Genre :
School life, other
Length :
Chapter
Author :
Nuril Fania Farid Mahfud
Rasa sakit yang kau berikan, takkan pernah
bisa aku lupakan. Kau adalah pria terjahat yang pernah aku kenal. -Lee Jinsol-
Jinsol berjalan menuju asramanya sambil
menahan sakit di bagian selangkangannya sesekali ia meringis kesakitan. Asrama
sudah sangat sepi. Karena ini sudah waktunya tidur. Asrama Jinsol sudah tak
jauh dari tempatnya saat ini. Jinsol terus berjalan. Dengan langkah hati-hati
ia membuka pintu asramanya. Ia memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Jinsol
segera menuju tempat tidurnya. Ia melihat Yein tidur tanpa selimut. Jinsol
kemudian menaikkan selimut Yein hingga menutupi lehernya. ‘Yein maafkan aku. Ini
salahku. Seharusnya aku tidak mendekatinya.’ Gumam batin Jinsol sambil mengusap
kepala Yein pelan. Air mata Jinsol tak bisa dibendung lagi.
Nappeun namja Pt. 2
Hari sudah pagi. Semua siswa sudah siap
untuk berangkat ke kelas. Bahkan ada yang sudah sampai sejak tadi. Jinsol dan
Yein baru saja keluar dari asrama. Tak lupa mereka mengunci pintu sebelum
pergi. Mereka melewati koridor sekolah. Dari jauh Jinsol melihat Jungkook
berjalan dengan santai sambil mendengarkan musik. Penampilan yang biasa namun
bisa membuat semua gadis disekolah itu tertarik padanya.
Jinsol dan Yein terus saja melangkah. Begitu
juga dengan Jungkook. Hingga kini Jungkook semakin dekat dengan dirinya. Jinsol
berharap Jungkook akan meminta maaf atas perbuatannya semalam. Namun semua tak
berjalan seperti apa yang Jinsol harapkan. Jungkook melewatinya tanpa menoleh
sedikit pun ke arah Jinsol. ‘Kau pria jahat Jungkook!’ rutuk Jinsol dalam
hatinya.
Jam pelajaran sudah di mulai sejak 45 menit
yang lalu. Jinsol dan Yein duduk bersebelahan. Hari ini mereka ada pelajaran
melukis. Dengan tema wajah seseorang yang disukai. Yein melihat Jinsol sedang
melamun. Perlahan Yein menyentuh lengan Jinsol.”Jinsol-a? kau akan menggambar
wajah siapa? Aku akan menggambar wajah Jungkook. Yang keren, tampan, dan
seperti malaikat.” Seru Yein sambil memuji Jungkook. Yah, Yein menyukai
Jungkook. Sejak pertma kali ia masuk di sekolah ini. namun Yein tidak pernah
merasa cemburu saat Jungkook berdekatan atau bahkan berpacaran dengan gadis
lain. Yein tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Baginya, harga diri lebih
penting dari pada perasaannya. “Hei Jinsol.” Panggil Yein sambil mencolek
lengan Jinsol. Seketika Jinsol tersadar dari lamunannya.
“Eh iya? Maaf aku kurang sehat hari ini. Jadi
aku kurang fokus. Maafkan aku.” Ujar Jinsol.
“Kau sakit? Kau baik-baik saja tadi pagi.”
“Tidak. Aku tidak apa-apa. Kau ini. aku
hanya bercanda.” Jawab Jinsol sambil tertawa pelan.
“Jinsol, Yein! Apakah tugas kalian sudah
selesai?” Tanya guru pengajar.
“Belum ssaem.” Jawab Jinsol dan Yein
bersamaan. Mereka akhirnya mengerjakan tugas bersama.
Ini sudah dua minggu sejak kejadian antara
Jungkook dan Jinsol malam itu. Jinsol sudah jarang menghubungi Taehyung. Dengan
alasan ia ingin fokus pada ujian yang akan dihadapinya 2 minggu lagi. Jinsol
sengaja menjauhi Taehyung karena ia tidak ingin Taehyung mengetahui kejadian
buruk yang sudah dialaminya. Sedangkan Jungkook. Dia semakin dekat dengan Yein.
Sahabatnya. Ia ingin menjauhkan Jungkook dari Yein karena ia tidak ingin
kejadian yang dialaminya akan terjadi pada sahabatnya. Namun disisi lain,
Jinsol tidak ingin merenggut kebahagiaan sahabatnya. Saat ini ia benar-benar
bingung.
Jinsol baru saja keluar dari ruang latihan.
Ia melihat Taehyung sedang menunggunya di depan ruang latihan. “Oppa? Kenapa
kau disini?” Tanya Jinsol.
“Tidak. Aku hanya ingin melihat wajah
cantik pacarku.” Ujar Taehyung sambil mengusap pipi Jinsol.
“Dasar.” Ujar Jinsol sambil mencubit
pinggang Taehyung.
“Oh iya, aku membawakan makan siang
untukmu.” Taehyung mengangkat rantang yang dibawanya. “Aku menyuruh eomma untuk
memasakkan ini. Tapi aku tidak bilang kalau ini untukmu. Kau mau makan ini
bersamaku dikantin?” sedetik kemudian Jinsol mengangguk dan pergi ke kantin
bersama Taehyung.
Saat di perjalanan menuju kantin, Jinsol
melihat Jungkook dari kejauhan. “Hyung!” panggil Jungkook. Taehyung segera
berjalan mendekati Jungkook begitu juga dengan Jungkook. Namun tidak dengan
Jinsol. Ia berjalan dengan sangat pelan. Senyumnya seketika luntur. Rasa takut
kini sedang menghantui perasaannya. Kejadian malam itu terlintas kembali di
pikirannya.
“Jinsol?” panggil Taehyung sambil menarik
Jinsol. “Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat.” Taehyung kemudian
menyentuh dahi gadis itu dengan punggung tangannya. “Kau sakit? Aku akan
mengantarmu ke asrama.” Jinsol masih menunduk. Wajahnya menjadi pucat karena
bayangan yang ada di pikirannya. “Jungkook, aku akan mengantar Jinsol dulu. Kau
bisa menungguku di taman belakang.” Pamit Taehyung. Ia akhirnya mengantarkan
Jinsol kembali keasramanya.
Sesampainya di asrama…
“Yein!” pangil Taehyung sambil mengetuk
pintu asrama.
“Aku bisa masuk sendiri oppa. Yein mungkin
sedang latihan.” Jinsol menyentuh lengan pria itu dan akhirnya Taehyung pergi
meninggalkan Jinsol.
“Cepat sembuh ne. kau harus mengikuti ujian
nanti.” Ujar Taehyung sambil memberikan kecupan di bibir Jinsol.
‘Mianhae
oppa. Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya padamu sekarang. Tapi suatu
saat nanti aku akan membeitahumu yang sebenarnya terjadi. aku janji.’ Gumam batin Jinsol.
“Jinsol?” panggil Yein yang sedang berjalan
menuju kearah Jinsol. “Tidak biasanya kau kembali lebih dulu. Kau kenapa? Apakah
kau sakit? Wajahmu pucat.”
“Yein. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu di
dalam.” Ujar Jinsol. Ia membuka kenop pintu dan masuk lebih dulu ke dalam asrama
itu. Yein pun mengikutinya.
“Ada apa?” Yein mengunci pintu asramanya
dan duduk di sebelah Jinsol.
“Yeiin…” Jinsol memeluk Yein dengan erat. Dan
saat itu juga air matanya berjatuhan.
“Kenapa? Cerita padaku. Kau ada masalah
dengan pacarmu?” Ujar Yein sambil mengusap pelan punggung Jinsol.
“Yein… Aku dan Jungkook… Aku… aku sudah
tidak suci lagi.” Jinsol menangis dalam pelukan Yein. Ia takut. Ia takut jika
Yein akan membencinya dan menjauhinya.
“Maksudmu, Jungkook memperkosa dirimu gitu?”
Tanya Yein. Jinsol hanya mengangguk. “Bagaimana bisa itu terjadi? Apa Jungkook
menyukaimu? Ini tidak bisa dibiarkan. Dia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya padamu.” Ujar Yein. Dia segera beranjak dari tempat tidur Jinsol
dan hendak pergi menemui Jungkook. Namun Jinsol menahan tangan Yein.
“Ku mohon. Jangan lakukan itu. Jika kau
mengatakannya sekarang semua orang akan tau dan aku akan dikeluarkan dari
sekolah.”
“Tapi aku tidak suka dia memperlakukanmu
seperti ini Jinsol. Aku juga wanita sama sepertimu. Jika aku yang mengalami itu
apa kau akan diam saja? Tidak kan? Aku tidak bisa membiarkan dia hidup tenang
setelah dia membuatmu menderita Jinsol. Kau lebih penting untukku daripada
perasaanku Jinsol. Biarpun aku menyukainya dan bahkan kami sudah mulai dekat
sekarang, aku akan menjauhinya untukmu. Aku kecewa padanya. Dia murid yang
pintar, tampan dan seperti malaikat. Tapi hatinya jauh dari kata baik.” Ujar
Yein. Jinsol kemudian berlutut dihadapan Yein dan memohon padanya agar dia
tidak mengatakan itu.
“Yein aku mohon padamu. Jangan katakan ini
pada siapa pun. Aku tidak ingin dia marah Yein.”
“Kenapa harus dia yang marah? Harusnya kau
yang marah bukan dia. Ini salah dia bukan salahmu.”
“Yein… berjanjilah padaku kau tidak akan
mengatakan ini pada siapa pun. Hm?” Ujar Jinsol.
“Baiklah. Sekarang berdiri. Kau tidak boleh
berlutut dihadapanku. Aku sahabatmu dan aku akan selalu memaafkan kesalahanmu. Aku
akan selalu ada untukmu seperti kamu selalu ada untukku.” Yein membangunkan
Jinsol dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
“Maafkan aku. Karenaku, kau jadi membenci
Jungkook.”
“Aku lebih percaya padamu Jinsol. Dia sudah
berbuat kesalahan yang sangat besar. Dia sudah menghancurkan masa depanmu. Untuk
apa aku menyukai orang sepertinya? Sudahlah. Sebaiknya kita belajar saja. Aku
ingin kita lulus dari sekolah ini dan membangun sebuah keluarga. Aku, kau dan
calon anakmu jika kau hamil. Aku akan membantumu. Aku janji padamu.”
EXAM
Ujian akan di mulai hari ini. Itu artinya,
aku akan segera lulus dari sekolah ini. gumam batin Jinsol sambil menatap
dirinya yang terpantul di kaca.
“Jinsol, setelah kita lulus dari sekolah
ini. aku ingin kita tinggal bersama. Appa bilang, dia sudah membelikan rumah
untukku.” Ujar Yein sambil memegang bahu Jinsol.
“Ne. Terima kasih Yein.”
“Apa kau satu ruangan dengan Jungkook?” Tanya
Yein. Jinsol hanya mengangguk. “Kau pasti bisa Jinsol. Aku akan selalu
mendukungmu.” Ujar Yein sambil mengusap rambut Jinsol. “Ayo. Ujian akan segera
dimulai.” Ajak Yein.
@Class
Ujian sudah dimulai sejak satu jam yang
lalu. Jinsol mengerjakan soal ujian dengan lancar. Bahkan ia sudah hampir
selesai. Tiba-tiba saja ia merasa pusing. Jinsol segera menyelesaikan soalnya. Dan
ijin untuk pergi ke toilet. Saat ia tiba di ambang pintu, ia kehilangan
kesadarannya. Jungkook yang melihat itu segera menghampiri Jinsol dan
membawanya ke UKS. Guru pengawas sudah mengijinkan Jungkook untuk menemani
Jinsol di UKS.
Beberapa saat kemudian, Jinsol mulai
tersadar. “Kau… sudah bangun?” Tanya Jungkook. Jinsol hendak menjawab namun ia
merasa mual. Jinsol segera berlari menuju toilet dan meninggalkan Jungkook. “Ada
apa dengannya? Apa dia hamil? Secepat itukah?” gumam Jungkook. Ia kemudian
menyusul Jinsol ke toilet. “Kau baik-baik saja?” Tanya Jungkook saat Jinsol
keluar dari toilet. “Apakah kau hamil?” tanyanya lagi. Jinsol mengangguk. Ia
kemudian menyerahkan test pack pada Jungkook. Ia menunduk. Tidak ada keberanian
dari dalam dirinya untuk menatap pria itu. Jinsol hanya bisa menangis. “Maafkan
aku. Setelah ini aku harus belajar ke luar negeri. Jadi sebaiknya kau gugurkan
saja kandunganmu.”
Mendengar itu, seketika tubuh Jinsol
bergetar. Dan sedetik kemudian pukulan yang cukup keras mendarat dipipi mulus
Jungkook. “Semudah itukah kau mengatakannya? Ini benihmu dan kau dengan mudah
mengatakan itu? Kau yang melakukannya. Kau harus bertanggung jawab atas anak
ini Jungkook.” Air mata Jinsol menetes. Di depan pria itu dan mengemis untuk
meminta pertanggung jawaban darinya. Sungguh harga dirinya telah jatuh saat
ini.
“Cih. Aku bilang gugurkan saja anak itu
Jinsol. Aku tidak akan menikahimu. Jika aku menikahimu, bagaimana dengan masa
depanku nanti?” Ujar Jungkook penuh penekanan disetiap kata-katanya.
“Masa depanmu kau bilang? Lalu bagaimana
denganku? Kau yang merusak masa depanku Jungkook! Inikah yang akan kau lakukan
setelah aku menghubungimu bahwa aku hamil? Aku tidak menduga hal ini. aku
benar-benar tidak menduga bahwa murid pandai sepertimu, ternyata kelakuannya
seperti ini. Jika suatu saat nanti kau membutuhkanku, jangan pernah lagi datang
padaku. Aku tidak sudi melihat wajahmu lagi.”
Jinsol berjalan menuju asramanya. Dengan
langkah yang terburu-buru sambil menghapus jejak air mata di wajahnya. “Jinsol?
Kau dari mana? Aku dengar kau tadi pingsan di kelasmu. Aku mencarimu di UKS
tapi aku tidak menemukanmu. Dan… kenapa kau menangis?” Tanya Yein.
Seketika Jinsol memeluk sahabatnya dengan
erat. “Yein… aku… hamil.” Ujar Jinsol.
“Apa? Jinsol kau jangan bercanda.”
“Aku tidak bercanda Yein. Aku serius. Yeiin…”
Jinsol menangis lagi dipelukan Yein.
“Kau sudah memberitahu Jungkook tentang
ini?” Tanya Yein sambil memegang bahu Jinsol. Jinsol hanya mengangguk. “Lalu?” Tanya
Yein lagi.
“Dia menyuruhku menggugurkan kandunganku. Tapi
aku tidak mau melakukan itu.” jawab Jinsol sambil menunduk.
“Kenapa?”
“Yein, aku sudah salah melakukan itu
dengannya. Dan apakah aku harus melenyapkan bayi tidak berdosa yang sedang ada
di dalam kandunganku? Yein. Aku tidak ingin menjadi seorang pembunuh dengan
melenyapkan anak ini. Minggu depan ada pengumuman kelulusan. Semoga saja
Jungkook akan berubah pikiran dan bertanggung jawab atas anak ini.” Jelas
Jinsol.
“Tuhaan… ujian apa yang kau berikan pada
sahabatku? Ini bukan hanya ujian materi. Tapi Kau memberikannya ujian rohani
juga. Jinsol. Semoga hidupmu selalu bahagia.” Yein memeluk Jinsol dengan penuh
kasih sayang. “Aku berjanji akan membantumu. Aku berjanji akan selalu ada
bersamamu. Kapan pun kau membutuhkanku datanglah padaku.” Ujar Yein disela-sela
pelukannya.
“Aku juga Yein. Aku akan membantumu meraih
mimpimu. Aku yakin, suatu saat nanti aku akan berhasil dan mencapai mimpiku
menyusul kesuksesanmu.”
Hari demi hari berlalu begitu saja. Nafsu
makan Jinsol meingkat karena kehamilannya. Ia juga sudah tidak mual lagi.
Wajahnya tampak ceria. Sepertinya ia sudah melupakan masalahnya dengan
Jungkook. Lalu bagaimana dengan Taehyung?
Dua hari setelah ujian selesai, Taehyung
datang ke asrama Jinsol. Ia tidak bisa datang karena ia harus mengikuti casting
untuk film baru. Dan yang pasti akan menghabiskan waktunya dengan syutingnya
daripada dengan Jinsol. Jinsol masih diam dan tidak berani mengungkapkan
kehamilannya pada Taehyung. Ia berencana akan memberitahu Taehyung setelah ia
dinyatakan lulus dan keluar dari asrama.
“Jinsol!” Panggil Yein mengagetkan Jinsol. “Ayo
cepat. Sebentar lagi acaranya akan dimulai.” Yein menarik tangan Jinsol agar ia
berjalan lebih cepat.
“Yein aku tidak yakin kali ini.” Ujar
Jinsol. Yein tidak mempedulikan perkataan Jinsol dan terus melajutkan
langkahnya hingga ia tiba di sebuah ruangan yang sangat ramai. Ia menduduki
sebuah kursi tepat disebelah ayah Yein. Jinsol sendiri tidak memiliki orang
tua. Ia hanya memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah menikah. Dan saat ini
tidak memungkinkan untuk datang karena ia sedang ada pekerjaan di Amerika.
“Annyeong ahjussi.” Sapa Jinsol saat
melihat ayah Yein.
“Jangan panggil aku ahjussi. Anggap saja
aku appamu.” Ujar ayah Yein.
“Ah ne appa.” Jawab Jinsol dengan penuh
senyum.
Acara sudah dimulai sejak beberapa menit
yang lalu. Saat ini adalah pengumuman tentang juara sekolah yang akan dihadiahi
dengan sbuah agency dan sejumlah uang dari sekolah.
“Ranking 1 pada hari ini. Diraih oleh
seorang siswa yang sangat rajin dan terkenal di sekolah. Dan dia berencana
untuk melanjutkan study-nya di Amerika. Mungkin siswa ini sudah tidak asing
lagi di sekolah ini. Mari ucapkan selamat untuk Jeon Jungkook. Siswa yang
selalu menduduki juara 1 disekolah.”
Jinsol bertepuk tangan malas sambil melihat
wajah Jungkook. Air mata kini mengalir dari pelupuk matanya. Mengingat
statusnya yang akan menjadi orang tua tunggal untuk anaknya. ‘Aku tidak akan menuntut apapun darimu
Jungkook. Aku akan berdoa kepada Tuhan semoga kau selalu bahagia. Dan rasa sakit
yang kau berikan, takkan pernah bisa aku lupakan. Kau adalah pria terjahat yang
pernah aku kenal.’
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar