Main Cast : MyungYeon Couple
Other Cast :
-
Park
Hyojoon as Jiyeon appa
-
Han
Jimin as Jiyeon eomma
-
Kim
Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-
Song
Jihyo as Myungsoo eomma
-
Nam
Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-
Jung
Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-
Nam
Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-
Lee
Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-
JB
/ Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-
Hoya
Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre : Married Life, School
Life, and other
Rate : 17+
Length : Part
Author : Nam Ohyun
^Myungsoo’s
House^
Acara
telah selesai. MyungYeon akhirnya pulang kerumah. Tak butuh waktu lama untuk
sampai kerumah. Myungsoo melihat rumahnya yang kosong tanpa penghuni.
Ahjummanya harus pulang kekampung halamannya karena salah satu anggota
keluarganya meninggal. Lee Joon? Dia juga ikut dengan ahjumma. Karena keadaan
ahjumma tidak memungkinkan untuk bisa pergi sendiri. Dirumah itu hanya tinggal
Myungsoo dan Jiyeon saja.
“Chagi.
Setelah kau lulus, kau mau kuliah dimana?” Tanya Myungsoo pada Jiyeon yang baru
saja selesai membersihkan dirinya.
“Na?
Daekyung University.” Jawab Jiyeon. Namun dalam hatinya yang paling dalam
sebenarnya ia berencana untuk kuliah di Amerika bersama Gyuri. “Oppa. Besok aku
akan sibuk latihan untuk ujian. Jadi, mungkin aku tidak akan pulang kerumah.”
“Mwo?
Ujian macam apa itu sampai kau harus meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup
lama? Andwae. Aku akan melapor kepada appamu agar tidak diberikan ujian macam
itu.” Larang Myungsoo.
“MYUNGSOO
OPPA! APAKAH KAU TIDAK INGIN MELIHATKU BAHAGIA DENGAN TEMAN-TEMANKU? APAKAH KAU
HANYA INGIN AKU BERSAMAMU? AKU BOSAN. AKU BOSAN TERUS-MENERUS BERSAMAMU. AKU
JUGA INGIN SEPERTI YANG LAINNYA. MENIKMATI MASA REMAJA SEPERTI MEREKA!” tes…
air mata Jiyeon sukses terhatuh dari pelupuk matanya. ‘mianhae oppa.’ Batin
Jiyeon.
“Baiklah.
Ini semua salahku. Mianhae Jiyeon-a.” ujar Myungsoo sambil memeluk tubuh mungil
istrinya.
“Oppa.
Mungkin ini adalah jalan terbaik yang bisa aku lakukan saat ini.” Tiba-tiba
ekspresi Jiyeon berubah sangat serius. “Mari kita bercerai.” Lanjut Jiyeon.
“Andwae.
Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya kalau aku tidak akan menceraikanmu.”
Jawab Myungsoo tegas.
“Wae?
Bukankah kau menikahiku karena kau melunasi hutang orang tua angkatku? Dan
sepertinya perlakukanku selama ini sudah cukup untuk melunasi semuanya. Apakah
masih ada yang kurang? Ah… apakah kau menginginkan keturunan dariku seperti
yang eommamu katakan dulu? Itu bukan hal yang sulit. Aku bisa hamil kapan saja.
Lagi pula kelulusanku hanya tinggal beberapa bulan lagi. Bahkan jika aku hamil
besok aku masih tetap ingin menceraikanmu.” Tiba-tiba Myungsoo mematung
mendengar semua kalimat yang Jiyeon katakan. Ia sama sekali tidak menduga
Jiyeon akan melakukan hal ini padanya. Myungsoo menatap Jiyeon dalam. “Wae? Kau
ingin membuat anak sekarang? Lakukan saja. Aku tidak akan pernah lagi menolak
permintaanmu untuk tidur denganku.”
‘Jiyeon
apa kau tidak bisa diam? Semua yang kau katakan membuatku tidak bisa bernapas.’
Gumam batin Myungsoo.
“Ayo
lakukan!” bentak Jiyeon lagi.
‘tidak.
Aku tidak akan melakukannya Jiyeon. Aku takut. Aku takut kalau nanti hal ini
akan membuatmu tersiksa.’ Tolak batin Myungsoo lagi.
Jiyeon
merasa kesal. Pria yang berada dihadapannya saat ini tak kunjung bergerak
ataupun berbicara. Dengan cepat ia meraih tengkuk pria itu dan menciumnya. Sebenarnya
ia tidak ingin melakukan ini. Tapi mungkin ini benar-benar akan menjadi ciuman
terakhirnya dengan seorang pria bernama Kim Myungsoo.
Myungsoo
masih terdiam. Membiarkan gadisnya melumat bibir tipisnya. Membiarkan gadis itu
memperlakukannya semaunya. Matanya masih terbuka. Kini tangan Jiyeon mulai
turun, membuka satu per satu kancing baju Myungsoo tanpa melepaskan ciumannya. ‘Sejak
kapan kau menjadi seperti ini Jiyeon?’ Tanya batin Myungsoo. Myungsoo
membulatkan matanya saat merasakan tangan Jiyeon bergerak menuju kancing
celananya. Seketika Myungsoo melepaskan ciumannya dan mendorong Jiyeon dengan
keras. Membuat gadis itu terjatuh keatas kasur empuk yang biasa ia tempati
dengan Jiyeon.
“SEJAK
KAPAN KAU MENJADI SEPERTI INI JIYEON?!” Myungsoo marah. Setidaknya itu bisa
membuat Jiyeon tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan. Myungsoo bahkan
sampai lupa memanggilnya dengan sebutan chagi. “WAE? AKU TIDAK AKAN MELAKUKAN
HAL ITU BAHKAN SAAT INI PUN AKU TIDAK INGIN MENYENTUHMU! AKU TAHU KAU SUDAH
BERHENTI MEMINUM PIL ITU! KENAPA KAU MELAKUKAN INI SAAT AKU SUDAH MENYADARI
BAHWA AKU SALAH SUDAH MENYENTUHMU?! AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU WALAUPUN KAU
SUDAH MELAKUKAN HAL INI PADAKU!” Myungsoo menatap Jiyeon kesal. Ia memasang
kembali kancing bajunya yang terbuka dan pergi dari ruangan itu meninggalkan
Jiyeon sendiri. Apakah Myungsoo melakukan hal yang benar kali ini? Bagaimana kalau
Jiyeon marah lagi karena ia sudah membentaknya? Myungsoo tetap focus pada
jalannya. Pergi menemui seseorang yang mungkin bisa meredakan amarahnya.
Jiyeon
masih terdiam ditempatnya. Tidak bergerak sedikitpun sejak Myungsoo
mendorongnya hingga terjatuh keatas ranjangnya. Lagi-lagi Jiyeon menangis. “Mianhae
oppa… jeongmal mianhae…” gumam Jiyeon disela-sela tangisnya. Ia mengubah
posisinya, membuatnya berbaring senyaman mungkin. Jiyeon menatap bantal yang
ada disebelahnya. Lama, hingga tanpa sadar kini ia tertidur.
∞∞∞
Matahari
telah menampakkan sinarnya membuat gadis yang tengah tertidur lelap terbangun
seketika. Matanya sedikit membengkak akibat menangis semalam. Gadis itu menatap
tempat kosong disebelahnya. Tempat suaminya tidur. Tempat itu masih sama
seperti sebelumnya, bantalnya pun tidak memperlihatkan jejak kalau suaminya
tidur disana. Jiyeon segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju
kamar mandi. Tak lama, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian
lengkap. Gadis itu meraba bibirnya didepan cermin. Ciumannya semalam masih
membekas dibibirnya. Apakah ciuman itu benar-benar akan menjadi ciuman
terakhirnya dengan suami tercintanya? Jiyeon melanjutkan kegiatannya. Ia segera
menuju kedapur setelah ia selesai berdandan. Biasanya Myungsoo menyiapkan
makanan saat ahjumma tidak ada. Sekarang Jiyeon menatap meja makan yang kosong
itu sambil tersenyum singkat. Tidak ada makanan yang Myungsoo buat lagi, uang
saku pun ia mengambilnya sendiri diruangan Myungsoo. Tiba-tiba terlintas
dipikirannya kalau Myungsoo sedang berada dirumah JB. Ia meraih ponselnya dan
mencari nama JB dikontaknya. Jiyeon mencoba menghubungi JB.
“JB-ssi.
apakah Myungsoo oppa sedang bersamamu?”
“Eo.
Dia tidur disini semalam.” Dan benar saja tebakan Jiyeon. Myungsoo pergi menemui
JB. Entah apa lagi yang Myungsoo bicarakan dengan pria seumuran dirinya itu.
“Apakah
dia baik-baik saja?” Tanya Jiyeon khawatir.
“Eo.
Kau tenang saja. Dia baik-baik saja. Oh iya, kau pergi ke sekolah dengan siapa
hari ini?”
“Aku
sedang menunggu bus. Oh itu sudah datang. Aku tutup dulu ya teleponnya. Annyeong.”
Jiyeon mengakhiri panggilannya bersamaan dengan bus yang terhenti dihadapannya.
∞∞∞
^Kirin
Art High School^
“Jiyeon,
kau sudah menemukan lagu untuk ujian nanti?” Tanya JB sambil menghentikan langkahnya
didepan Jiyeon.
“Eo.
Aku sudah menemukannya. Lagu Photograph atau Cool Night. Eottae?” jawab Jiyeon
sambil menunjukkan senyum manisnya.
“Ani
Photograph sudah milik Gyuri dan Hoya. Cool Night juga terlalu banyak
dibagianku. Bagaimana kalau Smile Boy?”
“Ya…
lagu itu tidak cocok dengan acara kita.”
“Lalu?”
Tanya JB. Keduanya mulai berpikir.
“Love
You Like You.” Ucap keduanya bersamaan.
“Baiklah.
Kita bisa menggunakan lagu itu.” JB tersenyum bahagia sambil menatap Jiyeon. Perasaannya
masih sama. Walaupun ia sudah tahu Jiyeon sudah menikah ia masih tetap
menginginkan Jiyeon. Dan setidaknya sekarang ia bisa bersama dengan Jiyeon.
Ddrrtt…
ddrrtt…
Ponsel
Jiyeon bergetar beberapa kali. Tanda panggilan masuk. Ia merogoh sakunya dan
melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Tidak ada nama disana. Hanya
sebuah nomor yang tidak ia kenal.
“Yeoboseyo?”
sapa Jiyeon setelah ia menekan tombol jawab pada layar ponselnya.
“Ya!
Park Jiyeon! Kapan kau akan menceraikan Kim Myungsoo? Ini sudah dua bulan dan
kau masih belum juga menceraikannya?” bentak seorang gadis dari seberang.
Jiyeon sangat yakin kalau itu adalah Suzy. Mantan tunangan suaminya.
“Nugu?”
Tanya JB saat menyadari tubuh Jiyeon yang tiba-tiba kaku disertai dengan
wajahnya yang tampak seperti orang yang sedang ketakutan. Jiyeon hanya diam.
“Myungsoo
sekarang sedang menuju kesekolahmu dan mungkin dia sudah sampai. Sebaiknya kau
cari cara agar dia mau menceraikanmu. Arasseo?” lanjut gadis itu. Klik. Gadis
itu mengakhiri panggilannya.
