Senin, 04 April 2016

Because I Born To Be Yours Part 4


Title             : Because I Born To Be Yours Part 4
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Hoya Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate            : 17+
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

^Myungsoo’s House^
             Acara telah selesai. MyungYeon akhirnya pulang kerumah. Tak butuh waktu lama untuk sampai kerumah. Myungsoo melihat rumahnya yang kosong tanpa penghuni. Ahjummanya harus pulang kekampung halamannya karena salah satu anggota keluarganya meninggal. Lee Joon? Dia juga ikut dengan ahjumma. Karena keadaan ahjumma tidak memungkinkan untuk bisa pergi sendiri. Dirumah itu hanya tinggal Myungsoo dan Jiyeon saja.
             “Chagi. Setelah kau lulus, kau mau kuliah dimana?” Tanya Myungsoo pada Jiyeon yang baru saja selesai membersihkan dirinya.
             “Na? Daekyung University.” Jawab Jiyeon. Namun dalam hatinya yang paling dalam sebenarnya ia berencana untuk kuliah di Amerika bersama Gyuri. “Oppa. Besok aku akan sibuk latihan untuk ujian. Jadi, mungkin aku tidak akan pulang kerumah.”
             “Mwo? Ujian macam apa itu sampai kau harus meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup lama? Andwae. Aku akan melapor kepada appamu agar tidak diberikan ujian macam itu.” Larang Myungsoo.
             “MYUNGSOO OPPA! APAKAH KAU TIDAK INGIN MELIHATKU BAHAGIA DENGAN TEMAN-TEMANKU? APAKAH KAU HANYA INGIN AKU BERSAMAMU? AKU BOSAN. AKU BOSAN TERUS-MENERUS BERSAMAMU. AKU JUGA INGIN SEPERTI YANG LAINNYA. MENIKMATI MASA REMAJA SEPERTI MEREKA!” tes… air mata Jiyeon sukses terhatuh dari pelupuk matanya. ‘mianhae oppa.’ Batin Jiyeon.
             “Baiklah. Ini semua salahku. Mianhae Jiyeon-a.” ujar Myungsoo sambil memeluk tubuh mungil istrinya.
             “Oppa. Mungkin ini adalah jalan terbaik yang bisa aku lakukan saat ini.” Tiba-tiba ekspresi Jiyeon berubah sangat serius. “Mari kita bercerai.” Lanjut Jiyeon.
             “Andwae. Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya kalau aku tidak akan menceraikanmu.” Jawab Myungsoo tegas.
             “Wae? Bukankah kau menikahiku karena kau melunasi hutang orang tua angkatku? Dan sepertinya perlakukanku selama ini sudah cukup untuk melunasi semuanya. Apakah masih ada yang kurang? Ah… apakah kau menginginkan keturunan dariku seperti yang eommamu katakan dulu? Itu bukan hal yang sulit. Aku bisa hamil kapan saja. Lagi pula kelulusanku hanya tinggal beberapa bulan lagi. Bahkan jika aku hamil besok aku masih tetap ingin menceraikanmu.” Tiba-tiba Myungsoo mematung mendengar semua kalimat yang Jiyeon katakan. Ia sama sekali tidak menduga Jiyeon akan melakukan hal ini padanya. Myungsoo menatap Jiyeon dalam. “Wae? Kau ingin membuat anak sekarang? Lakukan saja. Aku tidak akan pernah lagi menolak permintaanmu untuk tidur denganku.”
             ‘Jiyeon apa kau tidak bisa diam? Semua yang kau katakan membuatku tidak bisa bernapas.’ Gumam batin Myungsoo.
             “Ayo lakukan!” bentak Jiyeon lagi.
             ‘tidak. Aku tidak akan melakukannya Jiyeon. Aku takut. Aku takut kalau nanti hal ini akan membuatmu tersiksa.’ Tolak batin Myungsoo lagi.
             Jiyeon merasa kesal. Pria yang berada dihadapannya saat ini tak kunjung bergerak ataupun berbicara. Dengan cepat ia meraih tengkuk pria itu dan menciumnya. Sebenarnya ia tidak ingin melakukan ini. Tapi mungkin ini benar-benar akan menjadi ciuman terakhirnya dengan seorang pria bernama Kim Myungsoo.
             Myungsoo masih terdiam. Membiarkan gadisnya melumat bibir tipisnya. Membiarkan gadis itu memperlakukannya semaunya. Matanya masih terbuka. Kini tangan Jiyeon mulai turun, membuka satu per satu kancing baju Myungsoo tanpa melepaskan ciumannya. ‘Sejak kapan kau menjadi seperti ini Jiyeon?’ Tanya batin Myungsoo. Myungsoo membulatkan matanya saat merasakan tangan Jiyeon bergerak menuju kancing celananya. Seketika Myungsoo melepaskan ciumannya dan mendorong Jiyeon dengan keras. Membuat gadis itu terjatuh keatas kasur empuk yang biasa ia tempati dengan Jiyeon.
             “SEJAK KAPAN KAU MENJADI SEPERTI INI JIYEON?!” Myungsoo marah. Setidaknya itu bisa membuat Jiyeon tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan. Myungsoo bahkan sampai lupa memanggilnya dengan sebutan chagi. “WAE? AKU TIDAK AKAN MELAKUKAN HAL ITU BAHKAN SAAT INI PUN AKU TIDAK INGIN MENYENTUHMU! AKU TAHU KAU SUDAH BERHENTI MEMINUM PIL ITU! KENAPA KAU MELAKUKAN INI SAAT AKU SUDAH MENYADARI BAHWA AKU SALAH SUDAH MENYENTUHMU?! AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU WALAUPUN KAU SUDAH MELAKUKAN HAL INI PADAKU!” Myungsoo menatap Jiyeon kesal. Ia memasang kembali kancing bajunya yang terbuka dan pergi dari ruangan itu meninggalkan Jiyeon sendiri. Apakah Myungsoo melakukan hal yang benar kali ini? Bagaimana kalau Jiyeon marah lagi karena ia sudah membentaknya? Myungsoo tetap focus pada jalannya. Pergi menemui seseorang yang mungkin bisa meredakan amarahnya.
             Jiyeon masih terdiam ditempatnya. Tidak bergerak sedikitpun sejak Myungsoo mendorongnya hingga terjatuh keatas ranjangnya. Lagi-lagi Jiyeon menangis. “Mianhae oppa… jeongmal mianhae…” gumam Jiyeon disela-sela tangisnya. Ia mengubah posisinya, membuatnya berbaring senyaman mungkin. Jiyeon menatap bantal yang ada disebelahnya. Lama, hingga tanpa sadar kini ia tertidur.
∞∞∞
             Matahari telah menampakkan sinarnya membuat gadis yang tengah tertidur lelap terbangun seketika. Matanya sedikit membengkak akibat menangis semalam. Gadis itu menatap tempat kosong disebelahnya. Tempat suaminya tidur. Tempat itu masih sama seperti sebelumnya, bantalnya pun tidak memperlihatkan jejak kalau suaminya tidur disana. Jiyeon segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju kamar mandi. Tak lama, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Gadis itu meraba bibirnya didepan cermin. Ciumannya semalam masih membekas dibibirnya. Apakah ciuman itu benar-benar akan menjadi ciuman terakhirnya dengan suami tercintanya? Jiyeon melanjutkan kegiatannya. Ia segera menuju kedapur setelah ia selesai berdandan. Biasanya Myungsoo menyiapkan makanan saat ahjumma tidak ada. Sekarang Jiyeon menatap meja makan yang kosong itu sambil tersenyum singkat. Tidak ada makanan yang Myungsoo buat lagi, uang saku pun ia mengambilnya sendiri diruangan Myungsoo. Tiba-tiba terlintas dipikirannya kalau Myungsoo sedang berada dirumah JB. Ia meraih ponselnya dan mencari nama JB dikontaknya. Jiyeon mencoba menghubungi JB.
             “JB-ssi. apakah Myungsoo oppa sedang bersamamu?”
             “Eo. Dia tidur disini semalam.” Dan benar saja tebakan Jiyeon. Myungsoo pergi menemui JB. Entah apa lagi yang Myungsoo bicarakan dengan pria seumuran dirinya itu.
             “Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Jiyeon khawatir.
             “Eo. Kau tenang saja. Dia baik-baik saja. Oh iya, kau pergi ke sekolah dengan siapa hari ini?”
             “Aku sedang menunggu bus. Oh itu sudah datang. Aku tutup dulu ya teleponnya. Annyeong.” Jiyeon mengakhiri panggilannya bersamaan dengan bus yang terhenti dihadapannya.
∞∞∞
^Kirin Art High School^
             “Jiyeon, kau sudah menemukan lagu untuk ujian nanti?” Tanya JB sambil menghentikan langkahnya didepan Jiyeon.
             “Eo. Aku sudah menemukannya. Lagu Photograph atau Cool Night. Eottae?” jawab Jiyeon sambil menunjukkan senyum manisnya.
             “Ani Photograph sudah milik Gyuri dan Hoya. Cool Night juga terlalu banyak dibagianku. Bagaimana kalau Smile Boy?”
             “Ya… lagu itu tidak cocok dengan acara kita.”
             “Lalu?” Tanya JB. Keduanya mulai berpikir.
             “Love You Like You.” Ucap keduanya bersamaan.
             “Baiklah. Kita bisa menggunakan lagu itu.” JB tersenyum bahagia sambil menatap Jiyeon. Perasaannya masih sama. Walaupun ia sudah tahu Jiyeon sudah menikah ia masih tetap menginginkan Jiyeon. Dan setidaknya sekarang ia bisa bersama dengan Jiyeon.
             Ddrrtt… ddrrtt…
             Ponsel Jiyeon bergetar beberapa kali. Tanda panggilan masuk. Ia merogoh sakunya dan melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Tidak ada nama disana. Hanya sebuah nomor yang tidak ia kenal.
             “Yeoboseyo?” sapa Jiyeon setelah ia menekan tombol jawab pada layar ponselnya.
             “Ya! Park Jiyeon! Kapan kau akan menceraikan Kim Myungsoo? Ini sudah dua bulan dan kau masih belum juga menceraikannya?” bentak seorang gadis dari seberang. Jiyeon sangat yakin kalau itu adalah Suzy. Mantan tunangan suaminya.
             “Nugu?” Tanya JB saat menyadari tubuh Jiyeon yang tiba-tiba kaku disertai dengan wajahnya yang tampak seperti orang yang sedang ketakutan. Jiyeon hanya diam.
             “Myungsoo sekarang sedang menuju kesekolahmu dan mungkin dia sudah sampai. Sebaiknya kau cari cara agar dia mau menceraikanmu. Arasseo?” lanjut gadis itu. Klik. Gadis itu mengakhiri panggilannya.
             “JB-ssi. Bisakah kau membantuku?” Tanya Jiyeon kemudian.
             “Mwonde?” JB mengerutkan dahinya. Tiba-tiba Jiyeon menarik tangan JB dan membawanya keatap gedung sekolah. “Kenapa kau membawaku kesini?” Tanya JB heran.
             Disisi lain seorang pria dengan setelan berwarna hitam sedang berjalan menuju ruang kelas tiga. Ia sedang mencari seseorang disana. Tapi tidak ada. Ia berjalan menuju kantin, tidak ada juga. Hingga akhirnya ia bertemu dengan sepupunya yang sedang berjalan beriringan dengan Hoya. “Gyuri-a. apakah kau melihat Jiyeon?” Tanya Myungsoo santai.
             “Jiyeon? Aku tadi melihatnya bersama JB pergi keatap. Mungkin mereka sedang latihan bernyanyi.” Jawab Hoya sambil menunjukkan tangannya kearah belakang.
             “Ah… geuraeh. Gomawo.” Myungsoo pergi menyusuri jalan menuju atap sekolah.
             Back To Jiyeon. “Ayolah… aku akan menjelaskannya padamu nanti.” Ujar Jiyeon memohon.
             “Tapi kenapa kau ingin bercerai dengan ahjussi itu? Bukankah kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan jika bersamanya?” Tanya JB.
             “Jebalyo… JB-ssi…”
             “Tidak. Pokoknya aku tidak bisa menuruti permintaanmmu untuk menciummu.” Jawab JB tegas.
             Jiyeon melihat bayangan seseorang yang sedang mendekat kearahnya. Jiyeon tidak bisa terus meminta persetujuan dari JB. “Mianhae.” Ujar Jiyeon. Dengan segera Jiyeon menarik tengkuk JB dan menempelkan bibirnya dengan bibir pria itu. Jiyeon langsung memejamkan matanya dan melumat bibir JB. JB tidak bisa menolak ciuman Jiyeon dan tidak bisa membalas perlakuan Jiyeon.
             Langkah Myungsoo terhenti saat melihat pemandangan yang sedang berada tak jauh darinya saat ini. Ia melihat siswi yang sedang berciuman dengan mesranya dipojok atap tersebut. Myungsoo dapat melihat dengan jelas bahwa siswi itu adalah Jiyeon dan JB. Myungsoo tidak tahan melihat Jiyeon berciuman dengan pria selain dirinya. “Jiyeon!” bentak Myungsoo. Jiyeon seolah tidak mendengar suara Myungsoo. Ia masih menikmati ciumannya. Myungsoo yang semakin tidak tahan dengan situasi panas itu segera berlari dan menarik tubuh Jiyeon. Membuat Jiyeon dan JB terpaksa melepaskan ciuman mereka.
             “WAE OPPA?! WAE?! APAKAH AKU TIDAK BOLEH BERCIUMAN DENGAN ORANG LAIN?! AKU MUAK DENGANMU OPPA! AKU BOSAN TERUS BERSAMAMU! ARASSEO?!” JB mengerutkan dahinya mendengar kalimat Jiyeon yang dilontarkan pada Myungsoo. Sesaat kemudian, Jiyeon pergi meninggalkan JB dan Myungsoo yang masih mematung.
             “GEURAE! JIKA MENURUTMU MEMANG ITU SATU-SATUNYA PILIHAN! MARI KITA BERCERAI!” akhirnya mau tidak mau Myungsoo harus melepaskan Jiyeon. Jiyeon menghentikan langkahnya kemudian berjalan mendekati Myungsoo. “Waeyo? Kau tidak ingin bercerai denganku?” Tanya Myungsoo saat Jiyeon sudah berada didekatnya. Namun, Jiyeon tidak menjawab pertanyaan Myungsoo. Gadis itu melepas sebuah cincin yang ada dijari manisnya dan mengambalikannya pada Myungsoo. Keberatan? Of course. Karena sebenarnya ini bukan kemauan Jiyeon untuk menceraikan Myungsoo. Tapi ini adalah ide gila mantan tunangan Kim Myungsoo. Bae Suzy.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
Myungsoo POV
             “Kau juga akan meninggalkan rumah ini?” Tanyaku pada Jiyeon. Kulihat dia sedang memasukkan barang-barang yang ia bawa sendiri dulu. “Andwae! Aku tidak mengijinkanmu pergi dari rumah ini!” larangku sambil meraih tangan Jiyeon.
             “Oppa lepaskan aku! Kau tidak punya hak atas diriku lagi!” balas Jiyeon sambil menghempaskan tanganku. “Dan aku bukan lagi istrimu! Myungsoo-ssi.” Apa dia bilang tadi? Myungsoo-ssi? Dia memanggilku begitu? Apakah dia benar-benar akan meninggalkanku? Kulihat dia sudah selesai mengemasi barang-barangnya. Dia meletakkan ponselnya diatas meja. “Aku hanya membawa barang yang benar-benar milikku saja. Jadi kau jangan khawatir. Aku tidak membawa barangmu. Satupun.” Ujarnya kemudian. Aku tidak ingin membiarkan Jiyeon pergi dari rumah ini.
             “Tapi kita masih belum resmi bercerai! Aku belum menerima surat cerai darimu!” sahutku saat ia mulai berbalik kearah pintu.
             “Mwo? Ani. Kau bahkan sudah menandatanganinya. Kau lupa? Aku bahkan tidak perlu repot-repot meminta persetujuanmu. Kau langsung menandatanganinya begitu saja. Lihatlah. Surat cerainya sudah kau tanda tangani.” balasnya kemudian menunjukkan surat cerainya.
Saat ia mulai melangkah pergi, aku segera menarik kembali tangannya dan menempelkan bibirku tepat dibibirnya. Dia memberontak, memukulku agar aku melepaskan ciuman ini. Aku memeluknya semakin erat. Menarik tengkuknya dan memperdalam ciuman kami. Perlahan Jiyeon sudah mulai menyerah dan terbawa suasana. Aku terus melumat bibirnya yang selalu terasa manis saat aku menciumnya. Entah keberanian dari mana yang aku dapatkan kali ini. Tanganku mulai bergerak melepaskan kancing baju yang ia kenakan. Tidak ada respon dari Jiyeon. Aku terus melanjutkan pergerakanku tanpa melepaskan ciuman panas yang aku lakukan saat ini. Namun, tiba-tiba Jiyeon mendorongku dengan kasar hingga membuatku terpaksa melepaskan ciumanku.
Plakk!!!
Dia menamparku. Wae? Bukankah kemarin dia ingin melakukannya bersamaku? Kenapa dia marah?
“Kurang ajar.” Ujar Jiyeon tepat didepan wajahku. Apa dia bilang tadi? Kurang ajar? Apa salahku? Dia sendiri kemarin yang memintaku bercinta dengannya. Dengan cepat ia memasang kembali kancing bajunya dengan kasar. Namun aku kembali menahan tangannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh ke atas kasur. Aku menindihnya dan memperdekat jarak diantara kami. “Apa yang kau lakukan oppa?” ujarnya lirih. Aku menahan tangannya diatas kepalanya. Dia terus berusaha untuk melepaskan diri. Namun, kali ini aku tidak bisa menahan nafsuku. Setan hitam kini telah menguasai diriku. Aku ingin menikmatinya untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Dan juga agar aku memiliki alasan untuk membawanya kembali suatu hari nanti.
∞∞∞
Author POV
^JB’s House^
Tok tok tok…
Jiyeon mengetuk pintu rumah JB beberapa kali. Penampilannya sangat berantakan. Bajunya pun tidak serapih biasanya. Rambutnya sedikit kusut dan banyak bekas ciuman di lehernya. Tak lama, pintu itu terbuka.
“Jiyeon? Ada apa kau malam-malam datang ke sini?” Tanya Hoya. Jiyeon tak bisa menahan keseimbangannya. Kepalanya terasa sangat pusing dan akhirnya ia kehilangan kesadarannya. “Jiyeon?!” ujar Hoya panic. Ia menangkap tubuh Jiyeon sebelum Jiyeon terjatuh ke lantai.
“JB!!! JB!!! Palliwa!!” teriak Hoya memanggil JB.
“Wae?” Awalnya JB sangat santai. Namun saat melihat Jiyeon pingsan, JB segera membantu Hoya membawa Jiyeon ke kamar JB.
“Aku sudah menelepon dokter Han. Dia sebentar lagi sampai.” Ujar Hoya.
Beberapa menit kemudian seorang dokter datang dengan beberapa alat medis. “Nona Jiyeon baik-baik saja. Dia hanya kelelahan. Dan… tampaknya dia baru saja melakukan ‘sesuatu’ dan membuatnya kelelahan.” Ujar dokter. Entah, JB dan Hoya menemukan arti lain dari kata ‘sesuatu’. Tampak seperti *** (sensor).
“sebentar lagi Nona Jiyeon akan segera sadar. Dan ini obat untuk menjaga kesehatannya. Diminum tiga kali sehari setelah makan.” lanjut dokter Han sambil menyerahkan obat pada JB.
“Gomawo uisanim.” Ujar JB. Dokter Han pun pergi meninggalkan JB dan Jiyeon. Sementara Hoya mengantar dokter Han keluar. Tak lama, Hoya kembali ke kamar JB.
“Apa yang sebenarnya terjadi pada Jiyeon? Kenapa Dokter berkata seperti itu tadi?” tanya Hoya.
“Dia bercerai dengan suaminya. Orang yang dulu pernah menginap disini dan bercerita tentang Jiyeon. Masih ingatkah kau dengan orang itu?” Jelas JB. Pandangannya masih focus pada Jiyeon yang masih belum sadar.
“Jadi… gadis yang dinikahi oleh pewaris perusahaan terbesar di Korea itu adalah Jiyeon?” Tanya Hoya tak percaya. JB mengangguk pelan. Sesaat kemudian, JB merasakan tangan Jiyeon bergerak. Sepertinya ia sudah sadar.
“Jiyeon, kau sudah bangun?” Tanya JB.
“JB? Akkhh!!” pekik Jiyeon sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Kau jangan banyak gerak dulu. Dokter bilang kau harus istirahat.” Ujar JB sambil membaringkan Jiyeon lagi.
Ponsel JB tiba-tiba bergetar. “Suamimu.” Jiyeon menatap JB lagi.
“Jangan katakan padanya kalau aku disini.” Ujar Jiyeon sebelum JB menjawab panggilan Myungsoo.
“Ne ahjussi.”
“……”
“Anio. Jiyeon tidak disini. Waeyo?”
Tuut…
Myungsoo menutup telepon lebih dulu. JB kembali menatap Jiyeon. “Ini sudah malam. Istirahatlah. Besok, kau jangan sekolah dulu. Biar aku yang membuatkan surat ijin untukmu nanti.” Ujar JB. Ia pergi meninggalkan Jiyeon.
∞∞∞
Two Days Later
^Kirin Art High School^
“Eonni!” panggil Gyuri saat ia melihat Jiyeon sedang berjalan berdampingan dengan JB. Ia berlari kecil menghampiri Jiyeon. “Neo eodiga? Myungsoo Oppa menghubungiku dan menanyakanmu. Wae geurae? Apakah kalian sedang bertengkar?” Tanya Gyuri memborong. Jiyeon hanya diam. Ia menunduk. Ia tidak ingin kerabatnya tahu bahwa ia sudah bercerai dengan Myungsoo. Tapi cepat atau lambat, semua orang pasti akan tahu bahwa mereka telah bercerai.
“Ehem. Gyuri-ssi. Sebaiknya kita tidak membicarakan ini disini. Kita cari tempat yang sepi saja.” Sambung JB. Ia merasa tidak enak melihat Jiyeon yang hanya memilih diam.
Disinilah mereka sekarang. Atap sekolah. JB mengajak Gyuri dan Jiyeon berbicara diatap. “Eonni. Jelaskan padaku. Sebenarnya ada apa dengan keluarga kalian?” Tanya Gyuri.
Dibelakang Gyuri ada sebuah papan besar. Disana tampak seorang siswi sedang duduk santai. -Sulli- Mendengar pertanyaan Gyuri, siswi itu membelalakkan matanya tidak percaya dan terus menguping.
“Mianhaeyo Gyuri-a. Aku dan Myungsoo oppa… sudah bercerai.” Jawab Jiyeon lambat.
“Mwo? Bercerai? Apa maksudnya? Apakah Jiyeon sudah pernah menikah? Dan… siapa dia bilang tadi? Myungsoo? Apakah Kim Myungsoo? Calon pewaris Woollim group sekaligus pemilik KMS restaurant itu? Wah… ini pasti akan menjadi berita yang akan menggemparkan seluruh sekolah bahkan dunia.” Gumam Sulli.
“Mwo? Bercerai? Bagaimana bisa? Jelaskan semuanya padaku. Kenapa kalian bercerai?” Tanya Gyuri. Ia merasa bersalah. Karena bagaimanapun, Jiyeon menikah dengan Myungsoo karena saran dari Gyuri.
“Sebenarnya… aku tidak ingin bercerai dengan Myungsoo oppa. Tapi…” kalimat Jiyeon menggantung. Gyuri tidak sabar ingin mendengar alasan Jiyeon menceraikan Myungsoo. “Tapi… seseorang mengancamku. Jika aku tidak segera menceraikan Myungsoo oppa, dia akan mencelakakan eomma dan appa angkatku. Dan dua hari ini, aku menginap dirumah JB. Aku berencana untuk pulang kerumahmu, tapi aku tidak bisa. Aku takut mengganggu kalian. Gyuri-a. jebal, jangan katakan pada siapapun kalau aku berada dirumah JB. Ne? jebalyo.” Jiyeon memohon pada Gyuri. JB ikut sedih mendengar cerita Jiyeon.
“Jadi ini alasanmu memintaku menciummu kemarin? Karena kau dipaksa untuk bercerai dengan ahjussi itu?” Tanya JB. Jiyeon mengangguk pelan.
“Mwo? Mereka bilang berciuman? Kemarin? Wah… benar-benar berita yang sangat bagus.” Gumam Sulli lagi.
“Baiklah. Eonni. Ayo kita pulang kerumah bersama-sama nanti. Aku yakin, appa tidak akan bertanya panjang lebar. Ne? kalau kau tinggal dirumah JB, bagaimana anggapan orang nanti? Mereka akan mengira kalian bercerai karena kau berselingkuh dengan JB.”
“Ne aku setuju dengan Gyuri. Sebaiknya kau pulang kerumahmu saja. Lagi pula kau akan aman berada disana. Bagaimanapun, aku ini hanya temanmu saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Aku tidak ingin orang beranggapan negative terhadapmu.” Sambung JB.
“Jadi begitu. Baiklah. Berita terbaru akan terupdate disekolah hari ini.” ujar Sulli. Ia segera pergi meninggalkan atap.
JB dan Gyuri pergi meninggalkan Jiyeon terlebih dahulu. Jiyeon menangis. Ia teringat dengan pertengkarannya dengan Myungsoo ditempat ini kemarin. Berjam-jam Jiyeon duduk menatap lagit. Ia tidak mengikuti pelajaran hari ini karena semua seonsaeng sedang rapat. Jiyeon sudah mulai bosan duduk diatap, ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat Jiyeon hendak kembali ke kelas, semua hagsaeng melihat kearahnya dengan tatapan yang menyeramkan. Jiyeon berjalan menunduk. Ia merasa risih dengan pandangan hagsaeng yang ada disana.
Sesampainya dikelas, Jiyeon dikagetkan dengan suara hagsaeng bernama Sulli yang tiba-tiba membentak Jiyeon tepat ditelinganya. “Ya!” Sulli berputar mengelilingi Jiyeon sambil memainkan rambutnya yang panjang. “Park Jiyeon. Istri sah dari calon pewaris Woollim group. Shh… tapi, kudengar sekarang kau bukan lagi istrinya. Benar? Tentu saja. Karena aku mendengarnya sendiri. Seandainya, Tn. Kim Myungsoo tahu kau tinggal bersama seorang pria. Dan pria itu sangat mencintaimu. Menurutmu, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia masih akan tetap mencintaimu walaupun sudah bercerai denganmu? Ah, kurasa dia tidak akan pernah sudi mencintaimu. Karena kau adalah saudara sepupunya. Aku sama sekali tidak menduga kalau gadis sepolos kamu ternyata sudah menikah. Dan… eomeo. Apa ini? apakah ini ulah suamimu? Ah mian. Maksudku, mantan suamimu?” Tanya Sulli sambil menekankan kata ‘mantan’ tepat disamping telinga Jiyeon. Jiyeon hanya mematung tidak membalas ataupun menjawab semua pertanyaan Sulli.
“JB!” panggil Hoya dari arah belakang. Ia berlari kearah JB. “ya sebaiknya kau kembali ke kelas sekarang. Sulli, dia mengganggu Jiyeon. Dia sudah tahu bahwa Jiyeon sudah menikah.” Jelas Hoya singkat. Dengan segera JB berlari ke kelas. Sesampainya dikelas. Ia melihat sekerumunan hagsaeng didepan pintu. JB menerobos masuk. Ia melihat Gyuri sedang menjambak rambut Sulli.
“Ya. Kalau kau berani melakukan itu pada eonniku, maka kau akan berurusan denganku dan kepala sekolah karena telah menyebarkan masalah pribadi seseorang. Dan satu hal lagi yang perlu kau tahu. Dalam peraturan sekolah tidak disebutkan bahwa siswi yang sudah menikah harus keluar dari sekolah. Selama siswi itu bisa menjaga sikap, maka dia berhak untuk sekolah di Kirin Art High School ini. arasseo?” jelas Gyuri sambil mendorong kepala Sulli. “Gayo eonni.” Ujar Gyuri sambil menarik tangan Jiyeon pergi dari kelas.
“Jiyeon gwaenchana?” Tanya JB khawatir. “Apakah hagsaeng itu memukulmu tadi?” Jiyeon menggeleng.
“Eonni, perlukah aku mengadu kepada appa agar gadis itu dikeluarkan dari sekolah? Isshh… dasar gadis menyebalkan.” Rutuk Gyuri.
“Dwaesseoyo. Lagipula sebentar lagi kita lulus.” Ujar Jiyeon.
“Oh iya, berbicara tentang kelulusan, nanti kalian akan kuliah dimana? Aku dan JB akan kuliah di Yongin University. Kau tau kan, kami itu seperti perangko. Sekali menempel tidak dapat di lepas lagi.” Tanya Hoya sambil menjawab pertanyaannya sendiri.
“Aku berencana untuk kuliah fashion di amerika. Mungkin aku dan eonniku akan terpisah. Aku akan kuliah di NFS (New York Fashion School).” Jawab Gyuri sambil merangkul bahu Jiyeon.
“Bagaimana denganmu Jiyeon?” Tanya Hoya lagi.
“Na? molla. Sepertinya aku tidak akan melanjutkan sekolahku.” Jawab Jiyeon kecewa.
“Waeyo eonni? Kau pintar, cantik dan kau juga memiliki suara yang bagus. Kenapa eonni tidak kuliah dijurusan music saja? Nanti aku yang akan mengatakannya sama appa.” Sambung Gyuri.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
Sudah dua hari Myungsoo duduk disudut tempat tidur sambil memeluk sebuah figura berwarna putih. Matanya membengkak, dan penampilannya pun acak-acakan. Ia sudah mencoba mencari Jiyeon kemana-mana namun ia tidak menemukan jejak keberadaan mantan istrinya. Walaupun ia sudah bercerai dengan Jiyeon setidaknya ia bisa melihat keadaan mantan istrinya.
Gieokhanayo? Uri hamkke haetdeon sigan L.O.V.E Luv, Seolleinayo han ttaen modeun geosieotdeon L.O.V.E Luv, Ijeneun gakkeum saenggangnaneun geuttae L.O.V.E Luv, Siganeul doedollil suneun eomnayo, Mideul suga eobseo hancham jinabeorin uri yaegi.
Ponsel Jiyeon berdering beberapa kali. Myungsoo yang mendengar deringan itu segera meraih ponsel Jiyeon dan menjawabnya.
“Ya! Park Jiyeon! Kapan kau akan menceraikan Kim Myungsoo? Ini sudah sampai pada waktu yang telah ditentukan. Kenapa kau masih belum menceraikannya? Apakah kau masih memerlukan bantuan lagi? Kurasa rencanaku waktu itu sudah cukup untuk membuat Myungsoo menyerah dan menceraikanmu.” Myungsoo seketika mematung mendengar kalimat penelepon. Suara gadis itu terdengar tidak asing ditelinga Myungsoo. “Ya! Park Jiyeon! Kau tuli? Kenapa kau tidak menjawabku? Ya!” teriaknya lagi. Myungsoo langsung menyadari bahwa Jiyeon bercerai dengannya bukan karena maunya sendiri. Tapi karena ada unsur paksaan dari Suzy. Mantan tunangan Myungsoo.
“Suzy?” Tanya Myugsoo memastikan.
“Nu-nugu seyo?” balas Suzy. “Kim Myungsoo? Ah Mianhae Myungsoo-ssi. Ini tidak seperti yang kau-” tuut. Myungsoo menutup sambungan teleponnya. Ia segera membersihkan dirinya dan pergi ke sebuah tempat. Tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh Myungsoo selama dua hari. Berharap dapat menemukan Jiyeon disana.
“Myungsoo-ya? Neo eodiga?” Tanya Jihyo. -Eomma Myungsoo-. Ia baru saja memasuki rumah Myungsoo dengan beberapa tas yang berisi pakaian dan perhiasan untuk Jiyeon. “waeyo? Apakah ada masalah? Ah, mana mungkin. Kalau benar ada masalah, Myungsoo pasti akan memberitahu kami.” Gumam Jihyo. Ia menuju kamar Myungsoo. “Hah?!” Jihyo terbelalak kaget melihat kamar Myungsoo yang tampak berantakan. “Igeo mwoya? Apakah Jiyeon tidak pernah membersihkan kamar ini? aigo…” Jihyo beranjak masuk dan merapikan kamar berantakan itu. Saat Jihyo memindahkan bantal Myungsoo selembar kertas terjatuh ke lantai. “Surat? Dari siapa ini?” Jihyo penasaran dengan isi surat itu. Ia segera membuka lembaran itu dan membacanya. “Mwo?! Jadi mereka sudah bercerai? Waeyo? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja sebelumnya?” Jihyo shock membaca surat dari Jiyeon itu. Dengan cepat ia menghubungi suaminya. Kim Sunggyu.
∞∞∞
^Kirin Art High School^
Myungsoo telah sampai ditempat tujuannya. Tak butuh waktu lama untuk sampai ditempat itu. Ia menatap gedung sekolah Kirin sekilas dan meraih ponselnya. Ia menghubungi Gyuri.
Gyuri dan Jiyeon sedang berjalan menuju kantin, diikuti oleh JB dan Hoya dibelakangnya. Gyuri merasakan ponselnya bergetar. Ia segera meraih ponselnya dan melihat neme penelepon. Tertera dengan jelas nama ‘Myungsoo Oppa’ dilayar ponselnya. “Eonni, aku ketoilet dulu sebentar.” Pamit Gyuri seolah tidak ingin Jiyeon tahu bahwa yang meneleponnya adalah mantan suami Jiyeon.
“Ne, oppa?” sapa Gyuri.
“Gyuri-a. apakah Jiyeon sekolah hari ini? apakah dia baik-baik saja?”
“Ne. ah oppa. Eonni sekarang tinggal bersamaku. Dia sudah cerita semuanya padaku dan JB. Termasuk alasannya memintamu menceraikannya. Dia bilang seseorang mengancamnya. Dan kurasa itu adalah Suzy. Mantan tunangan oppa.” Ujar Gyuri.
“Gyuri-a. Bisakah kau membawa Jiyeon keluar nanti malam?”
“Nanti malam? Oppa kerumah saja, nanti appa akan mengadakan makan malam bersama.”
“Gyuri-a.” Sapa Jiyeon. Sontak Gyuri kaget dan menurunkan ponselnya. “nugunde?” Tanya Jiyeon.
“Ah… igeo… euhh… samcheon. Eo. Samcheon.” Jawab Gyuri gugup. “Eo. Samcheon sampai jumpa nanti. Annyeong.” Ujar Gyuri sambil mengakhiri panggilannya. “Gayo Eonni.” ajak Gyuri. Jiyeon hanya menatap Gyuri heran.
Disisi lain, Myungsoo sedang berdiri disamping mobilnya. Setengah jam lagi, bel pulang akan berbunyi. Ia berharap bisa bertemu dengan Jiyeon saat itu juga. Sekilas ia teringat perkataan Suzy tadi. “Kenapa Jiyeon tidak pernah mengatakan itu sebelumnya padaku? Kenapa dia menutupinya dariku? Karena itukah dia menceraikanku? Tapi apa tujuannya mengancam Jiyeon? Dan apa motifnya?” Myungsoo terus saja bergumam sendiri sambil menunggu Jiyeon. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. “Ne. Tolong selidiki tentang keberadaan Suzy sekarang juga.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Myungsoo. Ia pun mengakhiri panggilannya.
∞∞∞
Jiyeon POV
Bel pulang sudah berbunyi. Seonsaengnim meninggalkan ruang kelas kami. Hari ini aku merasa ada berbeda dengan sebelumnya. Apakah karena statusku yang sekarang sudah bercerai? Entahlah. Mungkin bukan karena itu. Aku segera mengemasi buku yang sejak tadi berada diatas meja kedalam tasku.
Saat aku tiba di depan sekolah, aku melihat seseorang yang tidak asing lagi bagiku. “Kim Myungsoo?” gumamku pelan. Aku mulai berjalan menghindar dari pandangannya. Aku bahkan meninggalkan Gyuri yang sedang bersamaku.
“Park Jiyeon!” panggil Myungsoo. Suara itu bahkan masih terdengar indah ditelingaku. Kenapa aku harus mau menceraikannya? Kenapa aku menceraikannya? Kenapa aku harus mengalah pada orang yang sama sekali tidak Myungsoo sukai? Dan mengapa juga aku harus percaya dengan semua ancaman yang dia berikan padaku? Semua pertanyaan itu terlintas begitu saja dipikiranku.
Aku berlari dan terus berlari. Dan entah bagaimana Myungsoo bisa berada dihadapanku bersama Gyuri. Aku menghentikan langkahku begitu saja. “Jiyeon. Kenapa kau menghindariku? Walaupun kita sudah menikah sebelumnya, kita masih ada ikatan saudara. Dan kau tidak akan bisa menghidar dariku.”
“APA MAUMU KIM MYUNGSOO?! KAU TIDAK TAHU KAU SUDAH SALAH TELAH MELAKUKAN INI PADAKU HAH?!” teriakku terbawa emosi. Oh tidak. Kenapa aku yang marah? Harusnya dia yang marah bukan aku. Karena perceraian ini terjadi karena aku yang memintanya. Walaupun tidak murni permintaanku. Saat ini semua orang tengah memperhatikan kami. Banyak orang yang mengambil gambar kami berdua.
“Lihat itu. Bukankah itu Kim Myungsoo?” Tanya seseorang dari seberang. Aku bahkan masih bisa mendengarnya. Sekarang semua orang akan tahu kalau aku dan Kim Myungsoo calon pewaris Woollim Group telah bercerai. Tapi, jika aku melakukan itu, apakah akan mempengaruhi reputasi perusahaannya?
“Eonni, Oppa, sebaiknya kita bicarakan ini dirumah saja. Orang-orang melihat kita.” Ujar Gyuri lembut. Seakan tidak ingin aku marah. Akhirnya aku memilih untuk diam dan mengikuti Gyuri. Myungsoo membukakan pintu mobil dan memintaku duduk disebelah kursi kemudi. Tapi aku menolak. Aku lebih memilih duduk dibelakang bersama Gyuri. Karena sekarang kami adalah orang asing yang tidak saling mengenal.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
“Kenapa kau terus mengikutiku?! Apa yang kau inginkan dariku?! Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku tidak membawa barang satu pun yang sudah kau berikan padaku.” Ujarku ketus.
“Jiyeon dengarkan dulu. Aku ingin bertanya sesuatu padamu.” Ujarnya sambil menarikku memasuki kamarku. Sesampainya dikamar, aku menghempaskan tangan Myungsoo dari tanganku dengan kasar. “Jiyeon. Jawablah pertanyaanku dengan sejujur-jujurnya.” Ujarnya.
“Tanya saja.” Jawabku.
“Apakah ini semua karena ancaman Suzy?” dari mana kau tahu Myungsoo? Dari mana kau tahu itu? Aku takut. Aku takut jika ancaman Suzy benar-benar terjadi. “Kenapa kau diam saja? Benarkah dia yang memaksamu?” tanyanya sekali lagi. Aku tidak bisa menjawabnya. Karena itu semua benar adanya. Memang dia yang memaksaku menceraikan Kim Myungsoo dengan ancamannya. “Kurasa itu adalah jawaban yang berarti Ya. Gayo. Kembali kerumah. Aku janji, aku akan melindungimu. Aku akan memastikan bahwa Suzy tidak akan kembali lagi.” Ujarnya. Aku menatapnya kesal dan pergi dari hadapannya segera. Satu-satunya tempat yang bisa aku tuju saat ini adalah kamar mandi. Aku mengunci pintu rapat-rapat. Didalam sini aku menangis. Aku tidak bisa menjawabnya. Sebenarnya aku ingin kembali bersama Kim Myungsoo. Tapi aku tidak bisa. Bagaimanapun juga aku adalah sepupu Kim Myungsoo.
“Mianhaeyo oppa. Aku bukan lagi istrimu. Aku hanya adik sepupumu. Itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Sebaiknya kau pergi saja sekarang.” Jelasku. Perlahan dia pergi dari kamarku.
∞∞∞
Author POV
^Jinsung Group^
^Director Room^
Seorang pria berjas hitam tampak sedang asik bercengkrama dengan kerabatnya. Siapa lagi kalau bukan Kim Sunggyu. Pemilik Woollim Group. Mereka tampak sedang merencanakan sesuatu yang sangat penting.
“Woohyun-ssi kau sudah mengetahui semuanya tentang anak kita. Menurutmu bagaimana?” tanya Sunggyu.
“Aku terserah pada Jiyeon. Tapi, sebenarnya aku keberatan kalau dia harus berpisah dengan anakmu. Aku tidak ingin menerima siapapun lagi kecuali bila Myungsoo dan Jiyeon kembali menikah.” Jelas Woohyun penuh perasaan.
“Yah. Baguslah kalau begitu. Apakah kau masih ingat saat istrimu melahirkan Jiyeon? Kau dan aku berencana untuk menjodohkan mereka. Dan sekarang semuanya sudah terjadi tapi mereka harus berpisah. Kalau saja waktu itu aku percaya bahwa Jiyeon akan kembali, pasti kehidupan mereka tidak akan seperti ini. Dan tidak akan pernah ada orang yang bernama Suzy di kehidupan mereka.”
“Kalau begitu… bagaimana kalau kita buat mereka dekat lagi. Masalah ini bukan terletak pada Myungsoo. Tapi Suzy. Setelah kita berhasil membuat Suzy pergi, tinggal kita meyakinkan Jiyeon. apakah dia mau kembali pada Myungsoo atau tidak.”
“Jadi maksudmu… kau ingin mempersatukan mereka kembali?” tanya Sunggyu.
“Eo. Setelah ini, aku berencana untuk mengirim Jiyeon ke Paris. Aku sudah mendaftarkannya di sekolah music terkenal disana. Dengan begitu, Suzy tidak akan mengganggu kehidupan mereka lagi.” Ujar Woohyun.
“Baiklah. Aku akan mengirim Myungsoo pergi ke Paris bersama Jiyeon. Sedangkan Suzy, biar istriku yang mengurusnya.”
“Baiklah. Jadi… kita sepakat?” tanya Woohyun.
“Of course.” Para appa sudah sepakat bahwa mereka akan menyatukan pasangan Myungyeon kembali dengan rencana yang telah mereka susun sedemikian rupa. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah rencana tersebut berjalan sesuai dengan keinginan mereka? Nantikan chapter berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar