Senin, 25 April 2016

[Nappeun Namja Pt. 4] That's My Little Brother


Cast     : Jeon Jungkook, Kim Taehyung, Lee Jinsol, Park Jimin
Genre   : Family, Happy (?), etc.
Length   : Chapter
Author   : Ms. Childish


Benarkah dia anakku? Aku merindukanmu Jinsol. Apakah ini anak kita? Dia sudah tumbuh besar dan sangat baik. Dia tampan sama sepertiku. Bisakah aku memilikimu suatu hari? Aku ingin menebus semua kesalahanku. –Jeon Jungkook-

“Hei lihat Jungkook. Dia mirip sepertimu.” Ujar J-Hope sambil mencubit gemas pipi Sungjong.
“Siapa nama anak ini?” Tanya Taehyung. “Dia sangat imut dan lucu.” Lanjut Taehyung sambil mencubit pelan pipi Sungjong.
“Dia keponakan pacarku. Namanya Sungjong. Jangan cubit dia Taehyung!” bentak Jimin saat melihat Taehyung mencubit Sungjong.
“Hyung. Bolehkah aku menggendongnya?” Tanya Jungkook.
“Tidak boleh! Dia anakku.” Larang Taehyung. Seketika semua member BTS yang ada disana tertawa melihat tingkah Taehyung.
“Mber. Aku ingin mengenalkan pacarku pada kalian.” Ujar Jimin. “Jinsol.”
‘Jinsol?’ tanya batin Jungkook saat Jimin menyebutkan nama Jinsol. Beberapa detik kemudian seorang gadis cantik masuk dan berdiri di sebelah Jimin. ‘Benarkah itu Jinsol temanku? Dia masih sama seperti dulu. Lalu apakah balita ini anakku? Anakku bahkan sudah sebesar ini.’ Gumam batin Jungkook.
“Annyeong. Oppadeul. Namaku Lee Jinsol.” Ujar Jinsol sambil menebarkan senyumannya.
“Jinsol. Kenalkan. Yang itu Jin hyung. Itu Rapmon hyung. Jihop hyung. Syuga hyung. Taehyung dan yang ituu…” Ujar Jimin sambil menunjuk satu persatu member BTS dan ucapannya terhenti pada Jungkook. “Yang itu… panggil saja Kookie.”
“Hyung. Aku titipkan Sungjong pada kalian ya. Aku akan pergi bersama Jinsol.” Pamit Jimin.
‘Dia tidak mengenalku? Apa dia sudah melupakanku? Atau perubahan wajahku sangat jauh dengan dulu? Ini aneh.’

Some Hour Later

Jimin dan Jinsol masih belum kembali sejak tadi. Sungjong menangis. sepertinya ia ingin tidur. Taehyung mencoba untuk membuat Sungjong tidur namun balita itu tetap saja menangis.
“Hyung. Biarkan aku yang menggendongnya.” Ujar Jungkook. Taehyung mengerti dengan perasaan Jungkook. Ia segera menyerahkan Sungjong kedalam gendongan Jungkook. Dan beberapa saat kemudian balita itu sudah berhenti menangis dan terlelap dalam gendongan Jungkook. “Hyung aku akan menemaninya di kamarku.” Pamit Jungkook.

‘Apakah kau anakku? Aku tidak tahu kau anakku atau memang benar keponakan Jinsol. Jika kau anakku. Maafkan aku nak. Aku berjanji padamu. Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan pada kalian berdua. Aku akan bertanggung jawab atas dirimu dan ibumu.’ Jungkook bergumam dalam hatinya. Memang beberapa bulan terakhir, ia merasa bersalah pada Jinsol. Ia ingin mencari Jinsol dan menikahinya. Tapi saat ia melihat Jinsol tersenyum di samping Jimin, ia mengurungkan niatnya untuk menikahi Jinsol. Ia berpikir Jinsol akan membencinya jika gadis itu tau bahwa Kookie yang menjadi member kesayangan Jimin adalah seseorang yang nyaris merusak masa depan Jinsol.

“Hyung. Mana Sungjong?” Tanya Jimin saat ia baru saja sampai di dorm.
“Ah. Dia sedang bersama Kookie di kamarnya. Sepertinya anak itu menyukai Kookie. Dia langsung tertidur saat Kookie menggendongnya.” Jawab Namjoon.

Jimin tiba di depan pintu kamar Jungkook. Ia melihat Sungjong dan Jungkook sedang tidur bersebelahan. Jimin memperhatikan keduanya sambil tersenyum. ‘bagaimana bisa mereka begitu mirip? Apa mereka adalah saudara yang terpisah?’ beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul begitu saja di pikiran Jimin. Jimin menggendong Sungjong dan membawanya kembali bersama Jinsol.
“Hyung. Aku akan mengantarnya pulang dulu.” Pamit Jimin.