“JB-ssi.
Bisakah kau membantuku?” Tanya Jiyeon kemudian.
“Mwonde?”
JB mengerutkan dahinya. Tiba-tiba Jiyeon menarik tangan JB dan membawanya
keatap gedung sekolah. “Kenapa kau membawaku kesini?” Tanya JB heran.
Disisi
lain seorang pria dengan setelan berwarna hitam sedang berjalan menuju ruang
kelas tiga. Ia sedang mencari seseorang disana. Tapi tidak ada. Ia berjalan
menuju kantin, tidak ada juga. Hingga akhirnya ia bertemu dengan sepupunya yang
sedang berjalan beriringan dengan Hoya. “Gyuri-a. apakah kau melihat Jiyeon?” Tanya
Myungsoo santai.
“Jiyeon?
Aku tadi melihatnya bersama JB pergi keatap. Mungkin mereka sedang latihan
bernyanyi.” Jawab Hoya sambil menunjukkan tangannya kearah belakang.
“Ah…
geuraeh. Gomawo.” Myungsoo pergi menyusuri jalan menuju atap sekolah.
Back
To Jiyeon. “Ayolah… aku akan menjelaskannya padamu nanti.” Ujar Jiyeon memohon.
“Tapi
kenapa kau ingin bercerai dengan ahjussi itu? Bukankah kau bisa mendapatkan apa
yang kau inginkan jika bersamanya?” Tanya JB.
“Jebalyo…
JB-ssi…”
“Tidak.
Pokoknya aku tidak bisa menuruti permintaanmmu untuk menciummu.” Jawab JB
tegas.
Jiyeon
melihat bayangan seseorang yang sedang mendekat kearahnya. Jiyeon tidak bisa
terus meminta persetujuan dari JB. “Mianhae.” Ujar Jiyeon. Dengan segera Jiyeon
menarik tengkuk JB dan menempelkan bibirnya dengan bibir pria itu. Jiyeon
langsung memejamkan matanya dan melumat bibir JB. JB tidak bisa menolak ciuman
Jiyeon dan tidak bisa membalas perlakuan Jiyeon.
Langkah
Myungsoo terhenti saat melihat pemandangan yang sedang berada tak jauh darinya
saat ini. Ia melihat siswi yang sedang berciuman dengan mesranya dipojok atap
tersebut. Myungsoo dapat melihat dengan jelas bahwa siswi itu adalah Jiyeon dan
JB. Myungsoo tidak tahan melihat Jiyeon berciuman dengan pria selain dirinya. “Jiyeon!”
bentak Myungsoo. Jiyeon seolah tidak mendengar suara Myungsoo. Ia masih
menikmati ciumannya. Myungsoo yang semakin tidak tahan dengan situasi panas itu
segera berlari dan menarik tubuh Jiyeon. Membuat Jiyeon dan JB terpaksa
melepaskan ciuman mereka.
“WAE
OPPA?! WAE?! APAKAH AKU TIDAK BOLEH BERCIUMAN DENGAN ORANG LAIN?! AKU MUAK
DENGANMU OPPA! AKU BOSAN TERUS BERSAMAMU! ARASSEO?!” JB mengerutkan dahinya
mendengar kalimat Jiyeon yang dilontarkan pada Myungsoo. Sesaat kemudian,
Jiyeon pergi meninggalkan JB dan Myungsoo yang masih mematung.
“GEURAE!
JIKA MENURUTMU MEMANG ITU SATU-SATUNYA PILIHAN! MARI KITA BERCERAI!” akhirnya
mau tidak mau Myungsoo harus melepaskan Jiyeon. Jiyeon menghentikan langkahnya
kemudian berjalan mendekati Myungsoo. “Waeyo? Kau tidak ingin bercerai
denganku?” Tanya Myungsoo saat Jiyeon sudah berada didekatnya. Namun, Jiyeon
tidak menjawab pertanyaan Myungsoo. Gadis itu melepas sebuah cincin yang ada
dijari manisnya dan mengambalikannya pada Myungsoo. Keberatan? Of course. Karena
sebenarnya ini bukan kemauan Jiyeon untuk menceraikan Myungsoo. Tapi ini adalah
ide gila mantan tunangan Kim Myungsoo. Bae Suzy.
∞∞∞
^Myungsoo’s
House^
Myungsoo
POV
“Kau
juga akan meninggalkan rumah ini?” Tanyaku pada Jiyeon. Kulihat dia sedang
memasukkan barang-barang yang ia bawa sendiri dulu. “Andwae! Aku tidak
mengijinkanmu pergi dari rumah ini!” larangku sambil meraih tangan Jiyeon.
“Oppa
lepaskan aku! Kau tidak punya hak atas diriku lagi!” balas Jiyeon sambil
menghempaskan tanganku. “Dan aku bukan lagi istrimu! Myungsoo-ssi.” Apa dia
bilang tadi? Myungsoo-ssi? Dia memanggilku begitu? Apakah dia benar-benar akan
meninggalkanku? Kulihat dia sudah selesai mengemasi barang-barangnya. Dia meletakkan
ponselnya diatas meja. “Aku hanya membawa barang yang benar-benar milikku saja.
Jadi kau jangan khawatir. Aku tidak membawa barangmu. Satupun.” Ujarnya
kemudian. Aku tidak ingin membiarkan Jiyeon pergi dari rumah ini.
“Tapi
kita masih belum resmi bercerai! Aku belum menerima surat cerai darimu!”
sahutku saat ia mulai berbalik kearah pintu.
“Mwo?
Ani. Kau bahkan sudah menandatanganinya. Kau lupa? Aku bahkan tidak perlu
repot-repot meminta persetujuanmu. Kau langsung menandatanganinya begitu saja.
Lihatlah. Surat cerainya sudah kau tanda tangani.” balasnya kemudian
menunjukkan surat cerainya.
Saat ia mulai
melangkah pergi, aku segera menarik kembali tangannya dan menempelkan bibirku
tepat dibibirnya. Dia memberontak, memukulku agar aku melepaskan ciuman ini. Aku
memeluknya semakin erat. Menarik tengkuknya dan memperdalam ciuman kami. Perlahan
Jiyeon sudah mulai menyerah dan terbawa suasana. Aku terus melumat bibirnya
yang selalu terasa manis saat aku menciumnya. Entah keberanian dari mana yang
aku dapatkan kali ini. Tanganku mulai bergerak melepaskan kancing baju yang ia
kenakan. Tidak ada respon dari Jiyeon. Aku terus melanjutkan pergerakanku tanpa
melepaskan ciuman panas yang aku lakukan saat ini. Namun, tiba-tiba Jiyeon
mendorongku dengan kasar hingga membuatku terpaksa melepaskan ciumanku.
Plakk!!!
Dia menamparku.
Wae? Bukankah kemarin dia ingin melakukannya bersamaku? Kenapa dia marah?
“Kurang ajar.”
Ujar Jiyeon tepat didepan wajahku. Apa dia bilang tadi? Kurang ajar? Apa
salahku? Dia sendiri kemarin yang memintaku bercinta dengannya. Dengan cepat ia
memasang kembali kancing bajunya dengan kasar. Namun aku kembali menahan
tangannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh ke atas kasur. Aku menindihnya
dan memperdekat jarak diantara kami. “Apa yang kau lakukan oppa?” ujarnya
lirih. Aku menahan tangannya diatas kepalanya. Dia terus berusaha untuk
melepaskan diri. Namun, kali ini aku tidak bisa menahan nafsuku. Setan hitam
kini telah menguasai diriku. Aku ingin menikmatinya untuk terakhir kalinya
sebelum dia pergi. Dan juga agar aku memiliki alasan untuk membawanya kembali
suatu hari nanti.
∞∞∞
Author
POV
^JB’s
House^
Tok tok tok…
Jiyeon mengetuk
pintu rumah JB beberapa kali. Penampilannya sangat berantakan. Bajunya pun
tidak serapih biasanya. Rambutnya sedikit kusut dan banyak bekas ciuman di
lehernya. Tak lama, pintu itu terbuka.
“Jiyeon? Ada apa
kau malam-malam datang ke sini?” Tanya Hoya. Jiyeon tak bisa menahan
keseimbangannya. Kepalanya terasa sangat pusing dan akhirnya ia kehilangan
kesadarannya. “Jiyeon?!” ujar Hoya panic. Ia menangkap tubuh Jiyeon sebelum
Jiyeon terjatuh ke lantai.
“JB!!! JB!!!
Palliwa!!” teriak Hoya memanggil JB.
“Wae?” Awalnya
JB sangat santai. Namun saat melihat Jiyeon pingsan, JB segera membantu Hoya
membawa Jiyeon ke kamar JB.
“Aku sudah
menelepon dokter Han. Dia sebentar lagi sampai.” Ujar Hoya.
Beberapa menit
kemudian seorang dokter datang dengan beberapa alat medis. “Nona Jiyeon
baik-baik saja. Dia hanya kelelahan. Dan… tampaknya dia baru saja melakukan ‘sesuatu’
dan membuatnya kelelahan.” Ujar dokter. Entah, JB dan Hoya menemukan arti lain
dari kata ‘sesuatu’. Tampak seperti *** (sensor).
“sebentar lagi
Nona Jiyeon akan segera sadar. Dan ini obat untuk menjaga kesehatannya. Diminum
tiga kali sehari setelah makan.” lanjut dokter Han sambil menyerahkan obat pada
JB.
“Gomawo uisanim.”
Ujar JB. Dokter Han pun pergi meninggalkan JB dan Jiyeon. Sementara Hoya
mengantar dokter Han keluar. Tak lama, Hoya kembali ke kamar JB.
“Apa yang
sebenarnya terjadi pada Jiyeon? Kenapa Dokter berkata seperti itu tadi?” tanya Hoya.
“Dia bercerai
dengan suaminya. Orang yang dulu pernah menginap disini dan bercerita tentang
Jiyeon. Masih ingatkah kau dengan orang itu?” Jelas JB. Pandangannya masih focus
pada Jiyeon yang masih belum sadar.
“Jadi… gadis
yang dinikahi oleh pewaris perusahaan terbesar di Korea itu adalah Jiyeon?” Tanya
Hoya tak percaya. JB mengangguk pelan. Sesaat kemudian, JB merasakan tangan
Jiyeon bergerak. Sepertinya ia sudah sadar.
“Jiyeon, kau
sudah bangun?” Tanya JB.
“JB? Akkhh!!”
pekik Jiyeon sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Kau jangan
banyak gerak dulu. Dokter bilang kau harus istirahat.” Ujar JB sambil
membaringkan Jiyeon lagi.
Ponsel JB tiba-tiba
bergetar. “Suamimu.” Jiyeon menatap JB lagi.
“Jangan katakan
padanya kalau aku disini.” Ujar Jiyeon sebelum JB menjawab panggilan Myungsoo.
“Ne ahjussi.”
“……”
“Anio. Jiyeon
tidak disini. Waeyo?”
Tuut…
Myungsoo menutup
telepon lebih dulu. JB kembali menatap Jiyeon. “Ini sudah malam. Istirahatlah. Besok,
kau jangan sekolah dulu. Biar aku yang membuatkan surat ijin untukmu nanti.”
Ujar JB. Ia pergi meninggalkan Jiyeon.
∞∞∞
Two
Days Later
^Kirin
Art High School^
“Eonni!” panggil
Gyuri saat ia melihat Jiyeon sedang berjalan berdampingan dengan JB. Ia berlari
kecil menghampiri Jiyeon. “Neo eodiga? Myungsoo Oppa menghubungiku dan
menanyakanmu. Wae geurae? Apakah kalian sedang bertengkar?” Tanya Gyuri
memborong. Jiyeon hanya diam. Ia menunduk. Ia tidak ingin kerabatnya tahu bahwa
ia sudah bercerai dengan Myungsoo. Tapi cepat atau lambat, semua orang pasti
akan tahu bahwa mereka telah bercerai.
“Ehem.
Gyuri-ssi. Sebaiknya kita tidak membicarakan ini disini. Kita cari tempat yang
sepi saja.” Sambung JB. Ia merasa tidak enak melihat Jiyeon yang hanya memilih
diam.
Disinilah mereka
sekarang. Atap sekolah. JB mengajak Gyuri dan Jiyeon berbicara diatap. “Eonni. Jelaskan
padaku. Sebenarnya ada apa dengan keluarga kalian?” Tanya Gyuri.
Dibelakang Gyuri
ada sebuah papan besar. Disana tampak seorang siswi sedang duduk santai. -Sulli-
Mendengar pertanyaan Gyuri, siswi itu membelalakkan matanya tidak percaya dan
terus menguping.
“Mianhaeyo
Gyuri-a. Aku dan Myungsoo oppa… sudah bercerai.” Jawab Jiyeon lambat.
“Mwo? Bercerai? Apa
maksudnya? Apakah Jiyeon sudah pernah menikah? Dan… siapa dia bilang tadi?
Myungsoo? Apakah Kim Myungsoo? Calon pewaris Woollim group sekaligus pemilik
KMS restaurant itu? Wah… ini pasti akan menjadi berita yang akan menggemparkan
seluruh sekolah bahkan dunia.” Gumam Sulli.
“Mwo? Bercerai? Bagaimana bisa? Jelaskan semuanya padaku. Kenapa
kalian bercerai?” Tanya Gyuri. Ia merasa bersalah. Karena bagaimanapun, Jiyeon
menikah dengan Myungsoo karena saran dari Gyuri.
“Sebenarnya… aku tidak ingin bercerai dengan Myungsoo oppa. Tapi…”
kalimat Jiyeon menggantung. Gyuri tidak sabar ingin mendengar alasan Jiyeon
menceraikan Myungsoo. “Tapi… seseorang mengancamku. Jika aku tidak segera
menceraikan Myungsoo oppa, dia akan mencelakakan eomma dan appa angkatku. Dan dua
hari ini, aku menginap dirumah JB. Aku berencana untuk pulang kerumahmu, tapi
aku tidak bisa. Aku takut mengganggu kalian. Gyuri-a. jebal, jangan katakan
pada siapapun kalau aku berada dirumah JB. Ne? jebalyo.” Jiyeon memohon pada
Gyuri. JB ikut sedih mendengar cerita Jiyeon.
“Jadi ini alasanmu memintaku menciummu kemarin? Karena kau dipaksa
untuk bercerai dengan ahjussi itu?” Tanya JB. Jiyeon mengangguk pelan.
“Mwo? Mereka bilang berciuman? Kemarin? Wah… benar-benar berita yang
sangat bagus.” Gumam Sulli lagi.
“Baiklah. Eonni. Ayo kita pulang kerumah bersama-sama nanti. Aku
yakin, appa tidak akan bertanya panjang lebar. Ne? kalau kau tinggal dirumah
JB, bagaimana anggapan orang nanti? Mereka akan mengira kalian bercerai karena kau
berselingkuh dengan JB.”
“Ne aku setuju dengan Gyuri. Sebaiknya kau pulang kerumahmu saja. Lagi
pula kau akan aman berada disana. Bagaimanapun, aku ini hanya temanmu saja. Tidak
kurang dan tidak lebih. Aku tidak ingin orang beranggapan negative terhadapmu.”
Sambung JB.
“Jadi begitu. Baiklah. Berita terbaru akan terupdate disekolah hari
ini.” ujar Sulli. Ia segera pergi meninggalkan atap.
JB dan Gyuri pergi meninggalkan Jiyeon terlebih dahulu. Jiyeon
menangis. Ia teringat dengan pertengkarannya dengan Myungsoo ditempat ini
kemarin. Berjam-jam Jiyeon duduk menatap lagit. Ia tidak mengikuti pelajaran
hari ini karena semua seonsaeng sedang rapat. Jiyeon sudah mulai bosan duduk
diatap, ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat Jiyeon hendak kembali ke
kelas, semua hagsaeng melihat kearahnya dengan tatapan yang menyeramkan. Jiyeon
berjalan menunduk. Ia merasa risih dengan pandangan hagsaeng yang ada disana.
Sesampainya dikelas, Jiyeon dikagetkan dengan suara hagsaeng bernama
Sulli yang tiba-tiba membentak Jiyeon tepat ditelinganya. “Ya!” Sulli berputar
mengelilingi Jiyeon sambil memainkan rambutnya yang panjang. “Park Jiyeon. Istri
sah dari calon pewaris Woollim group. Shh… tapi, kudengar sekarang kau bukan
lagi istrinya. Benar? Tentu saja. Karena aku mendengarnya sendiri. Seandainya,
Tn. Kim Myungsoo tahu kau tinggal bersama seorang pria. Dan pria itu sangat
mencintaimu. Menurutmu, apa yang akan dia lakukan? Apakah dia masih akan tetap
mencintaimu walaupun sudah bercerai denganmu? Ah, kurasa dia tidak akan pernah
sudi mencintaimu. Karena kau adalah saudara sepupunya. Aku sama sekali tidak
menduga kalau gadis sepolos kamu ternyata sudah menikah. Dan… eomeo. Apa ini?
apakah ini ulah suamimu? Ah mian. Maksudku, mantan suamimu?” Tanya Sulli sambil
menekankan kata ‘mantan’ tepat disamping telinga Jiyeon. Jiyeon hanya mematung
tidak membalas ataupun menjawab semua pertanyaan Sulli.
“JB!” panggil Hoya dari arah belakang. Ia berlari kearah JB. “ya
sebaiknya kau kembali ke kelas sekarang. Sulli, dia mengganggu Jiyeon. Dia
sudah tahu bahwa Jiyeon sudah menikah.” Jelas Hoya singkat. Dengan segera JB
berlari ke kelas. Sesampainya dikelas. Ia melihat sekerumunan hagsaeng didepan
pintu. JB menerobos masuk. Ia melihat Gyuri sedang menjambak rambut Sulli.
“Ya. Kalau kau berani melakukan itu pada eonniku, maka kau akan
berurusan denganku dan kepala sekolah karena telah menyebarkan masalah pribadi
seseorang. Dan satu hal lagi yang perlu kau tahu. Dalam peraturan sekolah tidak
disebutkan bahwa siswi yang sudah menikah harus keluar dari sekolah. Selama
siswi itu bisa menjaga sikap, maka dia berhak untuk sekolah di Kirin Art High
School ini. arasseo?” jelas Gyuri sambil mendorong kepala Sulli. “Gayo eonni.”
Ujar Gyuri sambil menarik tangan Jiyeon pergi dari kelas.
“Jiyeon gwaenchana?” Tanya JB khawatir. “Apakah hagsaeng itu memukulmu
tadi?” Jiyeon menggeleng.
“Eonni, perlukah aku mengadu kepada appa agar gadis itu dikeluarkan
dari sekolah? Isshh… dasar gadis menyebalkan.” Rutuk Gyuri.
“Dwaesseoyo. Lagipula sebentar lagi kita lulus.” Ujar Jiyeon.
“Oh iya, berbicara tentang kelulusan, nanti kalian akan kuliah
dimana? Aku dan JB akan kuliah di Yongin University. Kau tau kan, kami itu
seperti perangko. Sekali menempel tidak dapat di lepas lagi.” Tanya Hoya sambil
menjawab pertanyaannya sendiri.
“Aku berencana untuk kuliah fashion di amerika. Mungkin aku dan
eonniku akan terpisah. Aku akan kuliah di NFS (New York Fashion School).” Jawab
Gyuri sambil merangkul bahu Jiyeon.
“Bagaimana denganmu Jiyeon?” Tanya Hoya lagi.
“Na? molla. Sepertinya aku tidak akan melanjutkan sekolahku.” Jawab
Jiyeon kecewa.
“Waeyo eonni? Kau pintar, cantik dan kau juga memiliki suara yang
bagus. Kenapa eonni tidak kuliah dijurusan music saja? Nanti aku yang akan
mengatakannya sama appa.” Sambung Gyuri.
∞∞∞
^Myungsoo’s
House^
Sudah dua hari Myungsoo
duduk disudut tempat tidur sambil memeluk sebuah figura berwarna putih. Matanya
membengkak, dan penampilannya pun acak-acakan. Ia sudah mencoba mencari Jiyeon
kemana-mana namun ia tidak menemukan jejak keberadaan mantan istrinya. Walaupun
ia sudah bercerai dengan Jiyeon setidaknya ia bisa melihat keadaan mantan
istrinya.
Gieokhanayo? Uri hamkke haetdeon sigan L.O.V.E Luv, Seolleinayo
han ttaen modeun geosieotdeon L.O.V.E Luv, Ijeneun gakkeum saenggangnaneun
geuttae L.O.V.E Luv, Siganeul doedollil suneun eomnayo, Mideul suga eobseo
hancham jinabeorin uri yaegi.
Ponsel Jiyeon berdering
beberapa kali. Myungsoo yang mendengar deringan itu segera meraih ponsel Jiyeon
dan menjawabnya.
“Ya! Park Jiyeon! Kapan kau akan menceraikan Kim
Myungsoo? Ini sudah sampai pada waktu yang telah ditentukan. Kenapa kau masih
belum menceraikannya? Apakah kau masih memerlukan bantuan lagi? Kurasa
rencanaku waktu itu sudah cukup untuk membuat Myungsoo menyerah dan
menceraikanmu.” Myungsoo seketika mematung
mendengar kalimat penelepon. Suara gadis itu terdengar tidak asing ditelinga
Myungsoo. “Ya! Park Jiyeon! Kau tuli? Kenapa
kau tidak menjawabku? Ya!” teriaknya lagi. Myungsoo langsung menyadari
bahwa Jiyeon bercerai dengannya bukan karena maunya sendiri. Tapi karena ada unsur
paksaan dari Suzy. Mantan tunangan Myungsoo.
“Suzy?” Tanya
Myugsoo memastikan.
“Nu-nugu seyo?” balas
Suzy. “Kim Myungsoo? Ah Mianhae
Myungsoo-ssi. Ini tidak seperti yang kau-” tuut. Myungsoo menutup sambungan
teleponnya. Ia segera membersihkan dirinya dan pergi ke sebuah tempat. Tempat
yang tidak pernah terpikirkan oleh Myungsoo selama dua hari. Berharap dapat
menemukan Jiyeon disana.
“Myungsoo-ya? Neo
eodiga?” Tanya Jihyo. -Eomma Myungsoo-. Ia baru saja memasuki rumah Myungsoo
dengan beberapa tas yang berisi pakaian dan perhiasan untuk Jiyeon. “waeyo? Apakah
ada masalah? Ah, mana mungkin. Kalau benar ada masalah, Myungsoo pasti akan
memberitahu kami.” Gumam Jihyo. Ia menuju kamar Myungsoo. “Hah?!” Jihyo
terbelalak kaget melihat kamar Myungsoo yang tampak berantakan. “Igeo mwoya? Apakah
Jiyeon tidak pernah membersihkan kamar ini? aigo…” Jihyo beranjak masuk dan
merapikan kamar berantakan itu. Saat Jihyo memindahkan bantal Myungsoo selembar
kertas terjatuh ke lantai. “Surat? Dari siapa ini?” Jihyo penasaran dengan isi
surat itu. Ia segera membuka lembaran itu dan membacanya. “Mwo?! Jadi mereka
sudah bercerai? Waeyo? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja sebelumnya?”
Jihyo shock membaca surat dari Jiyeon itu. Dengan cepat ia menghubungi
suaminya. Kim Sunggyu.
∞∞∞
^Kirin
Art High School^
Myungsoo telah sampai ditempat tujuannya. Tak butuh waktu lama untuk
sampai ditempat itu. Ia menatap gedung sekolah Kirin sekilas dan meraih
ponselnya. Ia menghubungi Gyuri.
Gyuri dan Jiyeon sedang berjalan menuju kantin, diikuti oleh JB dan Hoya
dibelakangnya. Gyuri merasakan ponselnya bergetar. Ia segera meraih ponselnya
dan melihat neme penelepon. Tertera dengan jelas nama ‘Myungsoo Oppa’ dilayar
ponselnya. “Eonni, aku ketoilet dulu sebentar.” Pamit Gyuri seolah tidak ingin
Jiyeon tahu bahwa yang meneleponnya adalah mantan suami Jiyeon.
“Ne, oppa?” sapa Gyuri.
“Gyuri-a. apakah Jiyeon sekolah hari ini? apakah dia baik-baik saja?”
“Ne. ah oppa. Eonni sekarang tinggal bersamaku. Dia sudah cerita semuanya
padaku dan JB. Termasuk alasannya memintamu menceraikannya. Dia bilang
seseorang mengancamnya. Dan kurasa itu adalah Suzy. Mantan tunangan oppa.” Ujar
Gyuri.
“Gyuri-a. Bisakah kau membawa Jiyeon keluar nanti malam?”
“Nanti malam? Oppa kerumah saja, nanti appa akan mengadakan makan malam
bersama.”
“Gyuri-a.” Sapa Jiyeon. Sontak Gyuri kaget dan menurunkan ponselnya. “nugunde?”
Tanya Jiyeon.
“Ah… igeo… euhh… samcheon. Eo. Samcheon.” Jawab Gyuri gugup. “Eo. Samcheon
sampai jumpa nanti. Annyeong.” Ujar Gyuri sambil mengakhiri panggilannya. “Gayo
Eonni.” ajak Gyuri. Jiyeon hanya menatap Gyuri heran.
Disisi lain, Myungsoo sedang berdiri disamping mobilnya. Setengah jam
lagi, bel pulang akan berbunyi. Ia berharap bisa bertemu dengan Jiyeon saat itu
juga. Sekilas ia teringat perkataan Suzy tadi. “Kenapa Jiyeon tidak pernah
mengatakan itu sebelumnya padaku? Kenapa dia menutupinya dariku? Karena itukah
dia menceraikanku? Tapi apa tujuannya mengancam Jiyeon? Dan apa motifnya?”
Myungsoo terus saja bergumam sendiri sambil menunggu Jiyeon. Ia meraih
ponselnya dan menghubungi seseorang. “Ne. Tolong selidiki tentang keberadaan
Suzy sekarang juga.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Myungsoo. Ia pun
mengakhiri panggilannya.
∞∞∞
Jiyeon POV
Bel pulang sudah
berbunyi. Seonsaengnim meninggalkan ruang kelas kami. Hari ini aku merasa ada
berbeda dengan sebelumnya. Apakah karena statusku yang sekarang sudah bercerai?
Entahlah. Mungkin bukan karena itu. Aku segera mengemasi buku yang sejak tadi
berada diatas meja kedalam tasku.
Saat aku tiba di
depan sekolah, aku melihat seseorang yang tidak asing lagi bagiku. “Kim
Myungsoo?” gumamku pelan. Aku mulai berjalan menghindar dari pandangannya. Aku
bahkan meninggalkan Gyuri yang sedang bersamaku.
“Park Jiyeon!”
panggil Myungsoo. Suara itu bahkan masih terdengar indah ditelingaku. Kenapa
aku harus mau menceraikannya? Kenapa aku menceraikannya? Kenapa aku harus
mengalah pada orang yang sama sekali tidak Myungsoo sukai? Dan mengapa juga aku
harus percaya dengan semua ancaman yang dia berikan padaku? Semua pertanyaan
itu terlintas begitu saja dipikiranku.
Aku berlari dan
terus berlari. Dan entah bagaimana Myungsoo bisa berada dihadapanku bersama
Gyuri. Aku menghentikan langkahku begitu saja. “Jiyeon. Kenapa kau
menghindariku? Walaupun kita sudah menikah sebelumnya, kita masih ada ikatan
saudara. Dan kau tidak akan bisa menghidar dariku.”
“APA MAUMU KIM
MYUNGSOO?! KAU TIDAK TAHU KAU SUDAH SALAH TELAH MELAKUKAN INI PADAKU HAH?!”
teriakku terbawa emosi. Oh tidak. Kenapa aku yang marah? Harusnya dia yang
marah bukan aku. Karena perceraian ini terjadi karena aku yang memintanya. Walaupun
tidak murni permintaanku. Saat ini semua orang tengah memperhatikan kami.
Banyak orang yang mengambil gambar kami berdua.
“Lihat itu. Bukankah
itu Kim Myungsoo?” Tanya seseorang dari seberang. Aku bahkan masih bisa
mendengarnya. Sekarang semua orang akan tahu kalau aku dan Kim Myungsoo calon
pewaris Woollim Group telah bercerai. Tapi, jika aku melakukan itu, apakah akan
mempengaruhi reputasi perusahaannya?
“Eonni, Oppa,
sebaiknya kita bicarakan ini dirumah saja. Orang-orang melihat kita.” Ujar
Gyuri lembut. Seakan tidak ingin aku marah. Akhirnya aku memilih untuk diam dan
mengikuti Gyuri. Myungsoo membukakan pintu mobil dan memintaku duduk disebelah
kursi kemudi. Tapi aku menolak. Aku lebih memilih duduk dibelakang bersama
Gyuri. Karena sekarang kami adalah orang asing yang tidak saling mengenal.
∞∞∞
^Nam
Family’s House^
“Kenapa kau
terus mengikutiku?! Apa yang kau inginkan dariku?! Bukankah aku sudah bilang padamu
kalau aku tidak membawa barang satu pun yang sudah kau berikan padaku.” Ujarku
ketus.
“Jiyeon
dengarkan dulu. Aku ingin bertanya sesuatu padamu.” Ujarnya sambil menarikku
memasuki kamarku. Sesampainya dikamar, aku menghempaskan tangan Myungsoo dari tanganku
dengan kasar. “Jiyeon. Jawablah pertanyaanku dengan sejujur-jujurnya.” Ujarnya.
“Tanya saja.” Jawabku.
“Apakah ini
semua karena ancaman Suzy?” dari mana kau tahu Myungsoo? Dari mana kau tahu
itu? Aku takut. Aku takut jika ancaman Suzy benar-benar terjadi. “Kenapa kau
diam saja? Benarkah dia yang memaksamu?” tanyanya sekali lagi. Aku tidak bisa
menjawabnya. Karena itu semua benar adanya. Memang dia yang memaksaku
menceraikan Kim Myungsoo dengan ancamannya. “Kurasa itu adalah jawaban yang
berarti Ya. Gayo. Kembali kerumah. Aku janji, aku akan melindungimu. Aku akan
memastikan bahwa Suzy tidak akan kembali lagi.” Ujarnya. Aku menatapnya kesal
dan pergi dari hadapannya segera. Satu-satunya tempat yang bisa aku tuju saat
ini adalah kamar mandi. Aku mengunci pintu rapat-rapat. Didalam sini aku
menangis. Aku tidak bisa menjawabnya. Sebenarnya aku ingin kembali bersama Kim
Myungsoo. Tapi aku tidak bisa. Bagaimanapun juga aku adalah sepupu Kim
Myungsoo.
“Mianhaeyo oppa.
Aku bukan lagi istrimu. Aku hanya adik sepupumu. Itu saja. Tidak kurang dan
tidak lebih. Sebaiknya kau pergi saja sekarang.” Jelasku. Perlahan dia pergi
dari kamarku.
∞∞∞
Author
POV
^Jinsung
Group^
^Director
Room^
Seorang pria
berjas hitam tampak sedang asik bercengkrama dengan kerabatnya. Siapa lagi
kalau bukan Kim Sunggyu. Pemilik Woollim Group. Mereka tampak sedang
merencanakan sesuatu yang sangat penting.
“Woohyun-ssi kau
sudah mengetahui semuanya tentang anak kita. Menurutmu bagaimana?” tanya
Sunggyu.
“Aku terserah
pada Jiyeon. Tapi, sebenarnya aku keberatan kalau dia harus berpisah dengan
anakmu. Aku tidak ingin menerima siapapun lagi kecuali bila Myungsoo dan Jiyeon
kembali menikah.” Jelas Woohyun penuh perasaan.
“Yah. Baguslah
kalau begitu. Apakah kau masih ingat saat istrimu melahirkan Jiyeon? Kau dan
aku berencana untuk menjodohkan mereka. Dan sekarang semuanya sudah terjadi
tapi mereka harus berpisah. Kalau saja waktu itu aku percaya bahwa Jiyeon akan
kembali, pasti kehidupan mereka tidak akan seperti ini. Dan tidak akan pernah
ada orang yang bernama Suzy di kehidupan mereka.”
“Kalau begitu…
bagaimana kalau kita buat mereka dekat lagi. Masalah ini bukan terletak pada
Myungsoo. Tapi Suzy. Setelah kita berhasil membuat Suzy pergi, tinggal kita
meyakinkan Jiyeon. apakah dia mau kembali pada Myungsoo atau tidak.”
“Jadi maksudmu…
kau ingin mempersatukan mereka kembali?” tanya Sunggyu.
“Eo. Setelah
ini, aku berencana untuk mengirim Jiyeon ke Paris. Aku sudah mendaftarkannya di
sekolah music terkenal disana. Dengan begitu, Suzy tidak akan mengganggu
kehidupan mereka lagi.” Ujar Woohyun.
“Baiklah. Aku
akan mengirim Myungsoo pergi ke Paris bersama Jiyeon. Sedangkan Suzy, biar
istriku yang mengurusnya.”
“Baiklah. Jadi…
kita sepakat?” tanya Woohyun.
“Of course.” Para
appa sudah sepakat bahwa mereka akan menyatukan pasangan Myungyeon kembali
dengan rencana yang telah mereka susun sedemikian rupa. Bagaimana kelanjutan
ceritanya? Apakah rencana tersebut berjalan sesuai dengan keinginan mereka? Nantikan
chapter berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar