Senin, 04 April 2016

Because I Born To Be Yours Part 5


Title       : Because I Born To Be Yours Part 5
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Henry Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate            : 17+
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

             Jiyeon kini tengah berjalan di trotoar jalan dengan beberapa barang yang dibawanya dari mini market. Ia berencana untuk pergi kerumah orang tua angkatnya. Orang tua yang telah membesarkannya. Jiyeon memasuki sebuah gang sempit yang sangat sepi. Tiba-tiba seseorang membungkam mulutnya dengan sapu tangan yang sudah di beri obat bius.
             Jiyeon mulai tersadar setelah beberapa jam pingsan karena obat bius. Ia merasakan sakit di bagian kepalanya namun tangannya tak mampu memegangi kepalanya yang sakit. Tangan dan kaki Jiyeon sedang diikat di sebuah kursi yang Jiyeon duduki sekarang.

^Nam Family’s House^
             Seorang wanita paruh baya kini sedang mondar mandir di ruang tamu. Ada perasaan khawatir yang menghampirinya. Bagaimana tidak? Buah hatinya yang pernah menghilang belu juga kembali. Ponselnya pun tidak aktif. “Yeobo… kau tenang dulu. Aku sudah melapor ke polisi. Aku yakin polisi akan segera menemukan Jiyeon.” Ujar Woohyun menenangkan. Semua orang tengah berkumpul di rumah itu.
             Ddrrtt… ddrrtt… ddrrtt…
             Ponsel Myungsoo bergetar beberapa kali. Dengan segera, Myungsoo menjawab panggilan dari nomor tak dikenal itu. “Yeoboseyo?” sapa Myungsoo.
             “Oppa, apakah kalian sedang menghawatirkan si cantik Jiyeon? Dia sekarang sedang bersamaku.” Ujar seseorang dari seberang.
             “Ya! Dimana kau menyembunyikan Jiyeon?!”
             “Kau mau Jiyeon selamat? Datang saja ke tempat yang aku kirim. Dan ingatlah, jangan membawa polisi atau teman. Karena aku tidak akan segan-segan untuk membunuhnya jika kau melanggar itu.”
“tuut… tuutt…” orang itu mengakhiri panggilannya.
“Y-ya!!” Myungsoo dengan kesal menutup ponselnya.
             Beberapa saat kemudian, Myungsoo mendapat sebuah pesan. Disana Myungsoo melihat Jiyeon yang sedang diikat di kursi dan tidak sadarkan diri. Ia membaca terusan pesan itu dan segera meraih kunci mobil yang ia letakkan di atas meja.
             “Eomeonim. Aku akan membawa Jiyeon kembali.” Ujar Myungsoo.
             “Tolong bawa Jiyeon kembali dengan selamat Myungsoo.” Pinta Woohyun lirih.
             “Aku ikut.” Ujar Gyuri.
             “Kau jangan ikut. Ini berbahaya. Aku sudah memanggil polisi untuk mengikutiku secara diam-diam. Orang itu mengancamku. Kalau aku tidak datang sendiri, dia akan membunuh Jiyeon.” Ujar Myungsoo. Dengan segera ia pergi keluar menuju alamat yang dikirimkan orang asing yang menculik Jiyeon.
             Di belakang mobil Myungsoo ada beberapa mobil yang mengikuti Myungsoo. Yah, itu mobil polisi. Tak lama, akhirnya Myungsoo tiba disebuah tempat yang terlihat seperti sebuah gudang. Ia meraih ponselnya dan menghubungi orang yang mengirimkan pesan pada Myungsoo tadi. Beberapa saat kemudian dua orang pria datang dan membawa Myungsoo masuk ke dalam gedung tersebut. Myungsoo melihat Jiyeon yang terkulai lemas.
             “Jiyeon!!” teriak Myungsoo sambil melangkah mendekati Jiyeon. Namun langkahnya terhenti saat seorang wanita memanggil namanya dan memeluknya dari belakang. “Ya!! Lepaskan aku Bae Suzy! Aku tidak sudi bersentuhan denganmu!!!” teriak Myungsoo sambil menghempaskan tubuh Suzy hingga pelukannya terlepas.
             “Kenapa hm? Jangan bilang kau mencintai Jiyeon? Bukankah kau menikahi Jiyeon karena hutang ayah angkatnya?!” bentak Suzy.
             “Eo. Aku mencintainya. Dan aku sama sekali tidak menduga bahwa perceraianku dengannya, terjadi karena ulahmu!!!”
             “Oh begitu?! Baiklah. Jika itu maumu.” Suzy berjalan mendekati Jiyeon dan mengeluarkan pisau yang berada di sakunya. Suzy mendekatkan pisau itu di leher Jiyeon.
             “Aaa!!!” Jiyeon berteriak ketakutan. Tiba-tiba tangannya gemetar.
             Myungsoo yang melihat itu dengan segera berjalan mendekati Jiyeon dan Suzy. “Jangan lakukan itu Suzy!” perintah Myungsoo.
             “Wae?! Aku ingin kau menjadi milikku!!! Hanya milikku!!! Aku tidak ingin anak ini menjadi penghalang cinta kita!!!” teriak Suzy. Myungsoo terus melangkah mendekati Jiyeon. “Jangan mendekat!!! Selangkah lagi kau bergerak mendekatiku, aku tidak akan segan-segan membunuh mantan istri tercintamu!!!” ancam Suzy.
             “Oppa!! Tinggalkan aku!! Menikahlah dengan Suzy!! Dia jauh lebih pantas untukmu dari pada aku!!” teriak Jiyeon. Tiba-tiba saja, polisi masuk ke dalam gedung itu dan menangkap Suzy sebelum ia menggoreskan pisaunya di leher Jiyeon.
             “Apa-apaan ini? oppa!! Ini pasti ulahmu!!! Oppa aku tidak mau di penjara lagi! Lepaskan aku!” teriak Suzy. Namun polisi membawa Suzy keluar. Myungsoo segera mendekati Jiyeon yang kini tengah menangis. Myungsoo melepaskan ikatan di kaki dan tangan Jiyeon. Ia kemudian memeluk Jiyeon dengan sangat erat.
             “Mianhae Jiyeon-i. Gara-gara aku kau harus mengalami hal seperti ini.” ujar Myungsoo sambil mempererat pelukannya pada Jiyeon. Jiyeon merasakan sakit yang sangat hebat di bagian kepalanya hingga ia kini tidak sadarkan diri. Myungsoo segera menggendong Jiyeon dan membawanya pulang.
∞∞∞
             “Jiyeon baik-baik saja. Ia hanya shock. Ini aku beri resep obatnya agar Jiyeon cepat sembuh.” Ujar Dongwoo uisa sambil memberikan secarik ketas berisi resep obat.
             “Ne. gomawoyo.” Ujar Woohyun.
             “Kalau begitu aku permisi dulu.” Pamit Dongwoo.
             Myungsoo mengantar Dongwoo keluar dan sesaat kemudian ia kembali lagi ke kamar Jiyeon. “Kau istirahatlah dulu. Kau juga pasti lelah.” Ujar Woohyun pada keponakannya sebelum ia keluar meninggalkan kamar Jiyeon.
             “Ne abeonim.” Jawab Myungsoo. ‘Mianhae Park Jiyeon. Ini semua terjadi karena aku.
Two Month Later
^Incheon Airport^
Jiyeon baru saja lulus dari sekolah Kirin. Jiyeon tidak pernah keluar sendirian semenjak kejadian yang nyaris merenggut nyawanya itu. Saat ini ia sedang bersiap untuk pergi ke Paris. Ia membawa sebuah koper besar dan foto kenangannya bersama Myungsoo yang ia jadikan Wallpaper ponselnya. Jiyeon memasuki pesawat yang akan membawanya terbang ke Paris. Ia mendapat tempat di barisan ke sepuluh didekat jendela. Ia menyamankan duduknya. Beberapa detik kemudian seorang pria berpakaian hitam duduk tepat disampingnya. Jiyeon menoleh kearah pria itu. “Kim Myungsoo?” Ia mengerutkan dahinya. Memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Pria itu menoleh. “Myungsoo oppa.”
“hm?” hanya gumaman kecil yang keluar dari bibir sexy Myungsoo. Jiyeon terus menatap Myungsoo tidak percaya. Jiyeon berpikiran bahwa Myungsoo mengikutinya. Yah, memang benar begitu adanya. Ini adalah rencana para besan. “kenapa kau terus menatapku?” tanya Myungsoo polos.
“Hm? Aniyo. Siapa bilang aku menatapmu. Aku hanya…” kalimat Jiyeon menggantung. Ia memikirkan jawaban yang akan ia lontarkan untuk Myungsoo.
“Hanya apa?”
“Aniyo. Lupakan.” Ujar Jiyeon.
Sudah satu jam Jiyeon berada di pesawat. Ia mulai mengantuk. Perlahan ia memejamkan matanya. Myungsoo menyandarkan kepala Jiyeon dibahunya. Jiyeon yang setengah sadar tiba-tiba terbangun saat merasakan tangan Myungsoo yang memegang kepalanya. “Tidurlah dibahuku.” Ucap Myungsoo singkat. Jiyeon tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menurut. Karena sebenarnya ia sangat menyukainya.
Para penumpang sudah bersiap untuk turun dari pesawat. Jiyeon yang tengah tertidur akhirnya tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali. “Apakah kita sudah sampai?” tanya Jiyeon.
“Eo. Ghaja.” Ujar Myungsoo sambil mengulurkan tangannya pada Jiyeon.
“Tapi tujuanmu denganku berbeda.”
“Siapa bilang? Aku disini karena appamu menyuruhku menjagamu.” Ujar Myungsoo. Tak butuh waktu lama, Jiyeon meraih tangan Myungsoo dan berjalan di belakang Myungsoo.
“Lalu bagaimana dengan Restoranmu dan perusahaan appamu?”
“Ada appa yang mengurusnya. Lagi pula, aku ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di Paris.”
∞∞∞
^Paris^
Myungsoo dan Jiyeon kini telah tiba di depan sebuah bangunan yang cukup besar. “tempat apa ini? Apakah ini rumahmu?” tanya Jiyeon. tak heran Jika Myungsoo memiliki sebuah rumah disini, karena appanya sendiri adalah pemilik perusahaan terbesar di Korea. Dan Myungsoo sendiri adalah pemilik restaurant yang juga terkenal dalam beberapa bulan. Apa lagi mengingat dia adalah anak tunggal. Jadi, wajar saja jika Myungsoo memiliki banyak rumah di berbagai Negara.
“Eo. Gayo.” Myungsoo membawa Jiyeon memasuki rumah yang berada dihadapannya. Lagi-lagi Jiyeon mengikuti Myungsoo dari belakang sambil membawa kopernya. “Eumm… Jiyeon-i. mian disini hanya ada satu kamar, jadi kau tidur di kamar dan aku akan tidur disofa.”
“Mwo? Ani. Tak bisakah kita tidur dikamar yang sama dan tempat tidur yang sama? Lagi pula… aku tidak takut lagi dengan apa yang akan terjadi nanti.” Ujar Jiyeon. Myungsoo tertegun mendengar perkataan Jiyeon. ‘Kenapa dia berbeda dengan sebelumnya? Kenapa dia ingin tidur di kamar yang sama denganku?’ tanya batin Myungsoo. Myungsoo melangkah mendekati Jiyeon dan memeluknya.
“Mianhaeyo Jiyeon. Harusnya aku melindungimu.” Jiyeon membalas pelukan Myungsoo.
“Aniyo oppa. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Kita bercerai tanpa persetujuan darimu.”
“Uljimayo. Jebal uljima.” Ujar Myungsoo sambil menghapus jejak air mata Jiyeon. Jiyeon mengangkat wajahnya menatap Myungsoo. “Saranghaeyo Park Jiyeon. ani. Maksudku Nam Jiyeon.” Jiyeon menatap Myungsoo semakin dalam. “Sebenarnya, aku mencintamu sejak kau baru lahir. Aku meminta pada appa untuk menikahkanmu denganku saat aku sudah dewasa. Dan sekarang, akhirnya kita sudah menikah. Walaupun tidak lama tapi setidaknya impianku telah tercapai.” Ujar Myungsoo. “Tidak peduli apakah kau mencintaiku atau tidak, aku hanya ingin bersamamu. Aku ingin selalu berada disampingmu.”
“Myungsoo oppa. Sashileun… nado saranghaeyo. Oppa, bisakah kita memulainya dari awal? Setelah aku pikir kembali, ternyata aku salah besar sudah bercerai denganmu. Semua terasa aneh tanpamu. Walau hanya beberapa bulan, aku bisa menerima semuanya. Tapi, karena Suzy eonni. Aku harus meninggalkanmu.” Jiyeon kembali memeluk Myungsoo.
“Kau istirahatlah lebih dulu. Aku akan segera kembali.” Ujar Myungsoo sebelum ia pergi meninggalkanku. Dia juga sempat membelai pipiku. Membuat semburat merah muncul begitu saja dipipiku. Setelah Myungsoo pergi, aku segera membereskan koperku. Memasukkan semua pakaian yang aku bawa kedalam lemari Myungsoo yang sangat besar.
Kegiatan ini membuatku sangat lelah hingga rasanya badanku terasa remuk. Aku membaringkan tubuhku diatas kasur satu-satunya dirumah ini dan memejamkan mataku.
∞∞∞
Entah berapa jam aku tertidur. Ku lihat jam yang tertera diponselku. 08.00 AM. Mwo? Ini sudah pagi? Saat aku berusaha untuk bangun, kurasakan seseorang menahanku. Ku lihat kesamping kananku. Hah?! Mwoya? Kim Myungsoo? Pikiranku mulai melayang entah kemana. Kulihat dia tertidur dengan keadaan topless sementara tangannya memeluk perutku. Reflex aku menyingkirkan tangannya dari perutku dan tanpa sengaja aku membuatnya terbangun.
“Eunghh…” aku mendengar lenguhannya. Suara yang sering terdengar ditelingaku dulu saat kami masih bersama. Tapi, ada apa ini? Apa aku masih mencintainya? Ya! Pabo! Kau sendiri yang bilang bahwa kau masih mencintai Myungsoo kemaren. “Kau sudah bangun? Jam berapa ini?” tanya Myungsoo polos.
“Hm? Jam delapan pagi.” Jawabku santai.
“Kau tidak kuliah? Ini hari pertamamu.” tanyanya lagi.
Kuliah? Eomeo. Iya. Ini kan hari pertamaku masuk kuliah. Aku segera pergi menuju kamar mandi dan merias wajahku dengan terburu-buru. Ku lihat Myungsoo juga sudah selesai merapikan dirinya. ‘kapan dia mandi? Apa di rumah ini ada kamar mandi yang lain? Atau dia tidak mandi?’ pikirku. Tapi itu tidak penting. Yang terpenting sekarang, aku cepat sampai di kampus.
∞∞∞
Author POV
^Paris^
Tidak terasa seminggu telah berlalu begitu saja. Myungsoo akan kembali ke Korea dua hari lagi.  Bagaimanapun dia harus mengurus restaurantnya. Dia tidak bisa menyuruh appanya mengurus pekerjaannya seterusnya. Myungsoo tidak ingin melewatkan hari yang tersisa berlalu begitu saja. Ia masih belum membawa Jiyeon mengelilingi Paris bersamanya.
“Oppa kau sudah bangun?”tanya Jiyeon yang sedang saik dengan panic-panci didapurnya.
“Um. Sedang apa kau disana?” tanya Myungsoo balik.
“Aku sedang belajar memasak agar aku tidak ketergantungan padamu. Walau bagaimanapun, kau tidak akan bersamaku terus menerus disini kan? Kau harus kembali ke Korea mengurus semua pekerjaanmu.” Ujar Jiyeon penuh senyum. “Nah, sudah selesai. Oppa, karena kau satu-satunya kerabatku disini, aku ingin kau mencobanya.” Ucapnya sambil mendudukkan Myungsoo di kursi meja makan. Jiyeon meletakkan hasil masakannya didepan Myungsoo. “Cobalah.” Ucap Jiyeon. Myungsoo menjamah salah satu masakan Jiyeon. “Eottae?” tanya Jiyeon sambil menopang dagunya.
“Wah… ternyata kau pintar memasak juga. Sebaiknya kau juga mencobanya. Aaa” Myungsoo mencoba untuk menyuapi Jiyeon. sesaat kemudian Jiyeon menyambar makanan yang disodorkan untuk Jiyeon.
“Wah… masitta.” Seru Jiyeon.
“Jiyeon, kau tidak ada kuliah kan hari ini?” tanya Myungsoo.
“Ne. Waeyo?”
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.”
“Jeongmalyo? Wah… haruskan aku memakai pakaian yang cantik?” tanya Jiyeon.
“Tidak.” Jawab Myungsoo datar.
“Waeyo?”
“Karena kau memang sudah cantik.” Jiyeon tersipu malu mendengar ucapan Myungsoo. “Ya sudah, kau bersihkan dirimu cepat. Aku akan menunggumu di mobil.” Ujar Myungsoo. Jiyeon segera pergi menuju kamarnya. Tak lama, Jiyeon sudah selesai membersihkan dirinya dan sedikit berias.
“Kita mau kemana oppa?” tanya Jiyeon saat tiba dihadapan Myungsoo. Myungsoo diam. Ia memperhatikan Jiyeon dari bawah hingga ke atas dan pandangannya kini terhenti tepat dibibir Jiyeon. “Waeyo apakah ada yang aneh denganku?” tanya Jiyeon sambil memeriksa pakaiannya.
“Ah aniyo.” Jawab Myungsoo. “Gayo.” Myungsoo kemudian membukakan pintu untuk Jiyeon.
Sudah hampir satu jam Myungsoo membawa Jiyeon tapi mereka masih belum juga tiba di tempat tujuan. “Oppa, kita mau kemana? Apakah perjalanannya masih jauh?” tanya Jiyeon. Myungsoo hanya diam. Tidak ada niatan baginya untuk menjawab pertanyaan Jiyeon. Beberapa menit kemudian Jiyeon sampai disuatu tempat yang sangat ramai. Lampu-lampu jalan yang berwarna-warni membuatnya menganga. Jiyeon menatap tempat itu tidak percaya. “Menara Eiffle” gumaman kecil sukses meluncur dari bibir mungil Jiyeon. “Oppa, aku tidak sedang bermimpi kan?” Tanya Jiyeon sambil menepuk pipinya beberapa kali. “Oppa cubit aku.” Perintah Jiyeon. Myungsoo dengan polosnya mencubit pipi Jiyeon dengan keras. “Aww!!!” pekik Jiyeon.
“Kau tidak sedang bermimpi Park Jiyeon. Ini nyata. Kaja.” Ujar Myungsoo seraya pergi keluar dari mobil dan berjalan beriringan dengan Jiyeon. Myungsoo duduk di salah satu sudut padang rumput yang membentang luas didekat menara eiffle. Jiyeon meraih ponselnya dan mengaktifkan kameranya. Ia ingin mengabadikan moment itu.
“Oppa bisakah kau bantu aku mengambil gambar?” ujar Jiyeon sambil menyerahkan ponselnya pada Myungsoo. Dengan mudahnya Myungsoo meraih ponsel Jiyeon dan mulai mengambil gambar. Jiyeon dengan percaya dirinya bergaya ala model professional. Memang bisa dibilang Jiyeon adalah wanita Multi talent. Hampir semua dia bisa kecuali memasak. Dia masih baru belajar memasak. Walaupun begitu, masakan yang ia buat tidak kalah enaknya dengan masakan chef yang ada di restaurant besar.
Setelah Jiyeon mulai bosan foto sendiri, Jiyeon meraih kembali ponselnya yang dipegang Myungsoo. Jiyeon mengajak Myungsoo untuk foto berdua. “Oppa, ayo foto berdua.” Ujar Jiyeon antusias. Seketika Myungsoo menjadi sangat gugup. Myungsoo jadi bingung harus menggunakan gaya apa. Jepret… belum selesai Myungsoo bergaya Jiyeon sudah mengambil gambar lebih dulu. Jiyeon kecewa dengan hasil gambarnya. “Oppa kenapa kau tidak bergaya?” cetus Jiyeon. Myungsoo semakin gugup. “Hana… Dul…” Myungsoo mulai menatap bibir Jiyeon. Entah kenapa ia menjadi sangat merindukan bibir Jiyeon yang selalu manis saat ia menciumnya. “Set…” cup~ Bersamaan dengan hitungan terakhir Jiyeon, Myungsoo menarik wajah Jiyeon hingga menghadap ke arahnya dan mengecup bibir mungil Jiyeon. Jepret… Momen itu pun akhirnya secara tak sengaja diabadikan oleh Jiyeon. Jiyeon membelalakkan matanya karena ia masih kaget. Namun semakin lama, Jiyeon mulai menutup matanya perlahan. Ia mulai menikmati setiap sentuhan Myungsoo dibibirnya. Sebuah perasaan yang lama menghilang kini kembali lagi. Tiba-tiba jantung Jiyeon berdegup sangat kencang. Begitu pula dengan Myungsoo. Keduanya tidak menyadari bahwa semua orang kini tengah memperhatikan mereka. Memang benar hal seperti ini sudah biasa dilakukan oleh orang-orang barat. Namun, ini berbeda dengan yang mereka lakukan.
“Ehem…” suara dehaman seorang pria sukses membuat MyungYeon melepaskan tautan bibirnya. Jiyeon mengelap bibirnya yang basah karena ulah Myungsoo barusan. Ia menunduk malu. “MyungYeon?” subuah kata yang masih terasa asing ditelinga Myungsoo dan Jiyeon sukses meluncur dari bibir pria yang kini tengah berada didekat mereka.
“JB? Kenapa kau disini?” Tanya Jiyeon mulai mengangkat wajahnya.
“Dasar. Kalian masih sama saja seperti dulu. Jika kalian ingin melakukan hal itu, lakukanlah di kamar hotel kalian.” Ujar JB sambil membuka tutup kaleng minuman yang saat ini dipegangnya.
“Ya… mau apa kau kesini hah? Mengganggu saja.” Cetus Myungsoo sambil menarik tangan Jiyeon pergi. Alhasil, Jiyeon hanya mengikuti Myungsoo tanpa banyak Tanya.
Hari sudah semakin malam. Myungsoo terlihat sangat lelah. “Ayo pulang.” Ujar Myungsoo. Jiyeon menatap wajah Myungsoo. “Kenapa menatapku seperti itu?” Tanya Myungsoo saat menyadari Jiyeon sedang menatapnya.
“Kau terlihat lelah oppa. Sebaiknya kita pulang besok saja. Aku takut akan terjadi apa-apa pada kita nanti.” Ujar Jiyeon. Myungsoo membalas tatapan Jiyeon dan sesaat kemudian mengiyakan permintaan Jiyeon.
“Baiklah. Kita cari hotel dekat sini. Jha.” Myungsoo menggandeng tangan Jiyeon dan membawanya berjalan menuju hotel. Tak jauh dari tempat mereka, Myungsoo melihat sebuah hotel. Mereka pun memasuki hotel itu. Saat itu, hanya tersisa satu kamar hotel saja. Deri ratusan bahkan ribuan kamar hotel yang ada, hanya satu kamar yang kosong disana. Dengan terpaksa, Myungsoo harus menerimanya. “Jiyeon, kau mau? Atau kita mencari di tempat lain saja?” Tanya Myungsoo.
“Gwaenchanha. Lagi pula aku takut sendirian. Ambil saja kuncinya.” Ujar Jiyeon. Yah, Jiyeon hanya menerima keadaan. Entah kenapa beberapa hari ini, dia ingin selalu bersama Myungsoo. Ex-husband nya.
Sesampainya di kamar, Jiyeon menatap interior kamar tersebut. “Aku mandi dulu. Kau bisa tidur duluan.” Ujar Myungsoo sambil berjalan menuju kamar mandi. Jiyeon bercermin sebentar. Memperhatikan bentuk tubuhnya. “Sepertinya ada yang aneh denganku belakangan ini.” gumamnya. Sesaat kemudian dia teringat dengan tanggal hari ini. Ia merogoh ponsel yang ada di saku celananya dan melihat tanggal yang terpampang disana. Jiyeon semakin merasa aneh. “Ini sudah dua bulan dan aku… belum datang bulan.” Dahi Jiyeon mulai mengkerut. “Ah, lupakan. Mungkin aku hanya telat saja. Hal ini biasa terjadi padaku.” Jiyeon kemudian berbaring di tempat tidur dan menaikkan selimut hingga menutupi lehernya. Jiyeon pun akhirnya terlelap dalam tidurnya. Di balik sana, Myungsoo sedang mendengarkan suara Jiyeon. Jelas. Sangat jelas. ‘Kau hamil?’ Tanya batin Myungsoo. Ia kemudian dengan cepat membersihkan tubuhnya dan keluar dengan tenang dari kamar mandi. Ia menatap seseorang yang kini tengah tertidur di hadapannya. Myungsoo duduk tepat di samping Jiyeon.
“Mianhae Jiyeon. Aku tau apa yang terjadi. Kau sedang mengandung anakku kan? Aku janji akan menikahimu sebelum perutmu membesar.” Ujar Myungsoo sambil mengusap pelan dahi Jiyeon. Myungsoo mencium sekilas dahi Jiyeon dan berbaring sambil memeluk Jiyeon dari samping.
∞∞∞
Pagi itu, saat Jiyeon terbangun ia tiba-tiba merasa mual. Ia segera berlari ke wastafle. Myungsoo yang tengah tertidur, tiba-tiba terbangun saat mendengar suara Jiyeon di kamar mandi. Myungsoo dengan segera menyusul Jiyeon. “Jiyeon gwaenchanha?” Tanya Myungsoo.
“Molla. Perutku tiba-tiba terasa tidak enak. Mungkin aku hanya masuk angin saja.” Jawab Jiyeon ‘Kau memang baik-baik saja. Tapi kau sedang hamil. Anakku. Mianhae.’ Ujar Myungsoo dalam hati.
“Ah iya. Bukankah hari ini kau harus bersiap untuk kembali ke Korea?” Tanya Jiyeon setelah membersihkan wajahnya. Ia kemudian merapikan penampilannya.
“Ani. Aku tidak jadi kembali ke Korea. Aku ingin disini bersamamu. Karena kau… sedang mengandung anakku.” Suara Myungsoo tiba-tiba mengecil.
“Apa maksudmu oppa? Aku tidak hamil. Aku hanya masuk angin saja.” Ujar Jiyeon mengelak.
“Kau tidak percaya kalau kau sedang hamil? Baiklah, kau test saja sendiri dengan alat ini.” perintah Myungsoo sambil memberikan sebuah alat kecil pada Jiyeon. Alat test kehamilan.
Jiyeon menuruti perintah Myungsoo dan hasilnya. Dua garis merah. Itu artinya Jiyeon benar-benar sedang hamil. Sesaat kemudian pertahanan Jiyeon runtuh. Tubuhnya terasa lemas. Perasaannya bercampur antara bahagia dan sedih.
Seseorang kini tengah menunggu Jiyeon di depan kamar mandi. “Oppa…” ujar Jiyeon lirih. Air matanya kini tak terbendung lagi. Jiyeon kemudian menyerahkan benda kecil yang dipeganganya dan memeluk Myungsoo erat. Myungsoo memperhatikan benda itu. Dua garis merah. Myungsoo kemudian membalas pelukan Jiyeon. “Aku akan mengatakan hal ini pada appaku dan appamu. Aku akan bertanggung jawab atas kehamilanmu. Bagaimanapun, hal ini terjadi karenaku.” Myungsoo mengusap pelan rambut Jiyeon.
“Gomawo oppa…” ujar Jiyeon disela tangisnya.
“Ya sudah. Sebaiknya kita pulang agar kau bisa istirahat dengan nyaman.” Myungsoo melepas pelukannya dan pergi dari kamar hotel itu.
Selama perjalanan keduanya diam. Tak ada pembicaraan sama sekali. “Kau lapar?” Tanya Myungsoo sambil melirik ke arah Jiyeon. Jiyeon diam tak menjawab. Bahkan bahasa isyarat pun tidak digunakannya untuk menjawab pertanyaan Myungsoo. “Neo uro? Tenanglah... Lagi pula appaku dan appamu ingin kita menikah. Lagi.” Myungsoo menggenggam tangan Jiyeon.
“Tapi oppa akan kembali ke Korea nanti.” Jiyeon menatap wajah Myungsoo.
Myungsoo tersenyum remeh. “Mana mungkin aku akan meninggalkan wanita yang sedang hamil anakku sendirian disini? Kita akan kembali bersama-sama nanti. Aku sudah menyuruh Lee Joon untuk memesankan tiket pesawat untukmu.” Jawab Myungsoo. Jiyeon mengerutkan dahinya.
“Kembali? Lalu bagaimana dengan kuliahku? Aku baru masuk dan… aku tidak mungkin berhenti kuliah.”
“Kau tenang saja. Aku sudah mendaftarkanmu ke Seoul International University.” Ujar Myungsoo tenang.
“M-maksud oppa?” jiyeon mengerutkan dahinya (lagi).
“Aku mendengar gumamanmu semalam. Saat itu juga aku tahu kalau kau hamil. Dan saat kau tertidur, aku menghubungi Lee Joon untuk mendaftarkanmu di Universitas di Korea.”
“Lalu bagaimana testpack yang tadi oppa berikan padaku?” Tanya Jiyeon semakin tidak mengerti.
“Itu? Aku sengaja membawanya karena… aku ingat terakhir kali kita melakukan ‘itu’… aku tidak menggunakan pengaman.” Myungsoo menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal.
“Oppa… Sebenarnya… aku tidak ingin bercerai denganmu. Tapi waktu itu-”
“Iya aku tau. Suzy memaksamu. Aku sudah tau itu.”
“Ba-bagaimana oppa tahu?”
“Jha… sudah sampai. Kaja. Kita harus bersiap.” ajak Myungsoo sambil mengacak pelan rambut Jiyeon.
∞∞∞
Jiyeon dan Myungsoo sudah sampai di bandara. Keduanya mulai melangkah menuju pesawat secara bersamaan. Jiyeon duduk tepat di sebelah Myungsoo. “Mungkin perjalanan ini akan melelahkan untukmu. Sebaiknya kau tidur saja. Nanti, aku akan membangunkanmu.” Ujar Myungsoo sambil mengusap pelan telapak tangan Jiyeon. Jiyeon hanya mengangguk sebagai jawaban ‘iya’. Dan beberapa detik kemudian, Jiyeon memejamkan matanya dan terlelap.
∞∞∞
Setelah berjam-jam berada di udara, akhirnya pesawat mendarat di Incheon Airport. Jiyeon terbangun dari tidurnya saat Myungsoo hendak membangunkannya. “oh kau sudah bangun? Kaja, kita sudah sampai.” Ujar Myungsoo sambil mengcup singkat pipi Jiyeon.
“Eeuunggh..” lenguhan halus keluar dari bibir mungil Jiyeon sambil meregangkan ototnya. “oppa, aku lapar.” Ujar Jiyeon pada Myungsoo.
“Arra. Sebentar lagi kita pergi ke restaurantku. Kau bisa makan disana.” Setelah penumpang keluar semua dan tidak berdesakan, Jiyeon dan Myungsoo keluar dari pesawat. Sesampainya di luar, Myungsoo dan Jiyeon di hampiri oleh seorang pria dan seorang wanita yang akan membantunya membawa koper masing-masing. Mereka berjalan menuju pintu keluar. Di luar sudah ada mobil yang menunggu Jiyeon dan Myungsoo. Lee Joon membukakan pintu untuk keduanya.
“Selamat atas kehamilanmu nyonya Kim.” Ujar Lee Joon.
“Mwo? Nyonya Kim? Ya… Lee Joon-a jangan panggil aku nyonya. Aku belum resmi kembali menjadi istri Tuan Kim Myungsoo. Arra?” Jiyeon dan Myungsoo memasuki mobil itu bergantian.
“Arasseo nyonya Kim. Eh maksudku nona Park.” Myungsoo terkekeh pelan mendengar obrolan asisten pribadinya dan istrinya.
“Sudahlah, ayo cepat pulang. Aku sudah sangat lapar.” Ujar Jiyeon sambil mengusap perutnya yang masih rata. Lee Joon menutup pintu mobil dan mengemudikan mobil itu.
∞∞∞
Myungsoo dan Jiyeon tengah berdiri di depan sebuah kaca sambil memandangi indahnya bulan dan bintang yang bertebaran di langit. Myungsoo memeluk perut Jiyeon dari belakang. Myungsoo menyandarkan dagunya di bahu Jiyeon sedangkan Jiyeon tengah asik memandangi langit. “Chagi.” Ujar Myungsoo membuka pembicaraan.
“Hm?” gumaman kecil menjadi sebuah sahutan untuk panggilan Myungsoo barusan.
“Kalau seandainya kau tidak hamil, apakah kau mau kembali padaku?” Tanya Myungsoo lembut.
“Kenapa kau Tanya itu?”
“Aku hanya ingin tau saja.”
“Walaupun seandainya aku tidak sedang hamil, aku tetap ingin kembali padamu. Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau akan memintaku untuk kembali padamu walau aku tidak mau?” Tanya Jiyeon kembali.
“Kau tidak perlu menanyakan hal itu. Aku akan menunggumu walaupun seandainya kau takkan penah kembali padaku. Karena kau adalah cinta pertamaku. Dan kau sendiri sudah tahu kalau aku meminta appa untuk melamarmu saat kau baru lahir.”
“Begitukah? Kalau begitu apakah aku menikah denganmu karena aku memang terlahir untuk menjadi milikmu?” Jiyeon tersenyum.
“Umm… mungkin.” Myungsoo tersenyum mendengar kalimat terakhir Jiyeon. “Chagi. Kalau anak kita sudah lahir nanti… kau ingin menamainya siapa?” Tanya Myungsoo.
“Nama? Entahlah aku masih belum memikirkan hal itu.” Jawab Jiyeon. “Bagaimana denganmu?”
“Kalau anak kita perempuan aku ingin menamainya Kim Tae Hee.” Ujar Myungsoo.
“Kim Tae Hee? Bukankah itu nama wanita tercantik di korea?”
“Ne. aku ingin anak kita jadi wanita yang canti dan juga pintar.”
“Lalu kalau laki-laki?”
“Kim Tae Hyung. Nanti nama lainnya V.”
“Tae Hee dan Tae Hyung. Nama yang bagus oppa.”
“Kau suka?”
“Ne.” Jiyeon memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela kamarnya.
∞∞∞
Hari ini adalah hari pernikahan Jiyeon untuk yang kedua kalinya dengan Myungsoo. Teman-teman Jiyeon datang ke acara itu namun tidak dengan JB. JB sedang berada di Paris. Gyuri menghampiri Jiyeon di ruang mempelai wanita. Penampilannya sangat berbeda dengan sebelumnya. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang di urai.
“Eonni!” panggil Gyuri dari arah pintu. Ia sedikit berlari mendekati Jiyeon. “Eonni. Aku sudah dengar semuanya semalam. Eonni sangat cantik hari ini. Dan eonni tidak seperti di pernikahan pertama eonni. Waktu itu eonni menangis di sini. Tapi sekarang eonni terlihat sangat bahagia. Aku ikut bahagia eonni.” Ujar Gyuri sambil berjongkok di depan Jiyeon. “Eonni bolehkah aku foto bersamamu?” Tanya Gyuri yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Jiyeon. “Hana… Dul… Set…” jepret! Satu foto berhasil Gyuri abadikan di ponselnya.
“Jiyeon-i…” panggil seorang wanita paruh baya dari pintu. Seketika mata Jiyeon berkaca-kaca. Ada sebuah kebahagiaan yang tak bisa di ungkapkan di dalam hati Jiyeon.
“Eomma…” wanita itu berjalan mendekati Jiyeon dan memeluknya erat. Begitupun dengan Jiyeon. Air matanya berjatuhan. “Eomma mianhae… aku sudah tidak pernah ke rumah eomma lagi selama dua bulan terakhir.” Wanita itu melepas pelukannya sesaat dan menghapus jejak air mata Jiyeon. “Appa mana?” Tanya Jiyeon.
“Appamu ada di luar. Sebentar lagi dia ke sini.” Jawab Han Jimin ibu angkat Jiyeon.
“Jiyeon. Bersiaplah sebentar lagi acara akan dimulai.” Ujar seseorang dari luar.

^Lobi^
“Park Hyojoon?” sapa Woohyun saat melihat Hyojoon sedang berjalan menuju ruang mempelai wanita. Hyojoon menoleh ke arah sumber suara.
“kau Park Hyojoon kan? Appanya Jiyeon?” Tanya Woohyun memastikan.
“ne. nu-nugu seyo?” Tanya Hyojoon bingung. Ia memang belum pernah bertemu dengan Woohyun sebelumnya. Bahkan saat ia meminta Jiyeon tinggal dikediamannya, Woohyun tidak datang karena waktu itu ia ada rapat penting.
“Saya appa kandungnya Jiyeon. Bisa kita berbicara sebentar?” pinta Woohyun ramah.
“Ah ne. silahkan.”
“Begini. Saya ingin, anda menjadi wali Jiyeon. Bagaimanapun, anda yang telah membesarkan Jiyeon selama ia terpisah dengan keluarganya.”
“Tapi kenapa? Bukankah anda appa kandungnya Jiyeon? Saya sama sekali tidak keberatan jika anda mengambil Jiyeon dari saya. Karena memang, Jiyeon bukan anak kandung saya. Anda yang seharusnya menjadi wali Jiyeon. Bukan saya.”
“Tapi anda yang sudah-”
“Tidak apa-apa. Anda yang wajib menjadi wali Jiyeon karena anda appa kandungnya.”
Begitulah obrolan antara Hyojoon dan Woohyun di depan ruang mempelai wanita.
∞∞∞
Mempelai pria telah memasuki ruangan dengan gagahnya. Wajah Myungsoo terlihat sangat bahagia. Beberapa saat kemudian, Jiyeon bersama walinya. Woohyun. Memasuki gedung pernikahan dengan bergandengan tangan. Untuk yang kedua kalinya Jiyeon dan Myungsoo melangsungkan pernikahan. Tak lama, kini Jiyeon telah berdiri tepat di hadapan Myungsoo. Kini perasaan Myungsoo sangat berbeda dengan pernikahannya yang pertama kali. Jantungnya kini mulai berdetak sangat kencang bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Di pernikahan kali ini, Myungsoo tidak merasa bersalah. Karena pernikahan ini terjadi atas dasar cinta dan buah hati yang sedang berada dalam kandungan Jiyeon.
“Myung… samcheon menitipkan Jiyeon padamu. Tolong jaga Jiyeon dan buah hati kalian dengan baik. Jangan lepaskan Jiyeon lagi jika kau benar-benar mencintainya. Arra?” ujar Woohyun seraya menyerahkan tangan Jiyeon dalam genggaman Myungsoo.
“Arasseo abeonim.” Jawab Myungsoo tegas.
“Semoga sukses.” Woohyun menepuk pundak Myungsoo sebelum ia mengambil tempat di sisi pengantin wanita.
∞∞∞
Acara pernikahan berjalan lancar sesuai rencana. Myungsoo dan Jiyeon telah resmi kembali menjadi pasangan suami istri. Myungsoo sedikit kecewa karena malam pertamanya harus tertunda sampai JIyeon melahirkan. Tapi Myungsoo juga senang karena bayi yang dikandung Jiyeon, Jiyeon mau kembali padanya.
Jiyeon baru saja keluar dari kamar mandi. Ia selesai membersihkan dirinya. Seperti biasa, Myungsoo menyuruh Jiyeon menggunakan kemeja kebesaran milik Myungsoo dan hotpants. Namun Jiyeon sendiri sama sekali tidak menolak permintaan Myungsoo yang bisa dibilang aneh itu. Myungsoo menatap Jiyeon tanpa berkedip. ‘Bahkan saat dia hamil, dia masih terlihat sama seperti dulu.’ Gumam batin Myungsoo.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah ada yang aneh?” Tanya Jiyeon sesampai di hadapan Myungsoo. Ia melihat-lihat bagian belakang tubuhnya dan bagian depan juga. “Tidak ada yang aneh.” Gumamnya kemudian. “Ahh!!” pekik Jiyeon saat Myungsoo menariknya untuk duduk di kasur berdampingan dengan Myungsoo. Myungsoo membawa Jiyeon ke dalam pelukannya. Myungsoo melingkarkan tangan kirinya di pinggang Jiyeon sementara tangan kanannya mengusap kepala Jiyeon.
“Bogosipeo…” ucap Myungsoo.
“Nado bogosipeo oppa.” Jawab Jiyeon pelan. Myungsoo diam. “Oppa, kau tidak akan mengajakku bercinta, kan?” Jiyeon melepaskan pelukannya dan menatap Myungsoo.
“Kalau iya kenapa chagi?” jawab Myungsoo sambil menunjukkan senyum evilnya.
“Yakk!! Kau tau? Aku sedang hamil. Kau mau membunuh anakmu?” Jiyeon memukul lengan Myungsoo hingga pria itu kini meringis kesakitan.
“Aniya, aniya. Aku hanya bercanda…” ujar Myungsoo sambil memeluk Jiyeon lagi.
“Oppa, aku lelah. Aku ingin istirahat.” Lirih Jiyeon. Myungsoo pun melepaskan pelukannya dan membaringkan Jiyeon. Myungsoo menaikkan selimutnya hingga menutupi tubuh Jiyeon.
“Jaljayo chagi.” Ujar Myungsoo sambil mengusap ujung kepala Jiyeon. Jiyeon kemudian menutup matanya dan tertidur.

Yeeyy!!! Akhirnya selesai juga part 5 nya.
Next part or stop here?
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar