Senin, 02 Mei 2016

You Are My Wife

You Are My Wife

Cast      : Kim Jungyeon, Park Jimin.
Genre   : NC, Married Life
Length   : One shoot
Author   : Ms. Childish

Jungyeon POV

“Pakaian ini menyusahkanku.” Umpatku sambil berjalan menuju rumah baruku bersama seorang pria yang sudah sah menjadi suamiku sejak beberapa jam yang lalu. Usiaku memang masih muda. Bahkan terlalu muda untuk menikah. Yah, kalian pasti ingin tau kenapa menikah dengannya.

Beberapa tahun yang lalu saat usiaku masih balita, aku dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahku. Aku mengetahui hal itu karena ayah yang menceritakannya padaku saat pertama kali ayah tau aku memiliki kekasih. Usia kami tidak berbeda jauh. Hanya berbeda 5 tahun. Dia sendiri saat ini sudah bekerja. Meneruskan perusahaan ayahnya sebagai presiden direktur. Dia sangat tampan, tinggi yaah walau tidak setinggi pria lainnya, dan… sexy. Kata yang cocok untuknya.

“Aku mau mandi dulu. Kau pasti lelah. Sebaiknya kau tidur duluan.” Ucapku sambil berjalan menuju kamar mandi. Namun beberapa detik kemudian dia menarik tanganku dan memelukku dengan sangat erat.
“Apa kau ingin melewati malam pertama kita? Mungkin kita bisa melakukanya setiap malam. Tapi malam pertama hanya terjadi sekali dalam sebuah pernikahan. Apa kau yakin akan melewati malam pertama ini denganku?” ujarnya. Ia masih memelukku dengan erat. Sungguh ini membuatku sangat risih. Aku tidak nyaman dengan perkataannya. Tapi ibu bilang aku tidak boleh menolak permintaan suamiku. Apapun yang ia minta aku harus menurutinya. Kenapa? “Yeon? Jawab aku.” Ujarnya memanggilku sambil mengusap punggungku pelan. Aku semakin risih.
“Ba-baiklah.” Jawabku terbata-bata. Sungguh aku sangat gugup. Badanku gemetar dan jantungku berdetak semakin cepat. Ini pertama kalinya bagiku.

Sebuah ciuman kini mendarat di bibirku. Bibir tebalnya menyapu bibirku. Aku dapat merasakan hisapan lembutnya terhadap bibir atasku. Ini benar-benar membuat jantungku terasa ingin lepas. Entah sejak kapan aku sudah berada dibawahnya dengan tanpa busana. Aku tidak menyadari semua yang terjadi. aku seakan terbuai dengan setiap perlakuannya. Beberapa saat kemudian aku merasakan bibirnya sudah tidak lagi menempel pada bibirku. Namun jaeak kami masih begitu dekat.
“Kau siap?” tanyanya meyakinkanku. Entah apa itu maksudnya aku tidak mengerti. Benar. Sejauh ini yang aku tau hanya sebatas ciuman. Aku tidak mengerti tentang hal ini.
“Akh!” aku menjerit saat merasakan ada sesuatu yang masuk bagian kewanitaanku. Ini benar-benar sakit. Aku merasakan ada sesuatu yang sobek di dalam sana. Entah apa itu, tapi ini benar-benar sakit. Air mataku mengalir, aku meringis kesakitan sambil memejamkan mataku kuat-kuat.
“Tahanlah Yeon. Ini hanya sesaat. Percayalah padaku kau akan menikmatinya setelah ini.” suara Jimin tidak terlalu jelas di telingaku. Aku hanya bisa menahan rasa sakit itu. Aku bahkan mencengkeram punggung suamiku untuk melampiaskan rasa sakitku. Ini sangat sakit. Suamiku mencoba meredam rasa sakitku dengan menciumku. Perlahan aku mersakan ia mulai menggerakkan pinggulnya pelan-pelan. Sakit. Sangat sakit. Namun seiring berjalannya waktu rasa sakit itu mulai berkurang dan berubah menjadi suatu kenikmatan yang mebuatku selalu menginginkannya. Hingga akhirnya kami mencapai puncak dari perminan ini. “Aku mencintaimu Yeon.” Dia mencium bibirku singkat dan menaikkan selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami yang basah dengan keringat.
“Aku juga Jimin oppa.” Jawabku seraya memeluknya. Ini akan menjadi malam yang takkan terlupakan sepanjang hidupku.

Sinar matahari menembus kaca kamar pengantiku hingga membuatku silau. Aku menoleh kesamping kananku. Kosong. Aku mencari Jimin di sekeliling sudut tanpa menggerakkan tubuhku. “Akh!” aku memekik pelan saat aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawah tubuhku. Aku bahkan lupa kalau saat ini tubuhku hanya ditutupi selimut tebal.
Ceklek
Aku dapat mendengarnya. Suara pintu terbuka dan menampakkan sosok pria tampan yang berotot dan… tampan.
“Kau sudah bangun? Aku membuatkan sarapan untukmu. Mandilah.” Aku tersenyum saat melihatnya mendekatiku. Sungguh ini seperti mimpi. Namun aku menggeleng saat ia menyuruhku mandi. Bagaimana bisa aku mandi? Berjalan pun rasanya aku tidak mampu. “Kenapa? Kau harus mandi.” Lagi-lagi aku menggeleng. Bagaimana aku mengatakannya? Aku malu. Tidak. Aku tidak boleh malu. Dia suamiku.
“Umm… itu… bekas semalam…” ujarku terputus-putus. Bagaimana aku mengatakannya?
“Oh… masih sakit kah? Baiklah. Aku akan membantumu ke kamar mandi.” Jimin menggendongku! Oh tidak! Pipiku terasa panas saat ia mulai mengangkatku dan membawaku ke toilet. “Panggil aku kalau kau sudah selesai.” Aku hanya mengangguk menurutinya.

Sudah seminggu kami menikah. Rasanya baru kemarin aku menikah. Dan sekarang sudah hari ke 7. Hari ini dia sudah kembali bekerja. Dan sepertinya waktuku dengannya akan semakin berkurang dan aku akan selalu merindukannya. “Aku berangkat dulu. Jaga dirimu baik-baik ya.” Pamitnya sambil mencium dahiku.
“Cepatlah pulang oppa. Jangan nakal.” Aku mencubit hidungnya. Sungguh menggemaskan. Aku tidak pernah berpikir akan mendapatkan jodoh sebaik dia.
“Aku tidak nakal. Ya sudah. Aku berangkat. Sampai jumpa.” Jimin pun pergi bekerja.

Hari ini adalah hari ke 30 kami menikah. Terasa begitu cepat. Siang ini aku berencana membawakannya makan siang khusus buatanku. Aku berharap dia akan menyukainya. Saat ini aku sudah berada di depan perusahaan suamiku. Aku mencoba menghubunginya sebelum aku sampai. Dia tidak mengangkat panggilanku. Berkali-kali aku menghubunginya namun tetap saja tidak dijawab. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk datang ke kantornya tanpa berpikir panjang. Sesampainya di depan ruangan Jimin aku melihat tempat sekretaris suamiku kosong. Mungkin dia sedang ada urusan di dalam. Aku mengetuk pintu kantor suamiku. Tidak ada jawaban dan tidak ada juga yang membuka pintu. Aku memutar kenop pintu itu. “Tidak dikunci. Kenapa aku mengetuknya? Aku bodoh.” Rutukku pada diriku sendiri. Aku segera masuk dan betapa kagetnya aku saat aku melihat pakaian wanita berserakan dilantai. Aku juga mendengar sesuatu. Seperti desahan seorang wanita. Dan… dia menyebut nama suamiku? Ada apa ini? Aku melangkah keluar dan membanting pintu. Ku harap Jimin akan mendengar suara pintu itu dan segera keluar. Aku meletakkan rantang yang kubawa di meja sekretaris dan segera pergi.

Aku pergi dari kantor itu. Entah mau kemana aku sekarang. Aku tidak ingin pulang. Aku tidak ingin pulang kemana pun. Tapi aku tidak bisa terus berada diluar rumah. Baiklah. Aku putuskan untuk pulang.

Sesampainya dirumah, aku segera menuju kamarku dan duduk dilantai bersandar pada tempat tidur serta memeluk lututku.
Drrrttt… Ddrrttt….
Ponselku bergetar. Aku mengambilnya dan melihat nama pemanggil. ‘suamiku’ cih. Apakah dia suamiku? Dia bahkan bercinta dengan sekretarisnya sendiri. Aku mengubah nama kontak suamiku menjadi ‘Jimin’ nama yang apa adanya. Aku meletakkan kembali ponselku dan membiarkannya bergetar. Aku menangis, tentu saja. Siapa yang tidak sakit hati jika melihat suaminya bercinta di hadapan istri sahnya? Atau selama ini aku hanya dianggap sebagai pemuas sexnya?

Jimin POV

Saat ini aku sedang menikmati tubuh sexy sekretarisku. Tapi sungguh. Tubuh istriku jauh lebih merangsangku daripada wanita ini.
Jedorr!!!
Suara pintu itu mengagetkanku. Siapa yang menggangguku saat aku sedang bercinta seperti ini? ah? Apakah pintu itu tidak terkunci sejak tadi? Bagaimana jika pegawaiku melihatku? Aku segera melepaskan kontak kami dan aku kembali berpakaian dan melemparkan pakaian sekretarisku. Aku berlari keluar dan menemukan sebuah rantang makanan. Aku segera membukanya. “Yeon? Apakah tadi itu dia? Tidak. Bagaimana bisa dia datang tanpa mengabariku?” gumamku. Aku segera mengambil ponselku dan melihat 10 panggilan tidak terjawab. Dan semuanya dari istriku. Aku mencoba menghubungi istriku. Tidak dijawab. Aku berjalan keluar dan mencari istriku. Mungkin saja ia masih diluar. Tapi tidak. Dia sudah tidak disana. Aku segera menuju perkiran dan mencarinya di rumah.
“Yeon!” teriakku sambil membuka setiap pintu ruangan di rumahku.
“Yeon!” aku membuka pintu kamarku dan disanalah dia berada. Memeluk lututnya dan memendam kepalanya diatara lututnya. Aku dapat mendengar tangisannya. “Yeon…” panggilku lembut.
“JANGAN SENTUH AKU! KAU BUKAN SUAMIKU! MULAI SEKARANG KAU BUKAN LAGI SUAMIKU!” bentaknya sambil menghempaskan tanganku yang barusan menyentuhnya.
“Yeon. Maafkan aku.”
“TIDAK! AKU TIDAK BISA MEMAAFKANMU! SELAMA INI AKU MEMANG BODOH! AKU HANYA KAU ANGGAP SEBAGAI PEMUAS SEXMU! AKU TIDAK PERNAH ADA DIHATIMU! MULAI SAAT INI KITA BUKAN LAGI SUAMI ISTRI! KITA AKAN SEGERA BERCERAI!”
“Yeon. Maafkan aku. Aku berjanji padamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Aku hanya mencintaimu. Dan kau bukan hanya pemuas nafsuku. Kau istriku. Penghuni hatiku. Percayalah padaku.”
“JANGAN SENTUH AKU! SEKALI KAU MENYENTUHKU AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIRIKU HIDUP!!!” lagi-lagi dia berteriak. Aku mencoba untuk tidak terbawa dengan emosiku.
“Baiklah. Tidak ada maaf untukku. Aku menerima semuanya. Lakukanlah apapun yang kau inginkan. Ini memang salahku. Silahkan. Jika kau ingin selingkuh juga. Aku tidak akan melarangmu untuk melakukannya.” aku menunduk. Aku dapat mendengar tangisan Jungyeon yang semakin menjadi. Aku memang pria tidak berperasaan. Harusnya aku tidak melakukannya. Harusnya aku hanya melakukan hal itu dengan istriku. Aku salah. Maafkan aku Yeon.

SKIP

Sudah hampir seminggu Jungyeon tidak menyapaku. Tidak membuatkan sarapan. Tidak mencuci bajuku. Bahkan tidur pun terpisah. Aku sering melihatnya pulang tengah malam. Apa yang ia lakukan? Aku tidak bisa focus pada pekerjaanku. Sejak tadi aku hanya memikirkan Jungyeon. Memikirkan apa yang ia lakukan di luar sana. Pergi pagi dan pulang tengah malam. Haruskah aku mencari tau? Yah, mungkin itu perlu. Aku segera pergi dari kantorku. Pulang. Itu yang aku pikirkan sebelum aku memutuskan untuk pergi mencari Jungyeon.
“Sekretaris Han, hari ini aku ijin. Jika ada yang menanyaiku katakan saja aku sedang ada urusan pribadi.” Pamitku pada sekretaris baruku.
“Ne sajangnim.”

Aku baru saja sampai di depan rumah. Aku segera masuk dan aku melihat sepasang sepatu pria di depan pintu masuk. Aku mempercepat langkahku dan aku menemukan Jungyeon sedang berciuman dengan pria itu. Lancang sekali pria itu menyentuh istriku. Aku mengepalkan kedua tanganku dan segera menjauhkan pria itu dari Jungyeon. Aku memukulnya beberapa kali. “Beraninya kau mencium istriku!” aku memukulnya lagi. Emosiku benar-benar tidak bisa ku kendalikan lagi.
“Jimin?” aku dapat mendengar suara Jungyeon saat aku berhenti memukuli pria itu.
Aku melihat Jungyeon menghampiri pria itu dan membantunya berdiri.
“Bangunlah. Maafkan aku.” Ujarnya pada pria itu. “Aku akan mengobati lukamu di kamar.”
“JUNGYEON!!!” bentakku saat Jungyeon menuntun pria itu menuju ke kamarnya. Istriku mengabaikanku. Seperti inikah perasaannya saat ia melihatku berhubungan intim dengan sekretaris lamaku? Aku benar-benar bodoh.

Tak lama setelah kejadian tadi, Jungyeon dan laki-laki itu keluar dari kamar. Jungyeon mengantarnya hingga depan pintu. Aku menghampiri Jungyeon saat pria itu pergi dari rumahku. Aku menarik Jungyeon ke dalam pekukanku. “Maafkan aku.”
“LEPASKAN AKU!” bentaknya sambil menjauhkan dirinya dari pelukanku.
Aku memeluknya kembali dengan sangat erat. Aku dapat merasakan ia memberontak. Namun setiap kali ia berusaha melepaskan diri aku semakin mempererat pelukanku. “Jungyeon maafkan aku. Aku tau. Aku sudah merasakan semua rasa sakit yang kau rasakan saat itu. Sudah cukup jang dilanjutkan lagi. Sampai kapan kau akan marah padaku? sampai kapan kau akan menyakitiku? Aku sudah tidak berhubungan dengan sekretarisku. Aku bahkan memecat sekretarisku setelah kejadian itu. Maafkan aku. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu. Seperti saat kita masih belum menikah. Maafkan aku.”
“Oh begitu. Jadi jika aku tidak datang ke kantormu saat itu dan mengetahui semuanya kau masih akan terus berselingkuh dengan wanita lain? Kau brengsek Jimin. Jangan dekati aku lagi. Aku tidak ingin melihatmu lagi.” Kenapa ini begitu menyakitkan? Aku sudah meminta maaf padanya. Apakah aku harus melakukan hal yang lebih dari ini? mungkin jika aku melakukannya lagi dia akan bersikap baik padaku dan memaafkanku.
“Benarkah begitu? Apakah setelah ini kau masih tidak akan memaafkanku?” Ucapku sambil menggendongnya ke kamarku. Aku dapat melihatnya terkejut. Ia meronta tapi aku terus membawanya hingga sampai di kamarku. “Aku tidak akan pernah melepaskanmu Yeon.” Aku membaringkannya di kasurku dan menciumnya dengan kasar. Tidak butuh waktu lama. Ia pun membalas ciumanku. ‘Aku tau kau juga menginginkannya Yeon. Aku merindukanmu. Aku merindukan masakanmu dan semuanya.’

SKIP

“Huweek…” samar-samar aku mendengar suara seseorang sedang mual. Aku beranjak dari tidurku dan memakai pakaianku yang tersebar di kamarku. “Huweeek…” aku mendengarnya lagi. Ada apa dengan Jungyeon? Mungkinkah….
“Chagi…” aku memeluk Jungyeon dari belakang. “Aku sangat senang.”
“Apa maksudmu?” tanyanya. Ia sepertinya tidak megerti.
“Sepertinya kau hamil.” Jawabku sambil terus memeluknya.
“Ha-hamil? Be-benarkah itu?” Jungyeon terlihat seperti ketakutan.
“Itu hanya dugaanku. Sebaiknya kita pergi ke rumah sakit saja dan memeriksakannya dengan benar.”

“Bagaimana keadaannya dokter?” tanyaku saat dokter itu selesai memeriksa istriku.
“Usia kandungannya sudah berjalan 3 minggu. Mual-mual saat awal kehamilan itu wajar. Dan jika istri anda akan meminta sesuatu tolong berikan saja.”
“Be-benarkah aku hamil?” Jungyeon menangis. Kenapa? Apakah dia bahagia? Atau dia belum siap menjadi seorang ibu?
“Iya nyonya Park. Anda harus memeriksakan perkambangan kandungan anda setiap bulan bersama Tuan Park.” Jelas dokter itu.
“Baiklah kalau begitu terima kasih dokter.” Aku berpamitan dan membawa Jungyeon pergi.
Sampai di mobil aku masih melihatnya menangis. aku memberanikan diri untuk bertanya padanya. “Kau kenapa?”
“Oppa. Aku tidak mau hamil.” Jawabnya.
“Wae? Kau belum siap menjadi ibu?” tanyaku lagi.
“Huum. Aku tidak mau menjadi gendut lalu kau mencari wanita lain. Hiks…” yaampun. Istriku benar-benar polos.

“Bagaimana bisa seperti itu? Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji. Lagi pula itu juga hasil perbuatanku sendiri. Aku berjanji padamu. Aku akan menghabiskan waktu bersamamu dan calon bayi kita. Aku mencintaimu Jungyeon.”

Lollipop

Lollipop

Cast      : Jinsol, Wonwoo, Kei, Tzuyu, Sinbi, Somi, Yerim, etc.
Genre   : School life, Friendship
Length   : Oneshoot
Author   : Ms. Childish

Cerita ini aku ambil berdasarkan pengalaman pribadiku. Tapi tidak di endingnya. Ku harap aku tidak akan pernah bertemu lagi dengannya. Maaf kalau alurnya terlalu cepat dan feelnya kurang dapet. Happy reading -_^ -Author-

“Selamat pagii…” sapa seorang gadis mungil saat ia sampai di kelasnya. Gadis itu dikenal sebagai gadis yang sangat ceria dan kekanak-kanakan. Senyumnya tak pernah luntur. Siswi kelas 1 SMA itu bernama Jinsol. Seharusnya ia kelas 2 SMA tahun ini. Tapi karena ia berhenti dari sebuah sekolah berasrama sebelum ujian kenaikan kelas, ia harus mengulang semua dari awal. Dengan teman baru dan suasana yang baru. Stop. Kita lanjutkan ceritanya.

“Chagi. Ayo ke perpus.” ajak Jinsol kepada 3 sahabatnya. Tzuyu, Sinbi, dan Somi. Diantara ketiga sahabatnya, Jinsol sangat akrab dengan Tzuyu. Saat ada pekerjaan kelompok, mereka selalu bersama.
“Chagi. Tugas bahasa inggrisnya bagaimana? Kau ingin mengerjakannya di rumahku atau dimana?” Tanya Sinbi sambil terus berjalan menuju perpustakaan.
“Entahlah. Kau tau sendiri bukan? Orang tuaku tidak pernah mengijinkanku keluar.” Garis bawahi ini. Jinsol tidak pernah diijinkan keluar rumah dengan siapa pun kecuali orang tuanya. Menyedihkan bukan? Entah karena alasan apa orang tuanya tidak mengijinkannya keluar. Jangankan untuk bepergian. Ke rumah tetangganya pun ia tidak diijinkan.
“Baiklah. Kita kerjakan tugasnya di rumahmu saja.”
“Selamat pagi saem.” Sapa Jinsol saat ia memasuki ruang perpustakaan. Sepi. Selalu begitu. Karena perpustakaan dianggap sebagai tempat membosankan. Berbeda dengan Jinsol dan kawan-kawan. Bagi mereka, perpustakaan adalah tempat yang sangat nyaman untuk bersantai saat istirahat maupun saat jam kosong.
“Jinsol Jinsol!” seru Somi saat ia baru masuk ke dalam perpustakaan.
“Apasih Somi? Jangan menggangguku.” Jawab Jinsol kesal.
“Ikut aku.” Somi menarik lengan Jinsol dan membawanya keluar menemui seorang siswa kelas 3.
“Apa?” Tanya Jinsol sadis.
“Ini kan sunbae?” Tanya Somi. Sunbae itu mengangguk. Ia menyuruh Somi masuk dan meninggalkan Jinsol berdua dengannya. Namun tangan Jinsol menahan Somi untuk tetap bersamanya.
“Ada apa sunbae? Kenapa Somi harus pergi? Katakan saja apa yang ingin kau katakan.”
“Jinsol. Maukah kau menjadi pacarku?” Tanya Sunbae itu.
“Pa-pacar? Aku bahkan belum mengenalmu. Bagaimana bisa aku menerimamu begitu saja sunbae?” Jinsol memang seperti itu pada setiap pria yang berusaha mendekatinya. Tidak peduli, cuek, dingin, dan tidak peduli.
“Ah iya. Kenalkan. Aku Jeon Wonwoo dari kelas 12 Sains.” Jawab kakak kelas itu apa adanya.
“Ayo masuk Somi. Aku masih belum selesai membaca buku.”
“Sunbae. Aku akan membujuknya untuk menerimamu.” Ujar Somi sebelum ia masuk.

Next Day
Seperti biasa, jam 6.15 pagi Jinsol sudah tiba di kelasnya. Setiap pagi ia melihat salah satu teman sekelasnya berpacaran di kelas. Sahabat sunbae yang kemaren menyatakan perasaannya pada Jinsol.
“Jinsol.” Panggil Wonwoo dari arah pintu.
“Dia lagi.” Gumamnya. “Apa?” Jinsol berjalan menuju ke arah Wonwoo.
“Apa kau akan menerimaku?”
“Kau memaksa? Baiklah. Aku menerimamu.” Jawab Jinsol apa adanya. Ia benar-benar tidak ada niat untuk memiliki pacar. Orang tuanya pun tidak pernah mengijinkannya berpacaran. “Sudah? Aku masih ada tugas. Sebaiknya kau pergi.” Usir Jinsol. Benar-benar gadis keras kepala.
“Sunbae? Bagaimana?” Tanya Somi pada Wonwoo.
“Gomawo.”
“Cheonma.”

Seminggu telah berlalu. Wonwoo sering mengunjungi Jinsol saat istirahat tiba. Dia juga selalu membawakan permen lollipop untuk Jinsol. Setiap kali istirahat. Namun, 2 hari ini pria itu tidak menunjukkan batang hidungnya. “Mana Wonwoo sunbae?” Tanya Jinsol pada sahabat Wonwoo. Joshua.
“Aku tidak tau. Dia hanya menitipkan ini untukmu.” Ujarnya.
“Lolipop lagi? Baiklah. Terima kasih.” Ujar Jinsol. Jinsol tidak memakan lollipop itu sendiri. Ia membagikannya pada 3 sahabatnya. Selalu seperti itu. karena menurutnya, apa yang ia miliki itu juga milik sahabatnya. Kecuali pacar dan barang berharga lain miliknya.

1 Year Later
Sudah satu tahun. Entah hubungan Jinsol dengan Wonwoo bagaimana. Tidak ada kata putus. Wonwoo meninggalkannya begitu saja. Jinsol pun tidak peduli dengan pria itu. Saat ini ia sudah duduk di kelas 2 SMA. Berpisah dengan ketiga sahabatnya memang berat. Tapi setiap kali istirahat tidak pernah ia lewatkan untuk selalu bersama di perpustakaan. Sayangnya itu hanya terjadi beberapa minggu saja. Setelah 3 bulan ia berada di kelas 2, Somi tidak pernah menyapanya. Walaupun mereka saling berpapasan. Di kelas 2, Jinsol mendapatkan beberapa teman yang sama baiknya seperti Tzuyu dan Sinbi.
“Lollipop?” Tanya salah satu teman sekelasnya. Jinsol hanya memandang lollipop yang dijual di kanti sekolah.
“Aku jadi flashback saat melihat lollipop itu.” gumam Jinsol sambil meminum minumannya.
“Siapa? Mantanmu? Memangnya mantanmu siapa?” Tanya Yerim.
“Aku tau. Wonwoo sunbae kan?” Sambung Kei teman sekelasnya sejak kelas 1 SMA. Jinsol mengangguk.
“Sekolah disini? Kok bisa putus?” Tanya Yerim mulai mewawancara. Jinsol hanya tersenyum kecut.
“Iiih… kamu tidak tau Wonwoo sunbae? Itu loh temannya Joshua sunbae.” Jawab Kei lagi. Yah, dia tau semuanya tentang hubungan Wonwoo dan Jinsol.
“Kok bisa putus?” Tanya Yerim lagi.
“Entah. Tidak ada kata putus. Dia meninggalkanku begitu saja.” Jinsol mulai mengangkat bicara.
“Bukan gitu Jinsol. Kamu tau? Somi bilang sama dia kalau kamu tidak akan diijinkan keluar dengan Wonwoo. Dan saat itu juga Wonwoo meninggalkanmu. Apa kau tau apa yang terjadi? Somi mendekatinya.”
“Somi? Somi yang…” kalimat Yerim menggantung.
“Iya Somi yang itu.”
“Sahabat macam apa itu? sudah nanti kamu jangan deketin dia lagi. Masih banyak pria di luar sana. Lupakan masa lalu. Lupakan soal lollipop itu.” Sambung Yerim. Jinsol hanya tersenyum kecut sambil terus memandangi lollipop yang tadi.

2 Years Later

Jinsol sudah lulus dari SMA-nya. Ia meneruskan sekolah di Daekyung University. Hari pertamanya masuk kuliah. Ia menarik napas dalam-dalam dan melangkahkan kaki kanannya menuju kelasnya. Ia kaget saat seseorang menghentikan langkahnya dan memberikannya lollipop yang pernah Wonwoo berikan dulu. Dan benar saja, itu adalah Wonwoo. Wonwoo yang meninggalkannya 2 tahun lalu.
“sunbae?”
“Hai sayang. Kau masih mengingatku?” sapanya.
“Aku ada kelas. Minggirlah.”
“Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku.”
“Apa?” Jinsol masih sama seperti dulu. Dingin. Tidak ada yang berubah darinya.
“Maukah kau kembali padaku?”
“Untuk apa? Aku dan kamu tidak ada hubungan apa-apa lagi. Sejak saat itu, hubungan kita sudah berakhir. Kau meninggalkanku untuk Somi. Kau mendekatiku agar kau tidak sendirian jika pergi dengan teman-temanmu. Semua sudah jelas. Kei sudah menjelaskannya padaku.”
“Kau salah paham Jinsol.”
“Sudah. Aku ada kelas. Minggir sebelum aku berteriak.” Ancam Jinsol. Ia mendorong Wonwoo dan masuk ke kelasnya.

Benarkah itu? kau tidak bohong kan? Aku masih sayang padamu. Tapi jika kau menemuiku untuk menyakitiku lagi sebaiknya jangan kembali.

Kelas telah berakhir. Jinsol keluar untuk pergi ke kantin.
“Ehem.” Wonwoo duduk di sebelah Jinsol sambil memberikan segelas minuman ke hadapannya. Jinsol tidak mendengarnya. Tentu saja begitu. Ia sedang mendengarkan lagu favoritnya dengan headset. Wonwoo membuka sebelah headsetnya dan memasangnya ke telinganya sendiri.
“Su-sunbae? Sejak kapan kau ada disini?” Jinsol beranjak dari tempat duduknya. Namun Wonwoo menariknya agar ia duduk kembali.
“Bukankah ini menyenangkan?” Tanya Wonwoo sambil merangkul pinggang Jinsol.
“Sunbae singkirkan tanganmu.” Ujar Jinsol. Ia tampak risih dengan hal itu. ini pertama kalinya ia duduk bersama seorang pria dengan jarak yang saling berdekatan.
“Aku benar-benar tidak ada apa-apa dengan Somi. Somi yang menggodaku saat itu. mungkin benar dia mendekatiku. Tapi aku tidak pernah tergoda dengannya. Dan… aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku hanya focus pada ujian. Maafkan aku.”
“Be-benarkah itu?”
“Aku tidak berbohong. Aku serius. Aku hanya menguji seberapa baik Somi. Dan ternyata dia bukan teman yang baik untukmu. Maukah kau memaafkanku dan kembali padaku?” Tanya Wonwoo lagi.
“Aku memaafkanmu. Tapi jika untuk kembali, aku tidak bisa. Orang tuaku akan melaarangku kuliah jika mereka tau anaknya memiliki seorang pacar.”
“Jadi kau tidak diijinkan berpacaran?” Tanya Wonwoo kaget. Jinsol hanya mengangguk. “Baiklah. Kita akan menjadi sahabat. Aku akan membantumu saat kau ada tugas. Dan maukah kau tetap bersamaku setiap kelasmu berakhir?” Lagi-lagi Jinsol hanya mengangguk. “Terima kasih. Ini lollipop untukmu.” Jinsol menatap lollipop itu dan segera meraihnya. “Mulai sekarang, lollipop ini bukan tanda cintaku lagi. Tapi tanda persahabatan kita. Jangan pernah lupakan aku.” Ujar Wonwoo.
“Kau terlalu banyak bicaara sunbae.” Sekalinya Jinsol berbicara. Kalimatnya begitu menyakitkan hingga membuat Wonwoo salting.

Aku akan memendam perasaanku padamu. Dan mungkin aku salah dulu pernah meninggalkanmu. Tapi sekarang, aku akan melindungimu sebagai sahabatmu. -Wonwoo-


Jangan pernah bosan memberiku lollipop setiap kali kita bertemu. -Jinsol-

[Nappeun Namja Pt.6] Marry You And Happy

Marry You and Happy

Cast     : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, Lee Jinsol
Genre   : NC, Married Life, etc.
Length   : Chapter­­
Author   : Ms. Childish



One Month Later

Jungkook datang menemui Jinsol di rumahnya. Ia menyempatkan diri walau ia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Ia harus membeli gaun pernikahan bersama Jinsol untuk minggu depan.

“Nuna. Aku ingin menemui Jinsol. Bolehkah aku mengajaknya jalan hari ini?” Tanya Jungkook saat istri Hoya menemui Jungkook.
“Baiklah. Silahkan masuk. Aku akan membangunkan Jinsol dulu. Dia tampak sangat lelah setelah kemarin dia syuting seharian.”

Jungkook berjalan melihat foto-foto Sungjong yang terpajang rapi di sekeliling ruang tamu itu. “Nuna. Apakah ini anakku? Benarkah dia anakku?” Tanya Jungkook sambil terus menatap foto Sungjong.
“Benar. Dia sebenarnya anak kandungmu. Jinsol tidak menggugurkannya. Kami pergi ke Amerika untuk menghindari pembicaraan tetangga. Dan kami baru kembali beberapa minggu yang lalu. Dan. Aku juga sudah tau ceritanya. Kau menyurh Jinsol menggugurkan kandungannya saat itu. kenapa?” Istri Hoya mendekati Jungkook dan menatap foto yang sama.
“Saat itu aku masih labil nuna. Aku hanya memikirkan pendidikanku. Dan jika orang tuaku tau bahwa aku mengamili anak orang amaka mereka tidak akan menyekolahkanku. Sekarang. Aku kembali untuknya. Untuk menikahinya. Tapi saat aku melihatnya datang bersama Jimin hyung dan melihatnya bahagia bersamanya, aku mulai putus asa dan menyerah. Aku tidak ingin mengganggunya lagi. Aku memutuskan untuk hidp sebagai orang asing baginya.” Jelas Jungkook.
“Jungkook? Eonni?” Jinsol baru saja turun setelah beberapa saat ia mempersiapkan diri.
Jungkook tercengang melihat penampilan Jinsol yang sangat berbeda dari sebelumnya. Entah apa yang membuatnya merasa berbeda.
“kenapa kau menatapku seperti itu? apa ada yang aneh denganku? Kau tidak menyukainya? Aku akan mengganti pakaianku.”
“jangan.” Jungkook menahan tangan Jinsol saat Jinsol hendak kembali ke kamarnya. “Kau sangat cantik. Aku menyukainya.” Pujinya sambil memeluk Jinsol.
“ehem… kalian. Sebaiknya kalian cepat pergi. Mencari apartemen dan gaun pengantin yang bagus dan nyaman untuk kalian.
“Eonni. Aku berangkat.”
“Iya. Jungkook jaga dia baik-baik. Dan jangan mengulangi kesalahan yang sama.”
“Arasseo nuna.”

Jungkook dan Jinsol sudah tiba di butik gaun pengantin. Jungkook benar-benar memilih yang terbaik untuk Jinsol. Ia mendatangi sebuah butik dari desainer terbaik di Korea. Jungkook melihat setiap gaun pengantin yang ada. Beberapa sudah Jinsol coba namun tak satupun yang membuatnya tertarik. Hingga akhirnya ia memilih sebuah gaun panjang dengan mutiara yang mengelilingi bagian pinggang gaun tersebut. Saat Jinsol mengenakannya Jungkook merasa dirinya benar-benar sedang menikah hari ini. ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Jinsol. “Kau sangat cantik saat mengenakan gaun ini.” pujinya. Apa lagi yang akan Jungkook katakan? Dia lebih suka memuji Jinsol. “Setelah ini aku harap kita akan hidup bahagia tanpa ada permasalahan lagi.” Jungkook menarik pinggang Jinsol untuk merapat. Ia mendekatkan kepalanya untuk mencium bibir Jinsol. “Wae?” Tanya Jungkook saat Jinsol menjauhkan kepalanya.
“Ti-tidak. Jangan lakukan itu disini.” Jawab Jinsol sambil menundukkan kepalanya.
“Kalau begitu ayo kita lakukan itu di tempat lain.” Jinsol semakin bergetar saat mendengar ucapan Jungkook barusan.

Hari sudah mulai gelap. Matahari sudah kembali membenamkan sinarnya. Jinsol terlihat sangat lelah setelah ia memilih apartemen dan gaun pengantinnya. Tidak hanya itu, Jungkook tadi mengajaknya bermain di taman.
“Jinsol? Kita sudah sampai.” Jungkook mengayunkan lengan Jinsol beberapa kali namun gadis itu belum juga bangun. Jungkook segera keluar dari mobilnya dan menggendong Jinsol -seperti pangantin- masuk kedalam rumah kakaknya.
“Hyung… Nunaa…” teriak Jungkook dari depan pintu. “Nunaa!!! Hyuuungg!!!” teriak Jungkook sekali lagi. Beberapa saat kemudian pintu rumah itu terbuka.
“Kau sudah pulang? Masuklah dan bawa dia ke kamarnya.” Ujar Hoya.
“Ne. Hyung.” Jungkook membawa Jinsol ke kamarnya. Ia membaringkan gadis itu di tempat tidurnya. Jungkook menatap wajah Jinsol yang sedang tertidur sambil sesekali ia tersenyum. “Maafkan aku karena sudah pernah meninggalkanmu. Aku mencintaimu.” Jungkook mencium pipi kanan Jinsol dan beranjak pergi dari kamar Jinsol.

“Kau mau pulang?” Tanya Hoya yang dibalas dengan anggukan oleh Jungkook. “Menginaplah untuk hari ini. Ini sudah larut. Dan tidurlah di kamar Jinsol.”
“Hyung…”
“Aku mengijinkanmu tidur dengannya. Kau calon suaminya. Kau tunangannya. Tolong jaga dia baik-baik. Jangan tinggalkan dia lagi.” Ujar Hoya. Ia memeluk Jungkook dan mengusap punggung pria itu.


7 Days later
Jinsol tampak sangat cantik dengan gaun pengantin yang ia kenakan hari ini. Di sini. Di sebuah ruangan yang penuhi bunga ia menunggu seseorang yang akan menuntunnya ke altar. Ia ditemani oleh Sungjong. Anak itu dipangkunya di pahanya. Jinsol memeluk anak itu sambil sesekali mencium ujung rambutnya.
“Apakah setelah ini kau akan membawanya bersamamu?” Tanya istri Hoya sambil terus menatap Jinsol.
“Aku dan Jungkook berencana membawanya untuk tinggal bersama. Waeyo?”
“Bisakah kau meninggalkannya bersamaku? Aku akan merawatnya dengan baik. Kau tau aku tidak bisa memiliki anak lagi. Jadi bisakah aku memilikinya?”
“Eonni. Aku tidak akan memaksamu untuk mengembalikannya padaku. Bagaimanapun, kau adalah ibu baginya. Eonni. Dia bukan hanya anakku. Dia juga anakmu. Baginya, aku hanya adik dari appanya.”
“Jinsol.” Hoya memanggil dari pintu. Ia mengulurkan tangannya. Isyarat bahwa Jinsol harus pergi ke altar bersamanya. Jinsol segera menyerahkan Sungjong pada istri Hoya.
“Eonni. Jagalah dia baik-baik.” Istri Hoya mengangguk dan menggendong Sungjong.

Hari mulai gelap. Jinsol dan Jungkook baru saja tiba di apartemen baru yang akan mereka tinggali bersama. “Jungkook tunggu.” Suara Jinsol menghentikan gerakan Jungkook yang hendak membuka pintu mobilnya. Jinsol menatap lurus ke depan. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Jungkook. “Aku tidak tega membawa Sungjong bersama kita. Eonni tidak bisa memiliki anak. Dan yang Sungjong tau, ibunya adalah dia. Bukan aku. Bisakah kita meninggalkannya bersama oppa?” Tanya Jinsol.
“Kau ingin meninggalkan anak kita bersama oppamu? Jika itu yang kau inginkan, aku menyetujuinya. Kita akan memiliki anak yang baru setelah ini.” Jungkook mengusap rambut Jinsol sambil tersenyum. Mendengar itu, Jinsol seketika menoleh karah pria itu. Jungkook turun dan membukakan pintu di samping Jinsol. Pria itu menggendong Jinsol sampai di apartemennya.

Kini mereka sudah tiba di depan pintu apartemen. Jinsol membantu Jungkook membukakan pintu. Setelah pintu itu terbuka, Jungkook segera memasuki apartemennya dan membawa Jinsol masuk bersamanya. Jungkook membaringkan Jinsol di sebuah tempat tidur yang sudah ditaburi oleh bunga mawar diatasnya. Jinsol tampak sangat gugup. Walau ia sudah pernah melakukannya, tapi perasaannya masih sama seperti pertama kali ia melakukannya. Jungkook menindih tubuh mungil gadis itu. “Kau cantik. Sangat cantik. Apalagi disaat sepeti ini. Saat kau berbaring dibawahku. Apalagi saat kau mendesahkan namaku 6 tahun yang lalu.” Jungkook membelai rambut Jinsol yang berada di samping wajahnya.
‘Pria ini benar-benar membuatku malu.’ Rutuk Jinsol dalam hatinya saat ia merasakan pipinya mulai panas. ‘Benar-benar memalukan.’
“Malam ini kita akan mengulangnya kembali. Aku akan melakukannya sepanjang malam. Kau tahu? Waktu itu aku tidak ingin meninggalkanmu dan bermain secepat itu. Aku tidak bisa berlama-lama karena aku tidak ingin seorang pun tau apa yang kita lakukan. Jika aku bisa, aku akan bermain denganmu sepanjang malam. Dan malam ini, aku akan melakukannya bersama orang yang sama dengan status yang berbeda. Aku akan menghabiskan malam bersamamu. Aku mencintaimu. Jeon Jinsol.” Jungkook menurunkan kepalanya dan mencium leher Jinsol.
“ngghh..geli Kookhh...” Ujar Jinsol sambil mendorong dada bidang Jungkook. Namun dengan segera Jungkook memegangi lengan Jinsol agar Jinsol tidak bisa memberontak. Jungkook menciumi setiap inci tubuh gadis dibawahnya. Hingga kini ia berada di belahan dada Jinsol. Ia menciumi bagian itu. “Nghh… Kook…” sebuah desahan berhasil lolos dari bibir Jinsol.
“Kau ingin menggodaku sayang?” Jungkook mengangkat kepalanya dan menatap Jinsol. Ia memeluk Jinsol menciumi setiap bagian lehernya, tangannya berusaha membuka resleting baju pengantin yang masih digunakan Jinsol sejak tadi. Jinsol meremas rambut Jungkook untuk meluapkan perasaannya. Entah perasaan apa itu hanya dia yang tau.
Sreek~
Resleting itu dengan mudah Jungkook turunkan hingga full sampai bawah. Jungkook menurunkan pakaian Jinsol dan melemparnya begitu saja. “Kau masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Kau masih sama sexy-nya seperti sebelumnya.” Jinsol mengalihkan pandangannya. Ia tidak bisa menatap Jungkook. Ia terlalu malu untuk menatapnya. Tangan Jungkook meraih pengait bra Jinsol dan melepasnya begitu saja. Ia kemudian menghisap gundukan itu seperti bayi yang sedang kehausan. Tangan kirinya meremas payudara yang lain. Naluri Jungkook benar-benar sudah berada di tingkat paling atas. Adik kecilnya sudah bangkit sejak tadi. “nghh… Kookieehh…” Jinsol tidak berhenti mendesahkan nama Jungkook dari tadi. Kewanitaannya pun sudah mulai basah. Jungkook semakin liar diatas tubuh istrinya. Tangannya mulai nakal. Ia menurunkan celana dalam Jinsol dan mengusap pelan kewanitaan Jinsol. Perlahan ia memasukkan jari tengahnya ke dalam kewanitaan Jinsol yang terasa basah itu. Jinsol meringis kesakitan saat tangan itu mesuk. Pahanya ia rapatkan kembali untuk menahan sakitnya. Jungkook tidak berhenti menyesap gundukan milik Jinsol hingga menimbulkan bercak kemerahan disana. Jungkook benar-benar sudah gila. Ia mengeluar masukkan jarinya dari kewanitaan Jinsol ia bahkan memasukkan 3 jarinya membuat Jinsol meracau tidak jelas. Beberapa saat kemudian cairan hangat keluar dari bagian kewanitaan Jinsol. Jungkook pun menjauhkan kepalanya dari payudara Jinsol dan menghisap semua cairan di kewanitaan Jinsol hingga bersih. “Ahhh….” Jinsol mendesah saat Jungkook menghisap kuat kewanitaannya.
Jungkook beralih ke bibir Jinsol dan mencium gadis di bawahnya. Ia berbagi cairan dimulutnya dengan Jinsol. Jijik. Yah Jinsol tidak pernah berpikir Jungkook akan segila ini. Tak lama, Jinsol mendorong Jungkook hingga ciumannya terlepas. “Kau curang. Pakaianmu masih lengkap. Sedangkan pakaianku sudah kau tanggalkan.” Ujar Jinsol iri.
“Kau iri padaku? baiklah.” Jungkook segera melepas semua pakaiannya hingga mereka sama-sama naked. Jungkook kembali menunduk dan mencium bibir Jinsol. Juniornya yang tegang tidak sengaja bergesekan dengan kewanitaan Jinsol. Terus begitu. Jungkook melebarkan paha Jinsol dengan kakinya.
“Kau…siap?” Tanya Jungkook ragu. Jinsol mengangguk pelan sambil menatap pria diatasnya. Tangannya memegang lengan Jungkook. Perlahan ia merasakan sakit di bagian kewanitaannya.
“Aaaaahh……” Cengkeramannya semakin kuat seiring dengan jeritannya saat junior Jungkook tertanam sempurna di dalam kewanitaannya. Air matanya mengalir dari pelupuk matanya sambil menahan sakit. Ini memang bukan pertama kalinya ia melakukan hubungan intim. Tapi itu terjadi 5 tahun yang lalu. Saat ia masih SMA. Sekarang ia sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Tentu saja semuanya berbeda.
“Sakitkah?” Tanya Jungkook sambil menghapus jejak air mata Jinsol. “Aku akan memulainya.” Lanjutnya. Jungkook mulai menggerakkan pinggulnya. Mengeluar masukkan benda keras miliknya yang berada di dalam tubuh Jinsol. Rasa sakit yang Jinsol rasakan semakin lama berubah menjadi sebuah kenikmatan. Apalagi disaat junior Jungkook mengenai titik terdalam pada dirinya. Racauannya pun semakin menjadi.
“Ahh… Kookkieeehh… deeper..” Racauan Jinsol terdengar jelas di telinga Jungkook. Hal itu semakin membuat naluri Jungkook meningkat. Jungkook semakin mempercepat tumbukannya di kewanitaan Jinsol. “Ahh… mmhh….” Desahan Jinsol memenuhi ruangan itu. tumbukan Jungkok semakin cepat hingga menimbulkan decitan pada tempat tidurnya. Desahan Jinsol dan Jungkook saling bersahutan seolah menjadi melodi yang sangat indah bagi keduanya.
Jungkook merasakan juniornya dijepit kuat di dalam tubuh Jinsol saat ia semakin kuat menumbuk kewanitaan istrinya. Juniornya pun terasa semakin membesar. “Kookiieehhh… aku keluar…” suara Jinsol terdengar semakin bergetar.
“Togetherhh…” jawab Jungkook. Ia mempercepat gerakannya hingga ia merasakan cairannya menyembur di dalam rahim istrinya. Pria itu memeluk Jinsol dan mencium keningnya. “Aku mencintaimu. Aku berjanji padamu. Aku tidak akan pernah pergi lagi darimu. Aku akan menjagamu. Kita akan membesarkan anak kita bersama-sama nanti. Aku berjanji padamu.” Ujar Jungkook. Jinsol menangis mendengarnya. Ia terharu. Jungkook berbeda dengan sebelumnya. Terakhir kali ia bertemu dengan Jungkook sebelum akhirnya mereka pergi dengan kehidupan masing-masing, Jungkook terlihat seperti pria brengsek. Jahat. Tapi sekarang ia merasakan ada sebuah perasaan yang hanya bisa ia mengerti melalui ucapan Jungkook barusan. Pria itu mencintainya. Harapannya sudah dikabulkan. Ayah dari Sungjong sekarang bertanggung jawab atas kesalahannya di masa lalu. Ayah Sungjong menikahinya. Yang ia harapkan hanya sebuah pernikahan dan pengakuan atas Sungjong. Tapi saat ini bukan hanya itu. Jungkook menikahi Jinsol atas dasar cinta dan perasaan. Bukan hanya karena rasa bersalahnya.
“Terima kasih kau sudah kembali. Aku juga merindukanmu. Aku juga mencintaimu. Jangan tinggalkan aku lagi.” Jinsol membalas pelukan Jungkook. Jinsol masih menangis. Tangisan bahagia.
“Tidurlah. Aku akan menemanimu. Mulai saat ini kau tidak akan sendirian lagi. Ada aku di sini.” Jungkook mencium bibir Jisol sekilas dan berbaring disamping Jinsol tanpa melepaskan juniornya dari kewanitaan Jinsol.

Malam itu. Aku merasakan semuanya. Perasaan sakit yang pernah aku berikan padamu dulu. Aku merasakannya. Saat aku meninggalkanmu dalam keadaan hamil. Aku menyesal. Aku menyesal karena saat aku kembali aku tidak menemukanmu. Dan saat kau muncul dihadapanku, kau sudah menjalin hubungan dengan Jimin hyung. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu menemanimu. Aku mencintaimu. Aku akan selalu mencintaimu. Jinsol. -Jungkook-

Aku bersyukur kau kembali. Maafkan aku karena aku bersikap kasar padamu saat itu. Aku masih belum bisa melupakan kejadian di sekolah malam itu. Kau seperti pria brengsek saat kau meninggalkanku dalam keadaan berantakan. Kau seperti pria brengsek saat kau meninggalkanku bersama bayi di rahimku saat itu. Tapi aku bersyukur saat aku tau kau kembali untukku. Untuk menebus semua kesalahanmu. Tapi aku lebih bahagia lagi karena kau menikahiku bukan hanya untuk bertanggung jawab. Tapi karena kau mencintaiku. -Jinsol-

Hiduplah bahagia. Jangan pernah menangis lagi. Aku ada di sini kapan pun kau membutuhkanku. Karena aku adalah sahabatmu. Sahabat kecilmu. Aku akan menemanimu saat kau merasa sendiri. Aku akan menjadi sahabat yang baik. Aku akan menyayangimu. Seperti Yein yang selalu ada untukmu. -Jimin-


END