dewasa. Kau menjadi wanita yang kuat. Membesarkan anak kita sebagai keponakan itu sulit. Aku menyesal telah meninggalkanmu di masa lalu. Kau terlihat sangat bahagia tadi. Bersama Jimin hyung. Kurasa aku harus menjauh darimu. Dan tetap menjadi orang asing bagimu. Aku tidak ingin menjadi pengacau hidupmu. Selamanya. Kau hanya mimpiku. Biarkan perasaan ini ku pendam sendiri. Walau terasa begitu sakit. Walau ada rasa kecewa di dalam hati. Walau sedih dan tangis mengiringi ingatanku denganmu di masa lalu. Aku. Hanya PENGACAU bagimu. Aku senang melihatmu tersenyum bersama Jimin hyung. Jinsol. Maafkan aku atas kesalahan terbesarku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan mengganggumu bersama Jimin. Semoga kau bahagia.

“JUNGKOOK!” teriak Taehyung dari pintu kamarnya. Pria itu menghampiri Jungkook tatkala dirinya melihat orang yang dicarinya sedang berdiri di balkon.
Dengan segera Jungkook menutup bukunya dan meletakkannya di dalam bajunya. “Wae hyung?” Jungkook berbalik.
“Sedang apa kau?” Taehyung menepuk pundak Jungkook.
“Hyung.” Jungkook memeluk Taehyung dengan erat. “Hyung aku menyesal.” Air matanya mengalir. Satu-satunya orang yang mengetahui masa lalunya adalah Taehyung. Mantan kekasih Jinsol.
“Kau kenapa Kook? Apa ini karena Jinsol? Kau cemburu?” Tanya Taehyung.
“Aku menyesal hyung. Dia… dia anaknya. Bukan keponakannya. Aku tau itu. Hyung. Aku adalah pria terjahat di dunia ini. Aku tidak ingin meninggalkannya. Tapi, jika aku tidak pergi orang tuaku akan curiga dan… aku tidak bisa menjadi artis terkenal seperti sekarang. Hyung. Aku bekerja dan kembali untuknya. Aku ingin memilikinya. Tapi… dia sudah bahagia bersama Jimin hyung. Dan… bulan depan mereka akan bertunangan. Aku benar-benar menyesal hyung.” Masih banyak kalimat yang Jungkook ungkapkan pada Taehyung. Rasa menyesalnya. Semuanya. Taehyung menemani Jungkook hingga pria itu tertidur.

Seminggu telah berlalu begitu cepat. Kondisi Jungkook saat ini sedang tidak baik. Sejak hari itu nafsu makan Jungkook berkurang. Ia juga tidak focus pada latihannya di dorm hingga sang leader menegurnya beberapa kali.
Saat ini Jungkook sedang beristirahat di kamarnya. Leader dan member tertua menyuruhnya istirahat untuk sementara waktu hingga ia merasa tenang.
“Jungkook.” Panggil Taehyung. Jungkook hanya menoleh menatap Taehyung dengan matanya yang membengkak dan merah. “Sampai kapan kau seperti ini? Mana semangatmu? Katakan padanya jika kau memang benar-benar mencintainya. Katakan padanya jika kau menyesal. Jangan putus asa seperti ini. Ini. Aku sudah mendapatkan nomor ponsel Jinsol. Jangan Tanya aku mendapatkannya dari mana.” Taehyung menyerahkan secarik kertas yang berisi nomor ponsel Jinsol pada Jungkook. “Bicaralah dan ajak dia bertemu saat kau sudah sembuh. Sekarang kau harus istirahat.” Taehyung mengacak rambut Jungkook. Pria itu tersenyum. Semangatnya seolah telah kembali. Lagi-lagi Jungkook harus beristirahat.

Esoknya, Jungkook terlihat sudah membaik. Jungkook menatap kertas pemberian Taehyung kemarin. Jungkook meraih ponselnya dan menyimpan nomor ponsel Jinsol. Pria itu berjalan menuju suatu tempat. Sebuah taman di dekat tempat syuting Jinsol. Jungkook merogoh ponselnya. Dengan perasaan ragu, Jungkook menekan tombol panggil di ponselnya. Tuuuut… panggilannya telah tersambung.

Jinsol sedang beristirahat setelah syutingnya berakhir. Syuting film pertamanya. Jinsol menghentikan aktivitasnya saat ia mendengar getaran ponselnya.
“Hallo?” sapa Jinsol.
“Apa ini Jinsol?” Tanya Jungkook memulai pembicaraan.
“Iya. Saya sendiri. Kau siapa?”
“Ini aku. Jungkook.” Jinsol tampak kaget begitu pria itu menyebutkan dirinya kalau ia Jungkook.
“J-Jungkook? Ke-kenapa kau menghubungiku?” Jinsol mencoba untuk tidak menjatuhkan air matanya. Ia menutup mulutnya dengan tangan kiri.
“Temui aku di taman”
“Tapi…” belum selesai Jinsol berbicara Jungkook sudah mematikan sambungannya lebih dulu.
Dengan segera Jinsol berjalan menuju taman. Sebenarnya ia tidak yakin bahwa taman yang dimaksud adalah taman di dekat tempat syutingnya. Tapi ia tetap saja berjalan menuju tempat itu. Jinsol mencari-cari keberadaan Jungkook saat ia tiba di taman.
“Jinsol.” Panggil Jungkook dari belakang. Seketika Jinsol menoleh ke arah sumber suara. Pria itu membawa Jinsol ke tempat yang begitu sepi. Hingga tak seorang pun yang bisa melihatnya.
“Ko-kookie? Bukankah kau Kookie?”
“Ini aku Jungkook. Kau sudah lupa padaku?” Tanya Jungkook.
“Tidak. Ini tidak mungkin. Kenapa kau datang lagi? Apa maumu?” Tanya Jinsol.
“Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu. Ini tentang… anak kita.” Ujar Jungkook memulai pembicaraan.
“anak kita? Cih. Kau bilang anak kita? Anak kita sudah mati.” Jawab Jinsol penuh emosi.
“Tidak. Anak yang kau bawa ke dorm saat itu. Dia bukan keponakanmu. Dia anakku kan?”
“Apa maksudmu itu anakmu? Dia, keponakanku. Anak kita sudah mati! Bukankah kau sendiri yang menyuruhku menggugurkan kandunganku saat itu?! kau ingin pergi ke Amerika dan-” Ucapan Jinsol tiba-tiba terhenti saat Jungkook mendaratkan ciumannya di bibir Jinsol. Plakk! Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi mulus Jungkook saat pria itu melepaskan ciumannya. “Kau! Pria paling brengsek yang pernah aku temui!” Jinsol marah. Ia meninggalkan Jungkook sendirian di tempat itu.

Drrt… drrttt… ponsel Jinsol bergetar. Jinsol menatap nama pemanggil itu.
“Ne oppa. Aku sedang menuju kesana.”
“…”
“Ne.” Jinsol meletakkan kembali ponselnya di saku mantelnya.
“Jinsol! Aku menyesali semuanya. Aku ingin bertanggung jawab! Tapi jika kau ingin aku pergi, maka aku akan pergi! Semoga kau bahagia bersama Jimin hyung!” teriak Jungkook dari jauh. Jinsol mendengarnya dengan jelas. Ia menangis tapi ia tidak berbalik. Ia tidak memiliki niatan untuk berbalik.

Malam telah tiba. Jinsol berdiri menatap bintang melalui jendela kamarnya. “Kenapa kau kembali saat aku sudah aku melupakanmu? Dimana kau saat aku berharap kau mencariku? Kau bahkan tidak mempedulikan masa depanku. Kau hanya mempedulikan dirimu sendiri. Kenapa kau kembali ke dalam kehidupanku? Apa alasanmu menanyakan anakku? Kau ingin merebutnya? Semoga itu tidak terjadi. Aku tidak ingin itu semua terjadi.” Jinsol bergumam sambil terus menatap bintang di langit.
“Nuna~” panggil seorang anak kecil dari belakang Jinsol. Jinsol segera berbalik dan memeluk anak kecil itu.
“Ada apa Sungjong? Dimana ayah dan ibumu?” Tanya Jinsol.
“Aku tidak bisa tidur… aku ingin tidur bersama nuna.” jawab anak itu sambil terus memeluk mainannya.

“Baiklah. Nuna akan menemanimu tidur. Jha.” Jinsol menggendog Sungjong dan membaringkannya di samping dirinya. Beberapa saat kemudian Sungjong dan Jinsol terlelap bersama-sama.

Sabtu, 16 April 2016

[Nappeun Namja Pt.3] New Life

Nappeun Namja Pt.3
New Life

Cast     : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, Lee Jinsol, Jung Yein, Lee Hoya
Genre   : Family, Happy (?), etc.
Length   : Chapter
Author   : Ms. Childish



“Ranking 1 pada hari ini. Diraih oleh seorang siswa yang sangat rajin dan terkenal di sekolah. Dan dia berencana untuk melanjutkan study-nya di Amerika. Mungkin siswa ini sudah tidak asing lagi di sekolah ini. Mari ucapkan selamat untuk Jeon Jungkook. Siswa yang selalu menduduki juara 1 disekolah.”
Jinsol bertepuk tangan malas sambil melihat wajah Jungkook. Air mata kini mengalir dari pelupuk matanya. Mengingat statusnya yang akan menjadi orang tua tunggal untuk anaknya. ‘Aku tidak akan menuntut apapun darimu Jungkook. Aku akan berdoa kepada Tuhan semoga kau selalu bahagia. Dan rasa sakit yang kau berikan, takkan pernah bisa aku lupakan. Kau adalah pria terjahat yang pernah aku kenal.’
“Ranking 2 tahun ini. Diraih oleh seorang siswi yang berbakat. Dengan setiap gerakan dance nya yang memukau dan juga suaranya indah. Berilah tepuk tangan untuk siswi kita yang bernama Lee Jinsol.” Jinsol kaget saat mendengar namanya disebut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri berharap kakaknya akan datang. Ia menarik napasnya dalam-dalam kemudian berdiri dan melangkah ke atas panggung. Ia menerima piala yang diberikan oleh kepala sekolah. Jinsol tersenyum tipis. Di hatinya ia tidak ingin melihat wajah Jungkook. Dengan ekspresi wajah yang datar dan dingin, Jinsol berdiri di sebelah Jungkook.

Acara sudah selesai beberapa menit yang lalu. Jinsol melangkah keluar dengan piala di tangannya. Dengan wajah yang tampak sedih. Namun sesosok pria yang sangat dirindukannya tiba di hadapannya. Membuat senyumnya kembali mengembang. “Oppa!” teriak Jinsol sambil menghambur pelukan pada pria itu. “Oppa, bagaimana bisa kau datang ke Korea? Mana kakak ipar?” Tanya Jinsol.
“Kakak iparmu ada di rumah. Dia tidak bisa ikut.” Jawabnya.
“Oppa, aku bisa meraih juara 2 tahun ini. apa hadiahmu untukku? Apakah kau akan membelikanku mobil baru?” seru Jinsol sambil menunjukkan pialanya.
“Tidak. Aku akan membawamu ke Amerika. Oppa tidak yakin bisa meninggalkanmu di Korea.” Ujar pria itu sambil mengacak rambut Jinsol pelan.
“Baiklah oppa.”
“Ayo pulang. Mana kopermu? Aku akan membawakannya.”
“Tunggu dulu ya oppa. Aku harus mengatakan sesuatu pada seseorang. Oppa pergilah lebih dulu. Aku akan menyusul.” Ujar Jinsol. “Ah iya. Ini tolong bawakan pialaku juga.” Lanjutnya.

Jinsol berjalan menuju ruang latihan. Ia pergi menemui Taehyung disana. Dengan wajah sedihnya ia berjalan memasuki ruangan itu. “Taehyung oppa.” Panggil Jinsol pelan.
“Aku sudah tau semuanya. Aku tau kenapa kau datang kesini. Jungkook sudah memberitahuku. Kenapa? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku sebelumnya?! Kenapa?!” Taehyung mengguncangkan tubuh Jinsol sambil berteriak. “Jelaskan padaku!!” bentak Taehyung.
“Aku… aku tidak tau hal itu akan terjadi. Dan, seharusnya kau memarahinya bukan memarahiku. Karena dia yang memulainya lebih dulu. Dan apakah oppa tau apa yang dikatakannya saat aku mengatakan padanya kalau aku hamil? Dia menyuruhku menggugurkan kandunganku. Oppa. Aku mengerti perasaanmu saat ini. Kau pasti merasa jijik melihatku. Kau pasti tidak ingin melihatku lagi. Setelah hari ini. Aku akan pergi dari sini. Dan menjalani semua yang akan terjadi. Apapun itu. Aku akan melahirkan anak ini walau tanpa ayahnya dan tanpa ada sebuah pernikahan. Mulai saat ini dan seterusnya. Anggaplah kau tidak pernah mengenalku oppa.” Perlahan Jinsol berjalan mundur dan pergi meninggalkan Taehyung yang masih mematung. Gadis itu tidak meluapkan emosinya. Taehyung merasa kasihan pada Jinsol. Ingin dia menikahinya dan bertanggung jawab. Tapi bagaimana jika suatu saat Jungkook datang dan tiba-tiba sadar akan perbuatannya? Pikiran Taehyung kacau. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain merelakan Jinsol pergi.

Meet You Again

Jinsol dan kakaknya sudah sampai di rumah besarnya. Rumah yang Jinsol tinggalkan sejak ia tinggal di asrama. Jinsol menghempaskan tubuhnya di sebuah ranjang putih yang ada di kamarnya. Ia menatap ponselnya sekilas. Jinsol membuka ponselnya dan mengganti wallpaper nya dengan fotonya sendiri.
Tok tok tok
Jinsol mendengar suara ketukan pintu dari luar. Jinsol beranjak dari kasurnya dan membukakan pintu untuk orang itu. “Ada apa eonni?” Tanya Jinsol saat melihat kakak iparnya di depan pintu.
“Aku hanya ingin mengantarkan ini untukmu.” Ujar wanita itu sambil memberikan nampan yang berisi makanan diatasnya pada Jinsol. “Aku tau kau terlalu lelah untuk turun dan makan siang. Sebaiknya kau makan lalu panggil aku kalau sudah selesai. Jangan lupa istirahat.”
“Terima kasih eonni. Aku akan menghabiskannya.”
“Baiklah kalau begitu. Eonni masih ada pekerjaan. Selamat menikmati.”
“Ne eonni.” Jinsol memasuki kembali kamarnya setelah kakak iparnya pergi dari hadapannya. “Anakku. Kau pasti lapar. Tenang saja. Eomma akan memberikanmu makan yang enak setiap hari.” Gumam Jinsol sambil mengelus perutnya yang rata.

Hari demi hari berlalu begitu saja. Sudah lima bulan ia resmi lulus dari SOPA. Perutnya semakin membesar. Ia selalu menggunakan korset untuk menutupi kehamilannya. Asa takut dalam dirinya semakin besar. Bagaimana jika kakaknya tau kala dia hamil? Apa yang akan kakaknya lakukan? Apakah kakaknya akan mengusirnya? Ia sendiri bingung. Terkadang ia berpikir untuk memberitahu yang sebenarnya pada kakaknya. Namun tidak ada keberanian dalam dirinya untuk mengungkapkan itu.
“Jinsol? Kenapa kau melamun?” Tanya Hoya saat menyadari Jinsol sedang melamun dan tidak memakan makanannya.
“Kenapa kau tidak memakan makananmu? Kau sakit?” Tanya istri Hoya.
“T-tidak oppa, eonni. Aku baik-baik saja.” Jawab Jinsol sambil tersenyum kecut.
“Kau yakin baik-baik saja?” Tanya Hoya memastikan. Jinsol mengangguk lagi.

“Bagaimana aku bisa memberitahu oppa? Harusnya aku menggugurkan anak ini. Tapi aku tidak bisamembunuh anakku sendiri. Appa, Eomma. Mianhae. Aku tidak bisa menjadi anak yang baik. Kalian pasti sangat sedih. Tapi aku tidak ingin membunuh anak ini. Aku bukan seorang pembunuh.” Gumam Jinsol sebelum ia tertidur lelap.

Matahari sudah menjulang tinggi. Jinsol masih belum bangun dari mimpi indahnya.
“Apakah Jinsol belum bangun?” Tanya Hoya pada istrinya yang sedang menata makanan di atas meja.
“Kurasa belum. Aku akan membangunkannya.”
“Jangan. Kau selesaikan saja dulu pekerjaanmu. Biar aku yang membangunkannya.” Ujar Hoya sambil mengacak pelan rambut istrinya.

Sesampainya dikamar Jinsol, Hoya dikagetkan dengan sesuatu yang ada dihadapannya. Ia melihat Jinsol sedang mengusap perutnya yang membesar.
“Oppa?” Jinsol juga kaget saat oppanya tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.
“Apa-apaan ini Jinsol?!” Tanya Hoya geram. Jinsol terlihat kebingungan.
“Oppa aku bisa jelaskan ini.” Jawab Jinsol sambil mendekati oppanya.
“Bayi siapa itu?!” teriak Hoya.
“Ini… oppa. Maafkan aku.”
“Katakan padaku anak siapa itu?!” Bentak Hoya lagi sambil mengguncangkan tubuh Jinsol.
“Ada apa chagi? Kenapa kau berteriak?” Tanya istri Hoya yang baru tiba di kamar Jinsol.
“Apa itu anak dari seseorang yang bernama Taehyung itu?” Tanya istri Hoya pelan.
“Bu-bukan. Ini anak Jungkook oppa. Maafkan aku. Ini bukan salahku. Aku dipaksa oppa.” Jelas Jinsol sambil menangis.
“Jungkook? Siswa juara satu yang sangat berbakat itu?” Tanya istri Hoya. Jinsol mengangguk pelan.
“Dia sekarang pergi ke luar negeri. Aku tidak tau dia akan pergi ke mana.” Jelas Jinsol dengan suara pelan.
“Ikutlah denganku.” Ujar Hoya sambil menarik tangan adiknya keluar dari kamar.
“Oppa… kau akan membawaku kemana?” Tanya Jinsol.
“Gugurkan kandunganmu agar kita tidak menanggung malu. Kau tidak berpikir apa yang akan orang katakan saat melihatmu melahirkan tanpa suami?”
“Tidak oppa. Aku tidak akan menggugurkannya. Sampai kapan pun. Dia anakku. Kau tidak bisa membunuhnya oppa.” Jinsol memeluk perutnya sambil menangis.
“Chagi… Jangan paksa dia menggugurkan kandungannya. Aku yang akan membesarkannya. Aku akan membesarkannya sebagai anakku. Jangan membunuhnya. Cukup aku saja yang pernah kehilangan bayiku. Jangan melenyapkan bayi tidak berdosa itu. ku mohon…” pinta istri Hoya.
“Kau yakin? Baiklah. Aku tidak ingin menjadi pembunuh. Kita tidak bisa seterusnya tinggal disini. Aku akan mengurus kepindahan kita ke Amerika. Dan kita akan kembali lagi setelah anak itu sudah cukup besar.” Ujar Hoya.

1 Year Later

6 bulan yang lalu, Jinsol melahirkan bayi pertamanya. Bayi yang laki-laki yang sangat lucu. Ia memberinya nama Lee Sungjong. Ia berharap anaknya akan menjadi anak yang baik dan tidak seperti Jungkook. Ayahnya. Banyak harapan Jinsol pada Sungjong. Tepat saat Jinsol usai melahirkan, Hoya menyuruh Jinsol melanjutkan sekolahnya. Ia berencana mendaftarkan Jinsol di Universitas yang berada tak jauh dari rumah yang Hoya tempati dengan keluarganya. Setidaknya Jinsol bisa menyelesaikan sekolahnya. Jinsol mengiyakan rencana kakaknya. Jinsol juga berharap, ia akan menjadi seorang penyanyi terkenal diseluruh dunia.

4 Years Later

Acara wisuda telah selesai. Jinsol, Sungjong, Hoya dan istrinya duduk dalam sebaris kursi. Jinsol tersenyum senang sambil memangku Sungjong. Senyum Jinsol mengembang saat namanya di sebut sebagai pemenang juara 2 di universitas internasional tempatnya kuliah. Sungguh sebuah keberuntungan baginya. Sungjong membuatnya semakin bersemangat untuk belajar dan meraih cita-citanya sebagai pemusik. Namun sekarang, dia tidak lagi ingin menjadi seorang pemusik. Ia ingin menjadi seorang penyanyi terkenal di seluruh jagad raya.
“Oppa, terima kasih sudah merawat Sungjong dengan baik. Dan maafkan aku tidak bisa menjadi adik yang baik untukmu.” Ujar Jinsol sambil memeluk kakaknya.
“Nunaa… aku juga mauu…” rengek Sungjong dengan wajah lucunya.

‘Welcome to Seoul’
Jinsol tersenyum senang saat ia tiba di tanah kelahirannya. Setelah 5 tahun ia berada di Amerika bersama dengan kakaknya. Di depan, sudah ada sebuah mobil mewah yang menunggunya dan keluarganya. Ia pulang dengan membawa piala kebanggannya di kopernya. Tak jauh dari tempatnya berada saat ini, Jinsol melihat seorang wanita melambaikan tangan ke arahnya. Jinsol menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas wajah wanita itu. “YEIN!!” teriak Jinsol seketika. Jinsol berlari dengan cepat dan memeluk Yein dengan erat. “Aku merindukanmu Yein…”
“Kau terlihat semakin cantik. Ah iya. Kau tau Park Jimin? Teman kecil kita sekaligus tetangga yang dulu pernah menyatakan cinta padamu. Kau ingat?” Tanya Yein.
“Jimin yang imut-imut itu? Tentu saja aku ingat. Kenapa?”
“Kau tau? Sekarang dia menjadi seorang member boyband terkenal di Korea. Bahkan International. Mungkin.” Jelas Yein.
“Aku sudah tau itu.” Seru Jinsol dengan wajah cerianya. “Ah tunggu sebentar.” Ujar Jinsol sambil merogoh sakunya dan mengambil ponsel pink miliknya yang sudah berdering sejak beberapa detik yang lalu. “Oppa, aku akan pulang dengan Yein. Oppa pulanglah lebih dulu. Aku sudah meletakkan koperku di mobil. Aku tidak akan pulang terambat hari ini. Aku pastikan jam 2 aku sudah tiba di rumah. See you oppa. Jinsol mencintai Jongie.” Ujar Jinsol dengan cepat dan mematikan ponselnya.
“Kau masih sama seperti dulu. Kita mau kemana?” Tanya Yein.
“Tunggu dulu. Seseorang akan datang sebentar lagi.” Jinsol menahan tangan Yein dan melihat ke sekitarnya mencari seseorang yang akan datang menjemputnya. “Jimin!!” teriak Jinsol sambil melampaikan tangannya pada seseorang berkaca mata hitam dan memakai masker. Tidak jelas wajahnya tapi Jinsol bisa mengenal pria itu dengan baik. Seketika semua orang melihat kearahnya saat ia menyebutkan nama Jimin. “Ups!” Jinsol menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Seketika Jinsol menarik tangan Yein mendekati Jimin. “Sebaiknya kita mencari tempat yang aman untukmu Jimin.” ujar Jinsol saat tiba di dekat Jimin.

Disinilah mereka. Di sebuah rumah makan yang berada di dekat kota Seoul. “Bagaimana kabarmu Jinsolku?” Tanya Jimin sambil meminum jus pesanannya.
“Seperti yang kau lihat Jiminku.” Jawab Jinsol.
“Jiminku? Jinsolku? Kalian berpacaran?” Tanya Yein.
“Ssst… iya. Kami berpacaran sejak 2 tahun yang lalu. Maaf aku tidak memberitahumu.” Jawab Jimin.
“Um… Jinsol. Aku harus pergi dulu. Aku tidak bisa berlama-lama disini. Nanti managerku akan marah. Jimin. Tolong kau antar dia pulang nanti. Sampai jumpa.” Pamit Yein. Ia pergi meninggalkan Jimin dan Jinsol.
“Ne. Hati-hati dijalan Yein.” Ujar Jinsol.
“Umm… Jinsol. Apa besok kau ada waktu kosong? Aku ingin membawamu ke Dorm. Aku akan mengenalkanmu pada member BTS yang lain.” Ujar Jimin.
“Kurasa besok aku free. Karena jadwal syutingku masih minggu depan. Aku akan ikut. Tapi… bolehkan aku membawa Sungjong?”
“Kau ingin membawa Sungjong? Lalu siapa yang akan menjaganya?” Tanya Jimin.
“Kurasa Taehyung oppa bisa menjaganya dengan baik. Dia kan suka anak kecil.” Jawab Jinsol sambil tersenyum.
“Kau masih menyukai Taehyung? Katakan saja kalau kau gagal move on darinya.” Jimin terlihat kesal saat Jinsol menyebutkan nama Taehyung di hadapan Jimin.
“Apa salahnya hanya menitipkan Sungjong pada Taehyung? Aku hanya mencintaimu kau tau? Jangan pernah berpikiran seperti itu lagi Jimin. aku hanya mencintaimu. Hanya kamu. Kamu. Dan kamu.” Jinsol menggenggam tangan Jimin sangat erat sambil menunjukkan senyum manisnya yang selalu membuat Jimin tersepona setiap kali melihatnya.

Next Day
Pagi ini Jinsol terlihat sangat cantik dengan dress pink selutut miliknya. Dengan sepatu berwarna putih dan dengan riasan wajah yang terlihat natural. Dari jendela kamarnya ia melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Jinsol segera meraih ponselnya dan mengirimi Jimin sebuah pesan agar Jimin meminta ijin pada oppanya. Beberapa saat kemudian kakak ipar Jinsol memanggilnya untuk turun menemui Jimin. Dengan wajah penuh senyuman Jinsol segera mendekati oppanya.
“Pergilah.” Ujar Hoya.
“Benarkah? Terima kasih oppaaa” Jinsol segera menghamburkan pelukannya pada Hoya. “Ayo Sungjong. Oppa aku berangkat.” Pamit Jinsol.

Dorm BTS
Beginilah suasana dorm. Ramai. Gaduh karena semua member sedang berkumpul. Ditambah lagi hari ini mereka bebas dari segala kegiatan. Jinsol sedang berjalan disamping Jimin sedangkan Sungjong sedang digendong oleh Jimin.
“Ini ruang latihan BTS. Kau akan bertemu dengan member BTS disini.” Ujar Jimin pada Sungjong. Perlahan Jimin membuka pintu itu dan nampaklah semua orang yang sedang bersenda gurau di dalamnya.
“Jimin datang.” Ujar salah satu member BTS.
“Anak keciiil!” Ujar taehyung sambil meraih Sungjong dari gendongan Jimin. Ia segera membawanya berkumpul bersama member yang lain. Jungkook terlihat sangat menyukai balita itu. Ia merasa ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa ia ungkapkan melalui kata-kata pada anak itu.
“Mber. Aku ingin mengenalkan pacarku pada kalian.” Ujar Jimin. “Jinsol.”
Mendengar nama ‘Jinsol’ Jungkook terhenti dengan kegiatannya. Ia berharap itu bukan Jinsol yang dulu pernah ia perkosa di sekolah.

Jinsol perlahan memasuki ruangan itu dan langkahnya terhenti saat ia melihat Jungkook. ‘Jungkook?’ ujar batin Jinsol.

Senin, 04 April 2016

Because I Born To Be Yours Part 6


Title             : Because I Born To Be Yours Part 6
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Henry Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate             : 17+
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

Kandungan Jiyeon sudah berusia 8 bulan. Satu bulan lagi dia akan melahirkan. Hari ini Jiyeon akan memeriksakan kandungannya ke rumah sakit. Ia mengajak Myungsoo, namun Myungsoo sedang sibuk. Jiyeon terus memaksa agar Myungsoo mau mengantarnya.
“Apakah pekerjaan itu lebih penting dariku dan calon anakku? Atau kau sudah tidak sayang lagi padaku dan anakku?”
“Mwo? Anakmu? Yak!! Itu anakku juga. Aku yang membuatnya. Kalau bukan karena aku kau tidak akan hamil.” Mendengar itu, mata Jiyeon menjadi berkaca-kaca dan akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan Myungsoo sambil meneteskan air matanya. “Ya!! Chagi… Maksudku tidak seperti itu. Ya! Ya! Ya!” panggil Myungsoo sambil berteriak. “Lee Joon-a, tolong kau hentikan Jiyeon sekarang. Katakan aku akan mengantarnya.” Ujar Myungsoo melalui sambungan teleponnya. Ia berjalan tergesa-gesa menyusul Jiyeon. Myungsoo sedikit berlari sesampainya di parkiran. Ia melihat Jiyeon yang sedang menangis di dalam mobil. Myungsoo membuka pintu mobil dan mengambil alih kursi kemudi. “Chagi mianhae…” ujar Myungsoo sambil menggenggam tangan Jiyeon. Namun dengan segera Jiyeon menyingkirkan tangannya dari genggaman Myungsoo. “Chagi… aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Jangan marah ne…” ujar Myungsoo. Jiyeon mengalihkan pandangannya menghadap ke luar jendela.
∞∞∞
Mereka telah sampai di depan sebuah rumah sakit. Jiyeon masih marah dengan Myungsoo. Namun perlahan, saat Jiyeon mulai melangkah masuk ia tiba-tiba memeluk lengan Myungsoo. Entah ia hanya ingin terlihat seperti pasangan romantic atau memang itu keinginannya sendiri.
Kini nama Jiyeon telah di panggil. Jiyeon dan Myungsoo melangkah memasuki ruangan dokter yang memang dokter tersebut dulunya adalah teman kuliah Myungsoo. Selang beberapa menit kemudian Myungsoo dan Jiyeon akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. “Kau mau pulang, atau pergi kerumah orang tuamu?” Tanya Myungsoo santai sambil melihat kearah Jiyeon sekilas.
“Kemana saja asal aku tidak kesepian disana.” Jawab Jiyeon.
“Baiklah, aku akan mengantarmu ke rumah orang tuamu. Disana ada Gyuri yang mau menemanimu.”
∞∞∞
Night
Jiyeon dan Myungsoo kini tengah tertidur. Tiba-tiba saja Jiyeon terbangun dan pergi ke dapur. Ia melangkah mendekati kulkas. Ia mencari sesuatu disana, namun sesuatu yang dicarinya tidak ada disana, dan tidak akan ada disana. Ia kemudian kembali ke kamarnya dan membangunkan Myungsoo. “Oppa… aku ingin Shushi…” ujar Jiyeon. Myungsoo hanya mengeluarkan sebuah lenguhan pelan, tanda bahwa ia baru tersadar dari tidurnya. “Oppa belikan aku shushi…” rengek Jiyeon lagi.
“Ini masih tengah malam chagi… besok saja yah…” Myungsoo mengusap pelan rambut Jiyeon.
“Tapi aku maunya sekarang.”
“Besok aku belikan kamu shushi yang banyak.”
“Ya sudah lah. Aku akan mencarinya sendiri.” Jiyeon berjalan mendekati lemari pakaiannya dan mengambil mantel cokelat. Myungsoo yang melihat itu segera bangun dan menahan tangan Jiyeon agar tidak pergi.
“Chagi, ini masih tengah malam. Besok aku akan membelikanmu shushi.”
“Lepaskan aku oppa. Kau memang tidak pernah sayang padaku dan anakku. Atau kau menikahiku kembali hanya karena kau kasihan padaku? kau hanya tidak ingin anak ini terlahir tanpa ayah. Dan kau-”
“Chagi!” bentak Myungsoo menghentikan ucapan Jiyeon. “Aku mencintaimu. Tulus. Aku menikahimu kembali karena aku masih mencintaimu.” Lanjut Myungsoo lembut. Ia menatap mata Jiyeon. “Aku akan membelikanmu shushi sekarang. Tunggulah hingga aku kembali.” Ujar Myungsoo. Ia mengambil mantel hitamnya dan menyambar kunci mobilnya.
∞∞∞
“Dimana ada orang menjual shushi? Lagi pula ini tengah malam. Ah iya. Tadi kan eomma bilang ia sedang membuat shushi. Sebaiknya aku menghubungi eomma agar aku tidak perlu mencari jauh-jauh.” Gumam Myungsoo sambil melajukan mobilnya menuju kediaman appanya.
“Eomma!!!” teriak Myungsoo dari luar pintu. Ia berteriak beberapa kali hingga akhirnya pintu itu terbuka.
“Tuan Myungsoo? Ada apa tengah malam begini datang kesini?” Tanya seseorang disana.
“Apakah shushi yang eomma buat tadi masih ada? Jiyeon sedang menginginkan shushi.” ucap Myungsoo.
“Ada. Sebentar saya ambilkan dulu.” Wanita itu berjalan menuju ke arah dapur dan mengambil semua shushi yang dibuat nyonyanya tadi. “Ini tuan. Semoga nyonya Jiyeon menukainya.” Ujar wanita itu sambil memberikan rantang berisi shushi. Myungsoo segera berpamitan dan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Myungsoo melihat Jiyeon sedang duduk memeluk lututnya.”Oppa? kenapa lama sekali?” tanyanya. Tampak sekali bahwa yeoja itu tengah khawatir.
“Kau kenapa hm? Aku membawakanmu shushi yang kau minta.” Jawab Myungsoo sambil mengangkat rantang yang dibawanya dari rumah orang tuanya. Myungsoo berjalan mendekati Jiyeon di kasurnya dan meletakkan rantang itu di nakas. Jiyeon segera memeluk Myungsoo saat Myungsoo sudah berada dekat dengannya. Jiyeon menangis dalam pelukan lembut suaminya itu. Myungsoo mengusap rambut dan penuh kasih sayang. “Kau kenapa hm? Kenapa menangis?” Tanya Myungsoo.
“Aku ingin berada di sampingmu oppa. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku takut sendirian disini.”
“Kau tidak sendirian. Kan masih ada Lee Joon dan ahjumma.”
“Tapi aku ingin bersamamu.”
“Baiklah. Aku tidak akan pergi lagi. Sekarang kau tidur. Ini masih tengah malam.” Myungsoo membaringkan Jiyeon kemudian menaikkan selimutnya hingga menutupi dada Jiyeon.
∞∞∞
^6 Years Later^

“Daddy!” panggil kedua anak kembar sambil berlari menuju orang tuanya.
“Uuh… jagoan daddy. Bagaimana hari ini?” Tanya Myungsoo sambil menggendong anak laki-lakinya yang bernama Kim Taehyung itu.
“Tadi temanku memukul Taehee. Tapi aku melindunginya daddy.” Jawab anak itu dengan suara imutnya.
“Daddy tidak menanyaiku? Daddy tidak sayang padaku?” Tanya anak perempuan Myungsoo. Namanya Kim Taehee. Saudara kembar Taehyung. Myungsoo segera merendahkan dirinya dan menggendong Taehee di sebelah kirinya. “Princess daddy sepertinya sedang cemburu dengan kakaknya sendiri. Bagaimana sekolahmu hari ini?” Tanya Myungsoo pada Taehee.
“Aku tadi bernyanyi bersama V oppa di depan kelas. Ibu guru memberiku ini.” ujar Taehee sambil menunjukkan sebuah jepit rambut yang sangat indah pemberian gurunya.
“Anak-anak daddy mau pulang atau makan dulu?”
“Kami ingin pulang. Kami merindukan mommy.” Jawab kedua anak manis itu bersamaan.
“Baiklah, ayo kita pulang.” Myungsoo pergi menuju mobilnya dan membawa putra putrinya pulang.

“Mommy!” seru Taehee dan Taehyung bersamaan saat tiba di rumah.
“Waah anak-anak mommy sudah pulang? Kalian sudah makan?” Tanya Jiyeon sambil mengusap kedua ujung kepala anak-anaknya. Kedua anak itu menggeleng. “Kami ingin makan masakan mommy.” Jawab keduanya bersamaan. Anak kembar yang menggemaskan, imut, lucu, tampan dan cantik. “Baiklah kalau begitu. Kalian ganti baju dulu ya. Mommy akan menyiapkan makan siang untuk kalian.” Jiyeon tersenyum sambil menatap kepergian anak-anaknya yang sedang menuju ke kamarnya.
“Istri yang hebat. Terima kasih.” Ujar Myungsoo sambil mencium pipi istrinya.
“Aku akan menyiapkan makan siang untuk kalian.”

∞∞∞
             Malam telah tiba. Jiyeon sedang menemani Taehee dan Taehyung tidur. Myungsoo memasuki kamar putra putrinya untuk memastikan kalau Jiyeon tidak tidur bersama mereka. Myungsoo selalu saja cemburu jika Jiyeon tidur bersama putra putrinya. Jiyeon mengisyaratkan pada suaminya untuk tidak bersuara. Beberapa detik kemudian ia turun dari tempat tidur Taehee dan Taehyung. Saat Myungsoo dan Jiyeon tiba di luar, Myungsoo segera menggendong Jiyeon dan membawanya ke kamarnya.
“Terima kasih sudah memberikan aku putra dan putri yang cantik, tampan, imut dan lucu.” Ujar Myungsoo sambil membaringkan Jiyeon di tempat tidurnya.
“Sama-sama suamiku.” Jawab Jiyeon.
“Kau ingin membuatkanku dua anak kembar lagi?” Tanya Myungsoo. Sedetik kemudian ia mencium bibir Jiyeon dan menyentuh istrinya lebih dalam.

-END-

Because I Born To Be Yours Part 5


Title       : Because I Born To Be Yours Part 5
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Henry Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate            : 17+
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

             Jiyeon kini tengah berjalan di trotoar jalan dengan beberapa barang yang dibawanya dari mini market. Ia berencana untuk pergi kerumah orang tua angkatnya. Orang tua yang telah membesarkannya. Jiyeon memasuki sebuah gang sempit yang sangat sepi. Tiba-tiba seseorang membungkam mulutnya dengan sapu tangan yang sudah di beri obat bius.
             Jiyeon mulai tersadar setelah beberapa jam pingsan karena obat bius. Ia merasakan sakit di bagian kepalanya namun tangannya tak mampu memegangi kepalanya yang sakit. Tangan dan kaki Jiyeon sedang diikat di sebuah kursi yang Jiyeon duduki sekarang.

^Nam Family’s House^
             Seorang wanita paruh baya kini sedang mondar mandir di ruang tamu. Ada perasaan khawatir yang menghampirinya. Bagaimana tidak? Buah hatinya yang pernah menghilang belu juga kembali. Ponselnya pun tidak aktif. “Yeobo… kau tenang dulu. Aku sudah melapor ke polisi. Aku yakin polisi akan segera menemukan Jiyeon.” Ujar Woohyun menenangkan. Semua orang tengah berkumpul di rumah itu.
             Ddrrtt… ddrrtt… ddrrtt…
             Ponsel Myungsoo bergetar beberapa kali. Dengan segera, Myungsoo menjawab panggilan dari nomor tak dikenal itu. “Yeoboseyo?” sapa Myungsoo.
             “Oppa, apakah kalian sedang menghawatirkan si cantik Jiyeon? Dia sekarang sedang bersamaku.” Ujar seseorang dari seberang.
             “Ya! Dimana kau menyembunyikan Jiyeon?!”
             “Kau mau Jiyeon selamat? Datang saja ke tempat yang aku kirim. Dan ingatlah, jangan membawa polisi atau teman. Karena aku tidak akan segan-segan untuk membunuhnya jika kau melanggar itu.”
“tuut… tuutt…” orang itu mengakhiri panggilannya.
“Y-ya!!” Myungsoo dengan kesal menutup ponselnya.
             Beberapa saat kemudian, Myungsoo mendapat sebuah pesan. Disana Myungsoo melihat Jiyeon yang sedang diikat di kursi dan tidak sadarkan diri. Ia membaca terusan pesan itu dan segera meraih kunci mobil yang ia letakkan di atas meja.
             “Eomeonim. Aku akan membawa Jiyeon kembali.” Ujar Myungsoo.
             “Tolong bawa Jiyeon kembali dengan selamat Myungsoo.” Pinta Woohyun lirih.
             “Aku ikut.” Ujar Gyuri.
             “Kau jangan ikut. Ini berbahaya. Aku sudah memanggil polisi untuk mengikutiku secara diam-diam. Orang itu mengancamku. Kalau aku tidak datang sendiri, dia akan membunuh Jiyeon.” Ujar Myungsoo. Dengan segera ia pergi keluar menuju alamat yang dikirimkan orang asing yang menculik Jiyeon.
             Di belakang mobil Myungsoo ada beberapa mobil yang mengikuti Myungsoo. Yah, itu mobil polisi. Tak lama, akhirnya Myungsoo tiba disebuah tempat yang terlihat seperti sebuah gudang. Ia meraih ponselnya dan menghubungi orang yang mengirimkan pesan pada Myungsoo tadi. Beberapa saat kemudian dua orang pria datang dan membawa Myungsoo masuk ke dalam gedung tersebut. Myungsoo melihat Jiyeon yang terkulai lemas.
             “Jiyeon!!” teriak Myungsoo sambil melangkah mendekati Jiyeon. Namun langkahnya terhenti saat seorang wanita memanggil namanya dan memeluknya dari belakang. “Ya!! Lepaskan aku Bae Suzy! Aku tidak sudi bersentuhan denganmu!!!” teriak Myungsoo sambil menghempaskan tubuh Suzy hingga pelukannya terlepas.
             “Kenapa hm? Jangan bilang kau mencintai Jiyeon? Bukankah kau menikahi Jiyeon karena hutang ayah angkatnya?!” bentak Suzy.
             “Eo. Aku mencintainya. Dan aku sama sekali tidak menduga bahwa perceraianku dengannya, terjadi karena ulahmu!!!”
             “Oh begitu?! Baiklah. Jika itu maumu.” Suzy berjalan mendekati Jiyeon dan mengeluarkan pisau yang berada di sakunya. Suzy mendekatkan pisau itu di leher Jiyeon.
             “Aaa!!!” Jiyeon berteriak ketakutan. Tiba-tiba tangannya gemetar.
             Myungsoo yang melihat itu dengan segera berjalan mendekati Jiyeon dan Suzy. “Jangan lakukan itu Suzy!” perintah Myungsoo.
             “Wae?! Aku ingin kau menjadi milikku!!! Hanya milikku!!! Aku tidak ingin anak ini menjadi penghalang cinta kita!!!” teriak Suzy. Myungsoo terus melangkah mendekati Jiyeon. “Jangan mendekat!!! Selangkah lagi kau bergerak mendekatiku, aku tidak akan segan-segan membunuh mantan istri tercintamu!!!” ancam Suzy.
             “Oppa!! Tinggalkan aku!! Menikahlah dengan Suzy!! Dia jauh lebih pantas untukmu dari pada aku!!” teriak Jiyeon. Tiba-tiba saja, polisi masuk ke dalam gedung itu dan menangkap Suzy sebelum ia menggoreskan pisaunya di leher Jiyeon.
             “Apa-apaan ini? oppa!! Ini pasti ulahmu!!! Oppa aku tidak mau di penjara lagi! Lepaskan aku!” teriak Suzy. Namun polisi membawa Suzy keluar. Myungsoo segera mendekati Jiyeon yang kini tengah menangis. Myungsoo melepaskan ikatan di kaki dan tangan Jiyeon. Ia kemudian memeluk Jiyeon dengan sangat erat.
             “Mianhae Jiyeon-i. Gara-gara aku kau harus mengalami hal seperti ini.” ujar Myungsoo sambil mempererat pelukannya pada Jiyeon. Jiyeon merasakan sakit yang sangat hebat di bagian kepalanya hingga ia kini tidak sadarkan diri. Myungsoo segera menggendong Jiyeon dan membawanya pulang.
∞∞∞
             “Jiyeon baik-baik saja. Ia hanya shock. Ini aku beri resep obatnya agar Jiyeon cepat sembuh.” Ujar Dongwoo uisa sambil memberikan secarik ketas berisi resep obat.
             “Ne. gomawoyo.” Ujar Woohyun.
             “Kalau begitu aku permisi dulu.” Pamit Dongwoo.
             Myungsoo mengantar Dongwoo keluar dan sesaat kemudian ia kembali lagi ke kamar Jiyeon. “Kau istirahatlah dulu. Kau juga pasti lelah.” Ujar Woohyun pada keponakannya sebelum ia keluar meninggalkan kamar Jiyeon.
             “Ne abeonim.” Jawab Myungsoo. ‘Mianhae Park Jiyeon. Ini semua terjadi karena aku.
Two Month Later
^Incheon Airport^
Jiyeon baru saja lulus dari sekolah Kirin. Jiyeon tidak pernah keluar sendirian semenjak kejadian yang nyaris merenggut nyawanya itu. Saat ini ia sedang bersiap untuk pergi ke Paris. Ia membawa sebuah koper besar dan foto kenangannya bersama Myungsoo yang ia jadikan Wallpaper ponselnya. Jiyeon memasuki pesawat yang akan membawanya terbang ke Paris. Ia mendapat tempat di barisan ke sepuluh didekat jendela. Ia menyamankan duduknya. Beberapa detik kemudian seorang pria berpakaian hitam duduk tepat disampingnya. Jiyeon menoleh kearah pria itu. “Kim Myungsoo?” Ia mengerutkan dahinya. Memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Pria itu menoleh. “Myungsoo oppa.”
“hm?” hanya gumaman kecil yang keluar dari bibir sexy Myungsoo. Jiyeon terus menatap Myungsoo tidak percaya. Jiyeon berpikiran bahwa Myungsoo mengikutinya. Yah, memang benar begitu adanya. Ini adalah rencana para besan. “kenapa kau terus menatapku?” tanya Myungsoo polos.
“Hm? Aniyo. Siapa bilang aku menatapmu. Aku hanya…” kalimat Jiyeon menggantung. Ia memikirkan jawaban yang akan ia lontarkan untuk Myungsoo.
“Hanya apa?”
“Aniyo. Lupakan.” Ujar Jiyeon.
Sudah satu jam Jiyeon berada di pesawat. Ia mulai mengantuk. Perlahan ia memejamkan matanya. Myungsoo menyandarkan kepala Jiyeon dibahunya. Jiyeon yang setengah sadar tiba-tiba terbangun saat merasakan tangan Myungsoo yang memegang kepalanya. “Tidurlah dibahuku.” Ucap Myungsoo singkat. Jiyeon tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menurut. Karena sebenarnya ia sangat menyukainya.
Para penumpang sudah bersiap untuk turun dari pesawat. Jiyeon yang tengah tertidur akhirnya tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali. “Apakah kita sudah sampai?” tanya Jiyeon.
“Eo. Ghaja.” Ujar Myungsoo sambil mengulurkan tangannya pada Jiyeon.
“Tapi tujuanmu denganku berbeda.”
“Siapa bilang? Aku disini karena appamu menyuruhku menjagamu.” Ujar Myungsoo. Tak butuh waktu lama, Jiyeon meraih tangan Myungsoo dan berjalan di belakang Myungsoo.
“Lalu bagaimana dengan Restoranmu dan perusahaan appamu?”
“Ada appa yang mengurusnya. Lagi pula, aku ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di Paris.”
∞∞∞
^Paris^
Myungsoo dan Jiyeon kini telah tiba di depan sebuah bangunan yang cukup besar. “tempat apa ini? Apakah ini rumahmu?” tanya Jiyeon. tak heran Jika Myungsoo memiliki sebuah rumah disini, karena appanya sendiri adalah pemilik perusahaan terbesar di Korea. Dan Myungsoo sendiri adalah pemilik restaurant yang juga terkenal dalam beberapa bulan. Apa lagi mengingat dia adalah anak tunggal. Jadi, wajar saja jika Myungsoo memiliki banyak rumah di berbagai Negara.
“Eo. Gayo.” Myungsoo membawa Jiyeon memasuki rumah yang berada dihadapannya. Lagi-lagi Jiyeon mengikuti Myungsoo dari belakang sambil membawa kopernya. “Eumm… Jiyeon-i. mian disini hanya ada satu kamar, jadi kau tidur di kamar dan aku akan tidur disofa.”
“Mwo? Ani. Tak bisakah kita tidur dikamar yang sama dan tempat tidur yang sama? Lagi pula… aku tidak takut lagi dengan apa yang akan terjadi nanti.” Ujar Jiyeon. Myungsoo tertegun mendengar perkataan Jiyeon. ‘Kenapa dia berbeda dengan sebelumnya? Kenapa dia ingin tidur di kamar yang sama denganku?’ tanya batin Myungsoo. Myungsoo melangkah mendekati Jiyeon dan memeluknya.
“Mianhaeyo Jiyeon. Harusnya aku melindungimu.” Jiyeon membalas pelukan Myungsoo.
“Aniyo oppa. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Kita bercerai tanpa persetujuan darimu.”
“Uljimayo. Jebal uljima.” Ujar Myungsoo sambil menghapus jejak air mata Jiyeon. Jiyeon mengangkat wajahnya menatap Myungsoo. “Saranghaeyo Park Jiyeon. ani. Maksudku Nam Jiyeon.” Jiyeon menatap Myungsoo semakin dalam. “Sebenarnya, aku mencintamu sejak kau baru lahir. Aku meminta pada appa untuk menikahkanmu denganku saat aku sudah dewasa. Dan sekarang, akhirnya kita sudah menikah. Walaupun tidak lama tapi setidaknya impianku telah tercapai.” Ujar Myungsoo. “Tidak peduli apakah kau mencintaiku atau tidak, aku hanya ingin bersamamu. Aku ingin selalu berada disampingmu.”
“Myungsoo oppa. Sashileun… nado saranghaeyo. Oppa, bisakah kita memulainya dari awal? Setelah aku pikir kembali, ternyata aku salah besar sudah bercerai denganmu. Semua terasa aneh tanpamu. Walau hanya beberapa bulan, aku bisa menerima semuanya. Tapi, karena Suzy eonni. Aku harus meninggalkanmu.” Jiyeon kembali memeluk Myungsoo.
“Kau istirahatlah lebih dulu. Aku akan segera kembali.” Ujar Myungsoo sebelum ia pergi meninggalkanku. Dia juga sempat membelai pipiku. Membuat semburat merah muncul begitu saja dipipiku. Setelah Myungsoo pergi, aku segera membereskan koperku. Memasukkan semua pakaian yang aku bawa kedalam lemari Myungsoo yang sangat besar.
Kegiatan ini membuatku sangat lelah hingga rasanya badanku terasa remuk. Aku membaringkan tubuhku diatas kasur satu-satunya dirumah ini dan memejamkan mataku.
∞∞∞
Entah berapa jam aku tertidur. Ku lihat jam yang tertera diponselku. 08.00 AM. Mwo? Ini sudah pagi? Saat aku berusaha untuk bangun, kurasakan seseorang menahanku. Ku lihat kesamping kananku. Hah?! Mwoya? Kim Myungsoo? Pikiranku mulai melayang entah kemana. Kulihat dia tertidur dengan keadaan topless sementara tangannya memeluk perutku. Reflex aku menyingkirkan tangannya dari perutku dan tanpa sengaja aku membuatnya terbangun.
“Eunghh…” aku mendengar lenguhannya. Suara yang sering terdengar ditelingaku dulu saat kami masih bersama. Tapi, ada apa ini? Apa aku masih mencintainya? Ya! Pabo! Kau sendiri yang bilang bahwa kau masih mencintai Myungsoo kemaren. “Kau sudah bangun? Jam berapa ini?” tanya Myungsoo polos.
“Hm? Jam delapan pagi.” Jawabku santai.
“Kau tidak kuliah? Ini hari pertamamu.” tanyanya lagi.
Kuliah? Eomeo. Iya. Ini kan hari pertamaku masuk kuliah. Aku segera pergi menuju kamar mandi dan merias wajahku dengan terburu-buru. Ku lihat Myungsoo juga sudah selesai merapikan dirinya. ‘kapan dia mandi? Apa di rumah ini ada kamar mandi yang lain? Atau dia tidak mandi?’ pikirku. Tapi itu tidak penting. Yang terpenting sekarang, aku cepat sampai di kampus.
∞∞∞
Author POV
^Paris^
Tidak terasa seminggu telah berlalu begitu saja. Myungsoo akan kembali ke Korea dua hari lagi.  Bagaimanapun dia harus mengurus restaurantnya. Dia tidak bisa menyuruh appanya mengurus pekerjaannya seterusnya. Myungsoo tidak ingin melewatkan hari yang tersisa berlalu begitu saja. Ia masih belum membawa Jiyeon mengelilingi Paris bersamanya.
“Oppa kau sudah bangun?”tanya Jiyeon yang sedang saik dengan panic-panci didapurnya.
“Um. Sedang apa kau disana?” tanya Myungsoo balik.
“Aku sedang belajar memasak agar aku tidak ketergantungan padamu. Walau bagaimanapun, kau tidak akan bersamaku terus menerus disini kan? Kau harus kembali ke Korea mengurus semua pekerjaanmu.” Ujar Jiyeon penuh senyum. “Nah, sudah selesai. Oppa, karena kau satu-satunya kerabatku disini, aku ingin kau mencobanya.” Ucapnya sambil mendudukkan Myungsoo di kursi meja makan. Jiyeon meletakkan hasil masakannya didepan Myungsoo. “Cobalah.” Ucap Jiyeon. Myungsoo menjamah salah satu masakan Jiyeon. “Eottae?” tanya Jiyeon sambil menopang dagunya.
“Wah… ternyata kau pintar memasak juga. Sebaiknya kau juga mencobanya. Aaa” Myungsoo mencoba untuk menyuapi Jiyeon. sesaat kemudian Jiyeon menyambar makanan yang disodorkan untuk Jiyeon.
“Wah… masitta.” Seru Jiyeon.
“Jiyeon, kau tidak ada kuliah kan hari ini?” tanya Myungsoo.
“Ne. Waeyo?”
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.”
“Jeongmalyo? Wah… haruskan aku memakai pakaian yang cantik?” tanya Jiyeon.
“Tidak.” Jawab Myungsoo datar.
“Waeyo?”
“Karena kau memang sudah cantik.” Jiyeon tersipu malu mendengar ucapan Myungsoo. “Ya sudah, kau bersihkan dirimu cepat. Aku akan menunggumu di mobil.” Ujar Myungsoo. Jiyeon segera pergi menuju kamarnya. Tak lama, Jiyeon sudah selesai membersihkan dirinya dan sedikit berias.
“Kita mau kemana oppa?” tanya Jiyeon saat tiba dihadapan Myungsoo. Myungsoo diam. Ia memperhatikan Jiyeon dari bawah hingga ke atas dan pandangannya kini terhenti tepat dibibir Jiyeon. “Waeyo apakah ada yang aneh denganku?” tanya Jiyeon sambil memeriksa pakaiannya.
“Ah aniyo.” Jawab Myungsoo. “Gayo.” Myungsoo kemudian membukakan pintu untuk Jiyeon.
Sudah hampir satu jam Myungsoo membawa Jiyeon tapi mereka masih belum juga tiba di tempat tujuan. “Oppa, kita mau kemana? Apakah perjalanannya masih jauh?” tanya Jiyeon. Myungsoo hanya diam. Tidak ada niatan baginya untuk menjawab pertanyaan Jiyeon. Beberapa menit kemudian Jiyeon sampai disuatu tempat yang sangat ramai. Lampu-lampu jalan yang berwarna-warni membuatnya menganga. Jiyeon menatap tempat itu tidak percaya. “Menara Eiffle” gumaman kecil sukses meluncur dari bibir mungil Jiyeon. “Oppa, aku tidak sedang bermimpi kan?” Tanya Jiyeon sambil menepuk pipinya beberapa kali. “Oppa cubit aku.” Perintah Jiyeon. Myungsoo dengan polosnya mencubit pipi Jiyeon dengan keras. “Aww!!!” pekik Jiyeon.
“Kau tidak sedang bermimpi Park Jiyeon. Ini nyata. Kaja.” Ujar Myungsoo seraya pergi keluar dari mobil dan berjalan beriringan dengan Jiyeon. Myungsoo duduk di salah satu sudut padang rumput yang membentang luas didekat menara eiffle. Jiyeon meraih ponselnya dan mengaktifkan kameranya. Ia ingin mengabadikan moment itu.
“Oppa bisakah kau bantu aku mengambil gambar?” ujar Jiyeon sambil menyerahkan ponselnya pada Myungsoo. Dengan mudahnya Myungsoo meraih ponsel Jiyeon dan mulai mengambil gambar. Jiyeon dengan percaya dirinya bergaya ala model professional. Memang bisa dibilang Jiyeon adalah wanita Multi talent. Hampir semua dia bisa kecuali memasak. Dia masih baru belajar memasak. Walaupun begitu, masakan yang ia buat tidak kalah enaknya dengan masakan chef yang ada di restaurant besar.
Setelah Jiyeon mulai bosan foto sendiri, Jiyeon meraih kembali ponselnya yang dipegang Myungsoo. Jiyeon mengajak Myungsoo untuk foto berdua. “Oppa, ayo foto berdua.” Ujar Jiyeon antusias. Seketika Myungsoo menjadi sangat gugup. Myungsoo jadi bingung harus menggunakan gaya apa. Jepret… belum selesai Myungsoo bergaya Jiyeon sudah mengambil gambar lebih dulu. Jiyeon kecewa dengan hasil gambarnya. “Oppa kenapa kau tidak bergaya?” cetus Jiyeon. Myungsoo semakin gugup. “Hana… Dul…” Myungsoo mulai menatap bibir Jiyeon. Entah kenapa ia menjadi sangat merindukan bibir Jiyeon yang selalu manis saat ia menciumnya. “Set…” cup~ Bersamaan dengan hitungan terakhir Jiyeon, Myungsoo menarik wajah Jiyeon hingga menghadap ke arahnya dan mengecup bibir mungil Jiyeon. Jepret… Momen itu pun akhirnya secara tak sengaja diabadikan oleh Jiyeon. Jiyeon membelalakkan matanya karena ia masih kaget. Namun semakin lama, Jiyeon mulai menutup matanya perlahan. Ia mulai menikmati setiap sentuhan Myungsoo dibibirnya. Sebuah perasaan yang lama menghilang kini kembali lagi. Tiba-tiba jantung Jiyeon berdegup sangat kencang. Begitu pula dengan Myungsoo. Keduanya tidak menyadari bahwa semua orang kini tengah memperhatikan mereka. Memang benar hal seperti ini sudah biasa dilakukan oleh orang-orang barat. Namun, ini berbeda dengan yang mereka lakukan.
“Ehem…” suara dehaman seorang pria sukses membuat MyungYeon melepaskan tautan bibirnya. Jiyeon mengelap bibirnya yang basah karena ulah Myungsoo barusan. Ia menunduk malu. “MyungYeon?” subuah kata yang masih terasa asing ditelinga Myungsoo dan Jiyeon sukses meluncur dari bibir pria yang kini tengah berada didekat mereka.
“JB? Kenapa kau disini?” Tanya Jiyeon mulai mengangkat wajahnya.
“Dasar. Kalian masih sama saja seperti dulu. Jika kalian ingin melakukan hal itu, lakukanlah di kamar hotel kalian.” Ujar JB sambil membuka tutup kaleng minuman yang saat ini dipegangnya.
“Ya… mau apa kau kesini hah? Mengganggu saja.” Cetus Myungsoo sambil menarik tangan Jiyeon pergi. Alhasil, Jiyeon hanya mengikuti Myungsoo tanpa banyak Tanya.
Hari sudah semakin malam. Myungsoo terlihat sangat lelah. “Ayo pulang.” Ujar Myungsoo. Jiyeon menatap wajah Myungsoo. “Kenapa menatapku seperti itu?” Tanya Myungsoo saat menyadari Jiyeon sedang menatapnya.
“Kau terlihat lelah oppa. Sebaiknya kita pulang besok saja. Aku takut akan terjadi apa-apa pada kita nanti.” Ujar Jiyeon. Myungsoo membalas tatapan Jiyeon dan sesaat kemudian mengiyakan permintaan Jiyeon.
“Baiklah. Kita cari hotel dekat sini. Jha.” Myungsoo menggandeng tangan Jiyeon dan membawanya berjalan menuju hotel. Tak jauh dari tempat mereka, Myungsoo melihat sebuah hotel. Mereka pun memasuki hotel itu. Saat itu, hanya tersisa satu kamar hotel saja. Deri ratusan bahkan ribuan kamar hotel yang ada, hanya satu kamar yang kosong disana. Dengan terpaksa, Myungsoo harus menerimanya. “Jiyeon, kau mau? Atau kita mencari di tempat lain saja?” Tanya Myungsoo.
“Gwaenchanha. Lagi pula aku takut sendirian. Ambil saja kuncinya.” Ujar Jiyeon. Yah, Jiyeon hanya menerima keadaan. Entah kenapa beberapa hari ini, dia ingin selalu bersama Myungsoo. Ex-husband nya.
Sesampainya di kamar, Jiyeon menatap interior kamar tersebut. “Aku mandi dulu. Kau bisa tidur duluan.” Ujar Myungsoo sambil berjalan menuju kamar mandi. Jiyeon bercermin sebentar. Memperhatikan bentuk tubuhnya. “Sepertinya ada yang aneh denganku belakangan ini.” gumamnya. Sesaat kemudian dia teringat dengan tanggal hari ini. Ia merogoh ponsel yang ada di saku celananya dan melihat tanggal yang terpampang disana. Jiyeon semakin merasa aneh. “Ini sudah dua bulan dan aku… belum datang bulan.” Dahi Jiyeon mulai mengkerut. “Ah, lupakan. Mungkin aku hanya telat saja. Hal ini biasa terjadi padaku.” Jiyeon kemudian berbaring di tempat tidur dan menaikkan selimut hingga menutupi lehernya. Jiyeon pun akhirnya terlelap dalam tidurnya. Di balik sana, Myungsoo sedang mendengarkan suara Jiyeon. Jelas. Sangat jelas. ‘Kau hamil?’ Tanya batin Myungsoo. Ia kemudian dengan cepat membersihkan tubuhnya dan keluar dengan tenang dari kamar mandi. Ia menatap seseorang yang kini tengah tertidur di hadapannya. Myungsoo duduk tepat di samping Jiyeon.
“Mianhae Jiyeon. Aku tau apa yang terjadi. Kau sedang mengandung anakku kan? Aku janji akan menikahimu sebelum perutmu membesar.” Ujar Myungsoo sambil mengusap pelan dahi Jiyeon. Myungsoo mencium sekilas dahi Jiyeon dan berbaring sambil memeluk Jiyeon dari samping.
∞∞∞
Pagi itu, saat Jiyeon terbangun ia tiba-tiba merasa mual. Ia segera berlari ke wastafle. Myungsoo yang tengah tertidur, tiba-tiba terbangun saat mendengar suara Jiyeon di kamar mandi. Myungsoo dengan segera menyusul Jiyeon. “Jiyeon gwaenchanha?” Tanya Myungsoo.
“Molla. Perutku tiba-tiba terasa tidak enak. Mungkin aku hanya masuk angin saja.” Jawab Jiyeon ‘Kau memang baik-baik saja. Tapi kau sedang hamil. Anakku. Mianhae.’ Ujar Myungsoo dalam hati.
“Ah iya. Bukankah hari ini kau harus bersiap untuk kembali ke Korea?” Tanya Jiyeon setelah membersihkan wajahnya. Ia kemudian merapikan penampilannya.
“Ani. Aku tidak jadi kembali ke Korea. Aku ingin disini bersamamu. Karena kau… sedang mengandung anakku.” Suara Myungsoo tiba-tiba mengecil.
“Apa maksudmu oppa? Aku tidak hamil. Aku hanya masuk angin saja.” Ujar Jiyeon mengelak.
“Kau tidak percaya kalau kau sedang hamil? Baiklah, kau test saja sendiri dengan alat ini.” perintah Myungsoo sambil memberikan sebuah alat kecil pada Jiyeon. Alat test kehamilan.
Jiyeon menuruti perintah Myungsoo dan hasilnya. Dua garis merah. Itu artinya Jiyeon benar-benar sedang hamil. Sesaat kemudian pertahanan Jiyeon runtuh. Tubuhnya terasa lemas. Perasaannya bercampur antara bahagia dan sedih.
Seseorang kini tengah menunggu Jiyeon di depan kamar mandi. “Oppa…” ujar Jiyeon lirih. Air matanya kini tak terbendung lagi. Jiyeon kemudian menyerahkan benda kecil yang dipeganganya dan memeluk Myungsoo erat. Myungsoo memperhatikan benda itu. Dua garis merah. Myungsoo kemudian membalas pelukan Jiyeon. “Aku akan mengatakan hal ini pada appaku dan appamu. Aku akan bertanggung jawab atas kehamilanmu. Bagaimanapun, hal ini terjadi karenaku.” Myungsoo mengusap pelan rambut Jiyeon.
“Gomawo oppa…” ujar Jiyeon disela tangisnya.
“Ya sudah. Sebaiknya kita pulang agar kau bisa istirahat dengan nyaman.” Myungsoo melepas pelukannya dan pergi dari kamar hotel itu.
Selama perjalanan keduanya diam. Tak ada pembicaraan sama sekali. “Kau lapar?” Tanya Myungsoo sambil melirik ke arah Jiyeon. Jiyeon diam tak menjawab. Bahkan bahasa isyarat pun tidak digunakannya untuk menjawab pertanyaan Myungsoo. “Neo uro? Tenanglah... Lagi pula appaku dan appamu ingin kita menikah. Lagi.” Myungsoo menggenggam tangan Jiyeon.
“Tapi oppa akan kembali ke Korea nanti.” Jiyeon menatap wajah Myungsoo.
Myungsoo tersenyum remeh. “Mana mungkin aku akan meninggalkan wanita yang sedang hamil anakku sendirian disini? Kita akan kembali bersama-sama nanti. Aku sudah menyuruh Lee Joon untuk memesankan tiket pesawat untukmu.” Jawab Myungsoo. Jiyeon mengerutkan dahinya.
“Kembali? Lalu bagaimana dengan kuliahku? Aku baru masuk dan… aku tidak mungkin berhenti kuliah.”
“Kau tenang saja. Aku sudah mendaftarkanmu ke Seoul International University.” Ujar Myungsoo tenang.
“M-maksud oppa?” jiyeon mengerutkan dahinya (lagi).
“Aku mendengar gumamanmu semalam. Saat itu juga aku tahu kalau kau hamil. Dan saat kau tertidur, aku menghubungi Lee Joon untuk mendaftarkanmu di Universitas di Korea.”
“Lalu bagaimana testpack yang tadi oppa berikan padaku?” Tanya Jiyeon semakin tidak mengerti.
“Itu? Aku sengaja membawanya karena… aku ingat terakhir kali kita melakukan ‘itu’… aku tidak menggunakan pengaman.” Myungsoo menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal.
“Oppa… Sebenarnya… aku tidak ingin bercerai denganmu. Tapi waktu itu-”
“Iya aku tau. Suzy memaksamu. Aku sudah tau itu.”
“Ba-bagaimana oppa tahu?”
“Jha… sudah sampai. Kaja. Kita harus bersiap.” ajak Myungsoo sambil mengacak pelan rambut Jiyeon.
∞∞∞
Jiyeon dan Myungsoo sudah sampai di bandara. Keduanya mulai melangkah menuju pesawat secara bersamaan. Jiyeon duduk tepat di sebelah Myungsoo. “Mungkin perjalanan ini akan melelahkan untukmu. Sebaiknya kau tidur saja. Nanti, aku akan membangunkanmu.” Ujar Myungsoo sambil mengusap pelan telapak tangan Jiyeon. Jiyeon hanya mengangguk sebagai jawaban ‘iya’. Dan beberapa detik kemudian, Jiyeon memejamkan matanya dan terlelap.
∞∞∞
Setelah berjam-jam berada di udara, akhirnya pesawat mendarat di Incheon Airport. Jiyeon terbangun dari tidurnya saat Myungsoo hendak membangunkannya. “oh kau sudah bangun? Kaja, kita sudah sampai.” Ujar Myungsoo sambil mengcup singkat pipi Jiyeon.
“Eeuunggh..” lenguhan halus keluar dari bibir mungil Jiyeon sambil meregangkan ototnya. “oppa, aku lapar.” Ujar Jiyeon pada Myungsoo.
“Arra. Sebentar lagi kita pergi ke restaurantku. Kau bisa makan disana.” Setelah penumpang keluar semua dan tidak berdesakan, Jiyeon dan Myungsoo keluar dari pesawat. Sesampainya di luar, Myungsoo dan Jiyeon di hampiri oleh seorang pria dan seorang wanita yang akan membantunya membawa koper masing-masing. Mereka berjalan menuju pintu keluar. Di luar sudah ada mobil yang menunggu Jiyeon dan Myungsoo. Lee Joon membukakan pintu untuk keduanya.
“Selamat atas kehamilanmu nyonya Kim.” Ujar Lee Joon.
“Mwo? Nyonya Kim? Ya… Lee Joon-a jangan panggil aku nyonya. Aku belum resmi kembali menjadi istri Tuan Kim Myungsoo. Arra?” Jiyeon dan Myungsoo memasuki mobil itu bergantian.
“Arasseo nyonya Kim. Eh maksudku nona Park.” Myungsoo terkekeh pelan mendengar obrolan asisten pribadinya dan istrinya.
“Sudahlah, ayo cepat pulang. Aku sudah sangat lapar.” Ujar Jiyeon sambil mengusap perutnya yang masih rata. Lee Joon menutup pintu mobil dan mengemudikan mobil itu.
∞∞∞
Myungsoo dan Jiyeon tengah berdiri di depan sebuah kaca sambil memandangi indahnya bulan dan bintang yang bertebaran di langit. Myungsoo memeluk perut Jiyeon dari belakang. Myungsoo menyandarkan dagunya di bahu Jiyeon sedangkan Jiyeon tengah asik memandangi langit. “Chagi.” Ujar Myungsoo membuka pembicaraan.
“Hm?” gumaman kecil menjadi sebuah sahutan untuk panggilan Myungsoo barusan.
“Kalau seandainya kau tidak hamil, apakah kau mau kembali padaku?” Tanya Myungsoo lembut.
“Kenapa kau Tanya itu?”
“Aku hanya ingin tau saja.”
“Walaupun seandainya aku tidak sedang hamil, aku tetap ingin kembali padamu. Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau akan memintaku untuk kembali padamu walau aku tidak mau?” Tanya Jiyeon kembali.
“Kau tidak perlu menanyakan hal itu. Aku akan menunggumu walaupun seandainya kau takkan penah kembali padaku. Karena kau adalah cinta pertamaku. Dan kau sendiri sudah tahu kalau aku meminta appa untuk melamarmu saat kau baru lahir.”
“Begitukah? Kalau begitu apakah aku menikah denganmu karena aku memang terlahir untuk menjadi milikmu?” Jiyeon tersenyum.
“Umm… mungkin.” Myungsoo tersenyum mendengar kalimat terakhir Jiyeon. “Chagi. Kalau anak kita sudah lahir nanti… kau ingin menamainya siapa?” Tanya Myungsoo.
“Nama? Entahlah aku masih belum memikirkan hal itu.” Jawab Jiyeon. “Bagaimana denganmu?”
“Kalau anak kita perempuan aku ingin menamainya Kim Tae Hee.” Ujar Myungsoo.
“Kim Tae Hee? Bukankah itu nama wanita tercantik di korea?”
“Ne. aku ingin anak kita jadi wanita yang canti dan juga pintar.”
“Lalu kalau laki-laki?”
“Kim Tae Hyung. Nanti nama lainnya V.”
“Tae Hee dan Tae Hyung. Nama yang bagus oppa.”
“Kau suka?”
“Ne.” Jiyeon memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela kamarnya.
∞∞∞
Hari ini adalah hari pernikahan Jiyeon untuk yang kedua kalinya dengan Myungsoo. Teman-teman Jiyeon datang ke acara itu namun tidak dengan JB. JB sedang berada di Paris. Gyuri menghampiri Jiyeon di ruang mempelai wanita. Penampilannya sangat berbeda dengan sebelumnya. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang di urai.
“Eonni!” panggil Gyuri dari arah pintu. Ia sedikit berlari mendekati Jiyeon. “Eonni. Aku sudah dengar semuanya semalam. Eonni sangat cantik hari ini. Dan eonni tidak seperti di pernikahan pertama eonni. Waktu itu eonni menangis di sini. Tapi sekarang eonni terlihat sangat bahagia. Aku ikut bahagia eonni.” Ujar Gyuri sambil berjongkok di depan Jiyeon. “Eonni bolehkah aku foto bersamamu?” Tanya Gyuri yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Jiyeon. “Hana… Dul… Set…” jepret! Satu foto berhasil Gyuri abadikan di ponselnya.
“Jiyeon-i…” panggil seorang wanita paruh baya dari pintu. Seketika mata Jiyeon berkaca-kaca. Ada sebuah kebahagiaan yang tak bisa di ungkapkan di dalam hati Jiyeon.
“Eomma…” wanita itu berjalan mendekati Jiyeon dan memeluknya erat. Begitupun dengan Jiyeon. Air matanya berjatuhan. “Eomma mianhae… aku sudah tidak pernah ke rumah eomma lagi selama dua bulan terakhir.” Wanita itu melepas pelukannya sesaat dan menghapus jejak air mata Jiyeon. “Appa mana?” Tanya Jiyeon.
“Appamu ada di luar. Sebentar lagi dia ke sini.” Jawab Han Jimin ibu angkat Jiyeon.
“Jiyeon. Bersiaplah sebentar lagi acara akan dimulai.” Ujar seseorang dari luar.

^Lobi^
“Park Hyojoon?” sapa Woohyun saat melihat Hyojoon sedang berjalan menuju ruang mempelai wanita. Hyojoon menoleh ke arah sumber suara.
“kau Park Hyojoon kan? Appanya Jiyeon?” Tanya Woohyun memastikan.
“ne. nu-nugu seyo?” Tanya Hyojoon bingung. Ia memang belum pernah bertemu dengan Woohyun sebelumnya. Bahkan saat ia meminta Jiyeon tinggal dikediamannya, Woohyun tidak datang karena waktu itu ia ada rapat penting.
“Saya appa kandungnya Jiyeon. Bisa kita berbicara sebentar?” pinta Woohyun ramah.
“Ah ne. silahkan.”
“Begini. Saya ingin, anda menjadi wali Jiyeon. Bagaimanapun, anda yang telah membesarkan Jiyeon selama ia terpisah dengan keluarganya.”
“Tapi kenapa? Bukankah anda appa kandungnya Jiyeon? Saya sama sekali tidak keberatan jika anda mengambil Jiyeon dari saya. Karena memang, Jiyeon bukan anak kandung saya. Anda yang seharusnya menjadi wali Jiyeon. Bukan saya.”
“Tapi anda yang sudah-”
“Tidak apa-apa. Anda yang wajib menjadi wali Jiyeon karena anda appa kandungnya.”
Begitulah obrolan antara Hyojoon dan Woohyun di depan ruang mempelai wanita.
∞∞∞
Mempelai pria telah memasuki ruangan dengan gagahnya. Wajah Myungsoo terlihat sangat bahagia. Beberapa saat kemudian, Jiyeon bersama walinya. Woohyun. Memasuki gedung pernikahan dengan bergandengan tangan. Untuk yang kedua kalinya Jiyeon dan Myungsoo melangsungkan pernikahan. Tak lama, kini Jiyeon telah berdiri tepat di hadapan Myungsoo. Kini perasaan Myungsoo sangat berbeda dengan pernikahannya yang pertama kali. Jantungnya kini mulai berdetak sangat kencang bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Di pernikahan kali ini, Myungsoo tidak merasa bersalah. Karena pernikahan ini terjadi atas dasar cinta dan buah hati yang sedang berada dalam kandungan Jiyeon.
“Myung… samcheon menitipkan Jiyeon padamu. Tolong jaga Jiyeon dan buah hati kalian dengan baik. Jangan lepaskan Jiyeon lagi jika kau benar-benar mencintainya. Arra?” ujar Woohyun seraya menyerahkan tangan Jiyeon dalam genggaman Myungsoo.
“Arasseo abeonim.” Jawab Myungsoo tegas.
“Semoga sukses.” Woohyun menepuk pundak Myungsoo sebelum ia mengambil tempat di sisi pengantin wanita.
∞∞∞
Acara pernikahan berjalan lancar sesuai rencana. Myungsoo dan Jiyeon telah resmi kembali menjadi pasangan suami istri. Myungsoo sedikit kecewa karena malam pertamanya harus tertunda sampai JIyeon melahirkan. Tapi Myungsoo juga senang karena bayi yang dikandung Jiyeon, Jiyeon mau kembali padanya.
Jiyeon baru saja keluar dari kamar mandi. Ia selesai membersihkan dirinya. Seperti biasa, Myungsoo menyuruh Jiyeon menggunakan kemeja kebesaran milik Myungsoo dan hotpants. Namun Jiyeon sendiri sama sekali tidak menolak permintaan Myungsoo yang bisa dibilang aneh itu. Myungsoo menatap Jiyeon tanpa berkedip. ‘Bahkan saat dia hamil, dia masih terlihat sama seperti dulu.’ Gumam batin Myungsoo.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah ada yang aneh?” Tanya Jiyeon sesampai di hadapan Myungsoo. Ia melihat-lihat bagian belakang tubuhnya dan bagian depan juga. “Tidak ada yang aneh.” Gumamnya kemudian. “Ahh!!” pekik Jiyeon saat Myungsoo menariknya untuk duduk di kasur berdampingan dengan Myungsoo. Myungsoo membawa Jiyeon ke dalam pelukannya. Myungsoo melingkarkan tangan kirinya di pinggang Jiyeon sementara tangan kanannya mengusap kepala Jiyeon.
“Bogosipeo…” ucap Myungsoo.
“Nado bogosipeo oppa.” Jawab Jiyeon pelan. Myungsoo diam. “Oppa, kau tidak akan mengajakku bercinta, kan?” Jiyeon melepaskan pelukannya dan menatap Myungsoo.
“Kalau iya kenapa chagi?” jawab Myungsoo sambil menunjukkan senyum evilnya.
“Yakk!! Kau tau? Aku sedang hamil. Kau mau membunuh anakmu?” Jiyeon memukul lengan Myungsoo hingga pria itu kini meringis kesakitan.
“Aniya, aniya. Aku hanya bercanda…” ujar Myungsoo sambil memeluk Jiyeon lagi.
“Oppa, aku lelah. Aku ingin istirahat.” Lirih Jiyeon. Myungsoo pun melepaskan pelukannya dan membaringkan Jiyeon. Myungsoo menaikkan selimutnya hingga menutupi tubuh Jiyeon.
“Jaljayo chagi.” Ujar Myungsoo sambil mengusap ujung kepala Jiyeon. Jiyeon kemudian menutup matanya dan tertidur.

Yeeyy!!! Akhirnya selesai juga part 5 nya.
Next part or stop here?
Jangan lupa tinggalkan jejak.