Malam telah tiba. Jungkook sedang berdiri di balkon kamarnya. Menikmati keindahan langit, sambil merenungkan segala kesalahannya. Ia sedang memegang buku tulis dengan sampul warna merah. Buku yang baru ia beli bulan lalu. Ia menjadikannya sebagai buku hariannya. Semua isi hati yang tidak pernah bisa ia ungkapkan pada orang lain ia tulis disana. Termasuk semua ingatan tentang kesalahannya dimasa lalu.

Kau semakin cantik. Kau juga terlihat semakin dewasa. Kau menjadi wanita yang kuat. Membesarkan anak kita sebagai keponakan itu sulit. Aku menyesal telah meninggalkanmu di masa lalu. Kau terlihat sangat bahagia tadi. Bersama Jimin hyung. Kurasa aku harus menjauh darimu. Dan tetap menjadi orang asing bagimu. Aku tidak ingin menjadi pengacau hidupmu. Selamanya. Kau hanya mimpiku. Biarkan perasaan ini ku pendam sendiri. Walau terasa begitu sakit. Walau ada rasa kecewa di dalam hati. Walau sedih dan tangis mengiringi ingatanku denganmu di masa lalu. Aku. Hanya PENGACAU bagimu. Aku senang melihatmu tersenyum bersama Jimin hyung. Jinsol. Maafkan aku atas kesalahan terbesarku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan mengganggumu bersama Jimin. Semoga kau bahagia.

“JUNGKOOK!” teriak Taehyung dari pintu kamarnya. Pria itu menghampiri Jungkook tatkala dirinya melihat orang yang dicarinya sedang berdiri di balkon.
Dengan segera Jungkook menutup bukunya dan meletakkannya di dalam bajunya. “Wae hyung?” Jungkook berbalik.
“Sedang apa kau?” Taehyung menepuk pundak Jungkook.
“Hyung.” Jungkook memeluk Taehyung dengan erat. “Hyung aku menyesal.” Air matanya mengalir. Satu-satunya orang yang mengetahui masa lalunya adalah Taehyung. Mantan kekasih Jinsol.
“Kau kenapa Kook? Apa ini karena Jinsol? Kau cemburu?” Tanya Taehyung.
“Aku menyesal hyung. Dia… dia anaknya. Bukan keponakannya. Aku tau itu. Hyung. Aku adalah pria terjahat di dunia ini. Aku tidak ingin meninggalkannya. Tapi, jika aku tidak pergi orang tuaku akan curiga dan… aku tidak bisa menjadi artis terkenal seperti sekarang. Hyung. Aku bekerja dan kembali untuknya. Aku ingin memilikinya. Tapi… dia sudah bahagia bersama Jimin hyung. Dan… bulan depan mereka akan bertunangan. Aku benar-benar menyesal hyung.” Masih banyak kalimat yang Jungkook ungkapkan pada Taehyung. Rasa menyesalnya. Semuanya. Taehyung menemani Jungkook hingga pria itu tertidur.

Seminggu telah berlalu begitu cepat. Kondisi Jungkook saat ini sedang tidak baik. Sejak hari itu nafsu makan Jungkook berkurang. Ia juga tidak focus pada latihannya di dorm hingga sang leader menegurnya beberapa kali.
Saat ini Jungkook sedang beristirahat di kamarnya. Leader dan member tertua menyuruhnya istirahat untuk sementara waktu hingga ia merasa tenang.
“Jungkook.” Panggil Taehyung. Jungkook hanya menoleh menatap Taehyung dengan matanya yang membengkak dan merah. “Sampai kapan kau seperti ini? Mana semangatmu? Katakan padanya jika kau memang benar-benar mencintainya. Katakan padanya jika kau menyesal. Jangan putus asa seperti ini. Ini. Aku sudah mendapatkan nomor ponsel Jinsol. Jangan Tanya aku mendapatkannya dari mana.” Taehyung menyerahkan secarik kertas yang berisi nomor ponsel Jinsol pada Jungkook. “Bicaralah dan ajak dia bertemu saat kau sudah sembuh. Sekarang kau harus istirahat.” Taehyung mengacak rambut Jungkook. Pria itu tersenyum. Semangatnya seolah telah kembali. Lagi-lagi Jungkook harus beristirahat.

Esoknya, Jungkook terlihat sudah membaik. Jungkook menatap kertas pemberian Taehyung kemarin. Jungkook meraih ponselnya dan menyimpan nomor ponsel Jinsol. Pria itu berjalan menuju suatu tempat. Sebuah taman di dekat tempat syuting Jinsol. Jungkook merogoh ponselnya. Dengan perasaan ragu, Jungkook menekan tombol panggil di ponselnya. Tuuuut… panggilannya telah tersambung.

Jinsol sedang beristirahat setelah syutingnya berakhir. Syuting film pertamanya. Jinsol menghentikan aktivitasnya saat ia mendengar getaran ponselnya.
“Hallo?” sapa Jinsol.
“Apa ini Jinsol?” Tanya Jungkook memulai pembicaraan.
“Iya. Saya sendiri. Kau siapa?”
“Ini aku. Jungkook.” Jinsol tampak kaget begitu pria itu menyebutkan dirinya kalau ia Jungkook.
“J-Jungkook? Ke-kenapa kau menghubungiku?” Jinsol mencoba untuk tidak menjatuhkan air matanya. Ia menutup mulutnya dengan tangan kiri.
“Temui aku di taman”
“Tapi…” belum selesai Jinsol berbicara Jungkook sudah mematikan sambungannya lebih dulu.
Dengan segera Jinsol berjalan menuju taman. Sebenarnya ia tidak yakin bahwa taman yang dimaksud adalah taman di dekat tempat syutingnya. Tapi ia tetap saja berjalan menuju tempat itu. Jinsol mencari-cari keberadaan Jungkook saat ia tiba di taman.
“Jinsol.” Panggil Jungkook dari belakang. Seketika Jinsol menoleh ke arah sumber suara. Pria itu membawa Jinsol ke tempat yang begitu sepi. Hingga tak seorang pun yang bisa melihatnya.
“Ko-kookie? Bukankah kau Kookie?”
“Ini aku Jungkook. Kau sudah lupa padaku?” Tanya Jungkook.
“Tidak. Ini tidak mungkin. Kenapa kau datang lagi? Apa maumu?” Tanya Jinsol.
“Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu. Ini tentang… anak kita.” Ujar Jungkook memulai pembicaraan.
“anak kita? Cih. Kau bilang anak kita? Anak kita sudah mati.” Jawab Jinsol penuh emosi.
“Tidak. Anak yang kau bawa ke dorm saat itu. Dia bukan keponakanmu. Dia anakku kan?”
“Apa maksudmu itu anakmu? Dia, keponakanku. Anak kita sudah mati! Bukankah kau sendiri yang menyuruhku menggugurkan kandunganku saat itu?! kau ingin pergi ke Amerika dan-” Ucapan Jinsol tiba-tiba terhenti saat Jungkook mendaratkan ciumannya di bibir Jinsol. Plakk! Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi mulus Jungkook saat pria itu melepaskan ciumannya. “Kau! Pria paling brengsek yang pernah aku temui!” Jinsol marah. Ia meninggalkan Jungkook sendirian di tempat itu.

Drrt… drrttt… ponsel Jinsol bergetar. Jinsol menatap nama pemanggil itu.
“Ne oppa. Aku sedang menuju kesana.”
“…”
“Ne.” Jinsol meletakkan kembali ponselnya di saku mantelnya.
“Jinsol! Aku menyesali semuanya. Aku ingin bertanggung jawab! Tapi jika kau ingin aku pergi, maka aku akan pergi! Semoga kau bahagia bersama Jimin hyung!” teriak Jungkook dari jauh. Jinsol mendengarnya dengan jelas. Ia menangis tapi ia tidak berbalik. Ia tidak memiliki niatan untuk berbalik.

Malam telah tiba. Jinsol berdiri menatap bintang melalui jendela kamarnya. “Kenapa kau kembali saat aku sudah aku melupakanmu? Dimana kau saat aku berharap kau mencariku? Kau bahkan tidak mempedulikan masa depanku. Kau hanya mempedulikan dirimu sendiri. Kenapa kau kembali ke dalam kehidupanku? Apa alasanmu menanyakan anakku? Kau ingin merebutnya? Semoga itu tidak terjadi. Aku tidak ingin itu semua terjadi.” Jinsol bergumam sambil terus menatap bintang di langit.
“Nuna~” panggil seorang anak kecil dari belakang Jinsol. Jinsol segera berbalik dan memeluk anak kecil itu.
“Ada apa Sungjong? Dimana ayah dan ibumu?” Tanya Jinsol.
“Aku tidak bisa tidur… aku ingin tidur bersama nuna.” jawab anak itu sambil terus memeluk mainannya.

“Baiklah. Nuna akan menemanimu tidur. Jha.” Jinsol menggendog Sungjong dan membaringkannya di samping dirinya. Beberapa saat kemudian Sungjong dan Jinsol terlelap bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar