Senin, 04 April 2016

Because I Born To Be Yours Part 2




Title    : Because I Born To Be Yours Part 2
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asistent
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Hoya / Lee Hoya (Infinite) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate            : T
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

∞∞∞
             “Tadi itu… siapamu?” Jiyeon mengernyitkan dahinya. “Geu ahjussi…” lanjut JB. Jiyeon menoleh kearah Gyuri seolah meminta bantuan untuk menjawab. Tidak mungkin Jiyeon mengatakan yang sejujurnya pada chingudeulnya.
“Dia…” jawaban Jiyeon menggantung. Memikirkan jawaban yang tepat.
             “Dia oppa barunya. Yah oppa baru.” Sambar Gyuri tiba-tiba.
             “Tapi kenapa dia tadi menciummu? Kau bahkan tidak menolak ciumannya.” Jiyeon tersenyum kecut kearah JB.
“Itu karena… karena aku sangat menyayanginya. Memangnya kenapa?”
“Sudahlah pergi sana. Kami merasa terganggu dengan kedatanganmu.” Usir Gyuri kemudian. “Hoya bawa temanmu ini pergi.” Dengan cepat Hoya membawa JB pergi. Namun, JB menolak.
“Jiyeon. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.”
“Apalagi?” Tanya Gyuri kesal.
             “Ne?” Jiyeon menaikkan alisnya saat ekspresi JB mulai serius. JB berlutut di hadapan Jiyeon seraya menggenggam tangan gadis itu.
             “Aku… aku menyukaimu. Maukah kau menjadi pacarku?” ujar JB cepat. Seketika tawa Gyuri dan Hoya meledak.
             “Ya! Kenapa mukamu merah seperti itu?” Tanya Hoya sambil tertawa.
             “Mianhae JB-ssi. Tapi… aku tidak bisa menerimamu.” Dengan cepat JB beranjak dari tempatnya dan menatap Jiyeon kesal.
             “Wae? Kenapa kau tidak menerimaku? Apakah kau menyukai ahjussi tadi itu? Aku bahkan lebih muda darinya. Dan ahjussi itu jelek.”
             “Ya! Siapa yang berani mengataiku seperti itu?” JB membulatkan matanya ketika mendengar teriakan seorang pria dari belakang. JB menoleh ke belakang. Semua siswa menatapnya kagum. Bahkan mereka memuji pria tampan itu.
             “Geu ahjussi.” Gumam JB. “Lariii!!!” teriak JB dan Hoya bersama-sama. Mereka berlari sekencang-kencangnya meninggalkan Gyuri dan Jiyeon. Gyuri yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak semakin tidak bias berhenti tertawa melihat kelakuan JB dan Hoya.
             Myungsoo melangkah mendekati Jiyeon dan Gyuri. “Kau belum makan siang?” Tanya Myungsoo kemudian.
             “belum.”
             “Kalau begitu bagaimana kalau kita makan siang bersama?”
             “Aku ikut.” Sambung Gyuri.
             “Andwae. Aku tidak mengijinkanmu untuk ikut.” Ujar Myungsoo.
             “wae? Jiyeon, kau mengijinkanku untuk ikut denganmu kan? Iya kan?” Gyuri mengedipkan matanya beberapa kali pada Jiyeon. Memohon agar ia diperbolehkan ikut bersamanya.
             “Baiklah. Tapi kau jangan mengganggu. Arasseo?” jawab Myungsoo kemudian.
∞∞∞
             “Um… Bagaimana kalian bisa sangat akrab?” Tanya Jiyeon pada Gyuri dan Myungsoo.
             “Kau tidak tau?” Tanya Gyuri kembali. “Oppa kenapa kau tidak memberitahunya?” Tanya Gyuri kesal. “Sebenarnya kami ini sepupu. Appanya dengan Eommaku bersaudara. Dan aku dan Myungsoo oppa juga tidak memiliki adik ataupun kakak. Jadi aku menganggapnya sebagai oppaku sendiri.”
             “Ya! Siapa bilang kau tidak punya eonni? Kau punya.” Sambung Myungsoo tiba-tiba.
             “Aku tau itu. Eomma juga pernah bercerita padaku tentang hal itu.”
             “Kau punya eonni?” Tanya Jiyeon.
             “Um. Eomma bilang usiaku hanya berbeda setahun dengannya. Eonniku menghilang tepat saat eomma melahirkanku. Eomma bilang seseorang menculiknya dan akhirnya mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Si penculik tewas ditempat sedangkan eonniku, dia menghilang. Sampai sekarang, eomma masih belum menemukan Eonniku.” Jelas Gyuri. Air matanya mulai berjatuhan. Jiyeon meraih sapu tangan yang ada disakunya dan memberikannya pada Gyuri. Sapu tangan itu berinisial Jee. Sapu tangan yang juga pernah dipakai oleh Myungsoo dua hari yang lalu dihari pernikahannya.
             “Nah, Kita sudah sampai. Jha.” Ujar Myungsoo seraya melepas sabuk pengamannya. Myungsoo terdiam sejenak melihat ekspresi istrinya yang sangat serius mendengarkan cerita Gyuri. “Chagi-a. kau tidak mau makan siang?” Pertanyaan itu mampu membuat Jiyeon mengalihkan pandangannya dari Gyuri.
             “Ah ne.” Jawab Jiyeon singkat. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil hitam milik suaminya.
∞∞∞
^Myungsoo’s Room^
07.00 PM KST
             “Ini. Minum dulu.” Myungsoo memberikan segelas susu pada Jiyeon.
             “Um.” Jawab Jiyeon singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah buku berbahasa asing di depannya. Myungsoo dapat melihat sebuah tanda Tanya besar diotak Jiyeon. Bagaimana tidak? Jiyeon yang sudah hampir setengah jam menatap bukunya masih belum satupun soal yang bisa ia jawab.
             “Kenapa masih kosong?” Tanya Myungsoo seraya meraih buku Jiyeon. “Ini soal yang sangat mudah Chagi-a. kenapa kau masih belum menjawabnya satupun? Sini, biar aku saja yang mengerjakannya.” Myungsoo merebut pensil yang Jiyeon pegang dan duduk disamping istrinya.
             “Oppa… apakah menurutmu eonninya Gyuri masih hidup?” Tanya Jiyeon setelah beberapa menit menatap wajah Myungsoo yang selalu terlihat sangat tampan baginya.
             “Molla.”
             “Kenapa aku merasa bahwa jika eonninya Gyuri masih hidup. Dan dia berada disekitar kita.”
             “Itu hanya perasaanmu saja. Nah sudah. Ini.”
             “Waa… kau mengerjakan semuanya? Waah… gomawo oppa.” Ujar Jiyeon berterima kasih. Jiyeon memeluk bukunya dan segera beranjak dari tempatnya.
             “Tunggu.” Suara itu sukses membuat Jiyeon menghentikan langkahnya dan berbalik kearah suaminya. Ia melihat suaminya tengah tersenyum. Beberapa saat kemudian Myungsoo mulai berdiri, melangkah mendekati Jiyeon. Cup~ kecupan singkat mendarat dengan mulus dipipi Jiyeon. “Aku tidak mengerjakan pekerjaanmu secara cuma-cuma.” Jiyeon menaikkan alisnya mendengar perkataan Myungsoo barusan. “Maksudku… aku… meminta… seonmul.” Ya! Itu maumu sendiri mengerjakan PR Jiyeon. Bukan Jiyeon yang memintamu Myungsoo. Kau ini bagaimana?
             “Seonmul? Mwoga?” ujarnya Jiyeon penuh tanda Tanya. “Bukankah ultahmu masih bulan depan? Kenapa kau memintanya sekarang? Aku belum…” kata-kata Jiyeon terhenti saat Myungsoo mulai menempelkan bibirnya dengan bibir milik istrinya yang selalu membuat Myungsoo ingin menciumnya setiap kali melihat bibir itu. Bukh!!! Buku yang tadi dipegang Jiyeon terjatuh ke lantai.
             Myungsoo memperdalam ciumannya. Belum ada balasan dari Jiyeon. Dia masih terdiam. Perlahan, Jiyeon mulai menikmati ciuman Myungsoo. Tangannya naik ketengkuk Myungsoo. Jiyeon mulai membalas ciuman itu. Ciuman lembut, manis, dan… sedikit ganas.
             Kedua insan itu masih terlihat sangat menikmati permainan yang mereka lakukan hingga tidak menyadari Lee Joon memasuki ruangan Myungsoo. Lee Joon yang melihat hal itu perlahan membalikkan badannya dan pergi keluar.
             “Huuhh… apa yang mereka lakukan? Kenapa dia tidak menguncinya? Apakah mereka akan melakukannya didalam sini?” pikiran Lee Joon mulai dipenuhi dengan hal-hal kotor. Yah, tapi itu wajar. Dia bahkan berusia lima tahun lebih tua dari Myungsoo. Walaupun begitu, sikapnya yang sedikit kekanak-kanakan membuatnya seringkali dibilang lebih muda dari pada Myungsoo.
             “Ya! Joon-a… apa yang kau lakukan disana?! Mana Myungsoo?!” teriak seorang Gadis dari ruang tamu. Sekarang ia mulai berjalan menuju tempat Lee Joon berdiri. Dengan segera Lee Joon menghalangi pintu ruangan itu agar dia tidak masuk. Namun gadis itu memaksa untuk masuk. Lee Joon menjauhkan gadis itu dari pintu yang ada dibelakangnya.
             “Hyung, ada apa?” Tanya Myungsoo heran.
             “Ah. Sajangnim. Ini… dia bilang-”
             “Myungsoo-ya! Kau ingat aku? Aku IU. Teman SMP mu. Kau ingat?” sambar gadis itu kemudian. Myungsoo memperhatikan penampilan aneh gadis itu sambil berusaha mengingatnya kembali.
             “Ah, Kau IU? Bagaimana kabarmu?” Tanya Myungsoo kemudian. Jiyeon hanya melihat Myungsoo dari belakang. Sejenak kemudian pergi ke kamarnya.
             “Myungsoo-ya. Siapa dia? Apakah dia saengmu? Tapi kau kan tidak punya saeng.” Tanya IU saat melihat Jiyeon yang sedang berjalan menuju kamarnya.
             “Ah dia… Chagi-a. Sini!” panggil Myungsoo kemudian. Jiyeon segera berbalik dan berjalan menuju arah Kim Myungsoo dan IU. Myungsoo memperkenalkan Jiyeon pada teman lamanya yang bernama IU itu.
             “Annyeong haseyo. Park Jiyeon Imnida.”
             “Ah. IU imnida. Kau masih tampak sangat muda. Apakah kau saengnya Myungsoo?” Jiyeon melirik ke arah Myungsoo. Mencoba membiarkan Kim Myungsoo yang member jawaban.
             “Ya! Aku tidak punya adik gadis. Dia istriku. Istri tercintaku. Kau tau?”
             “Wahh… jeongmalyo? Kau sangat pintar memilih istri. Yeppeuda.” IU memuji Jiyeon.
             “Oppa, bolehkah aku kembali ke kamar? Aku lelah.” Tanya Jiyeon.
             “Eo. Istirahatlah.” Myungsoo mengijinkan Jiyeon untuk tidur lebih dulu. Jiyeon pun menundukkan kepalanya sejenak dan pergi ke kamarnya.
             “Oh iya. Ada apa kau datang kesini malam-malam begini?” Tanya Myungsoo kemudian.
             “Oh… aku sedang dalam perjalanan pulang. Dan kebetulan aku lewat sini. Ya sudah aku mampir saja kesini. Dan, kalau kau tidak keberatan, bolehkah aku menginap disini untuk malam ini saja.” Ujarnya memohon.
             “Tentu saja. Kau bisa menginap disini.”
             “Jeongmalyo? Gomawo.”

^MyungYeon BedRoom^
             Myungsoo merasa sangat lelah hari ini. Ia membaringkan tubuhnya tepat disebelah istrinya. Ia memeluk Jiyeon dari belakang. “Dia siapa?” Tanya Jiyeon tiba-tiba.
             “Hanya teman. Wae?”
             “Tidak aku hanya bertanya.”
             “Jiyeon-a. aku tidak akan berpaling darimu. Sampai kapanpun. Karena aku mulai mencintaimu. Gadis berusia 17 tahun yang sekarang berada dihadapanku. Aku mencintainya. Aku mencintai Jiyeonku.” Ujar Myungsoo kemudian.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
^Dining Room^
06.35 AM
             “Gyuri-a, kau mau berangkat sekolah?” Tanya Eunji.
             “Ne eomma. Aku berangkat dulu ya. Annyeong.” Pamit Gyuri kemudian. Ia meninggalkan meja makan dan pergi ke sekolah.
             Eunji melihat sesuatu di meja makan tempat Gyuri barusan. Tepat di sebelah piring Gyuri terdapat selembar kain putih bersih berinisial Jee.
             “Jee? Nam Hyunji? Anakku? Apakah ini milikmu?” gumam Eunji. Ia tidak bisa menahan tangisnya. Ia teringat kejadian 16 tahun lalu. Ketika ia melahirkan Nam Gyuri anak keduanya. Hyunji anak sulungnya pergi meninggalkan Eunji dan Woohyun serta adiknya.
             “Yeobo… kau kenapa?” Tanya Woohyun saat tubuh Eunji terjatuh. “Ahjumma… panggilkan Jang uisa.” Perintah Woohyun pada pembantunya.
             Beberapa saat kemudian dokter datang. Ia mengeluarkan beberapa perlatan dari dalam tasnya. “Ny. Nam baik-baik saja. Dia hanya shock. Sebaiknya Ny. Nam beristirahat dulu hari ini. Kalau begitu, saya permisi dulu.” Pamit Jang uisa.
             “Hyunji… Hyunji…” gumam Eunji dalam tidurnya.
             “Yeobo. Bangunlah…”
             “Hyunji… Yeobo… Hyunji masih hidup. Dia belum meninggal. Lihat… sapu tangan ini… sapu tangan ini aku buat untuk Hyunji… lihatlah ini adalah inisial yang aku buat untuk anak kita. Jee.” Eunji memaksa Woohyun untuk mempercayai dirinya. Bahwa putrinya masih hidup dan berada disekitar mereka.
             “Baiklah. Aku akan mencari Hyunji. Sekarang sebaiknya kau tidur dulu.” Ujar Woohyun seraya menaikkan selimut istrinya sampai menutupi dada. Eunji pun akhirnya tertidur.
             Sedari tadi Woohyun memainkan bolpoinnya. Ia gelisah. Hatinya terus tertuju pada anak sulungnya. Hyunji. Tiba-tiba dia percaya dengan ucapan istrinya.

^Kirin Art High School^
             “Jiyeon!” panggil Gyuri dari pintu kelasnya. Ia mendekati Jiyeon saat Jiyeon membalikkan badannya. “Oh iya. Aku ingin mengembalikan sapu tanganmu.” Ujarnya. Gyuri mengacak seluruh isi tasnya mencari sesuatu di dalam. “kemana perginya benda itu? Tadi aku yakin sudah membawanya.” Lanjutnya kemudian. Gyuri menepuk dahinya saat ia ingat bahwa sapu tangan Jiyeon tertinggal dimeja makannya saat ia sarapan tadi. “Oh iya. Mianhae. Aku lupa. Tadi aku meninggalkannya di meja makan. mianhae. Besok aku kembalikan padamu.”
             “Gwaenchanhayo. Aku percaya padamu kalau kau tidak akan menghilangkannya Gyuri. Walaupun sapu tangan itu hilang tidak masalah. Asalkan kepercayaanku padamu sebagai sahabatku tidak menghilang.” Ujar yang disusul dengan senyuman.
             “Jiyeon!” panggil seseorang dari arah belakang Jiyeon. Jiyeon dan Gyuri serentak menoleh ke arah suara itu berasal. Tanpa diragukan lagi. Pria itu adalah JB.
             “Ada apa lagi dia memanggilmu? Apakah dia masih belum jera setelah kau menolaknya?” Tanya Gyuri pada Jiyeon. Gadis itu bahkan sekarang sedang mengerutkan dahinya.
             “Jiyeon. Kau mau ke kantin bersamaku? Sekali-sekali boleh kan kalau kita makan bersama.” Ajak JB.
             “Kalau kau mengijinkan Gyuri ikut maka aku akan ikut.” Jawab Jiyeon.
             “Tapi…” kalimat JB menggantung. Menimbulkan tanda Tanya besar dipikiran Jiyeon dan Gyuri. Ah satu lagi. Hoya. Ekor JB.
             “Ya sudah kalau kau tidak mengijinkanku. Ayo Jiyeon-i.” sambar Gyuri
             “Jiyeon Tunggu! Baiklah. Gyuri kau boleh ikut.” Jawab JB pasrah.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
             “Aku pulang!” teriak seorang gadis dari luar ruangan. Gyuri.
             “Oh Gyuri-a. kau sudah pulang? Appa ingin menanyakan sesuatu padamu. Temui appa diruang kerja.” Perintah Woohyun seraya pergi menuju keruang kerjanya. Gyuri menyusul appanya dari belakang.
             “Waeyo appa?” Tanya Gyuri membuka pembicaraan.
             “Sapu tangan yang tadi ada di meja makan. milik siapa?” Tanya Woohyun tenang.
             “Oh. Itu milik temanku. Jiyeon. Appa tau? Istrinya Myungsoo oppa.” Jelas Gyuri singkat.
             “Begitukah? Bisakah kau menyuruhnya datang kesini sekarang?”
             “Ada apa? Kenapa appa terlihat seperti seseorang yang baru saja menemukan sesuatu?” Tanya Gyuri heran. Sedetik kemudian Gyuri meraih ponselnya dan menghubungi Jiyeon agar ia pergi kerumahnya.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
             “Jiyeon-a. bisakah kau datang kerumahku sekarang? Aku sedang membutuhkan bantuanmu. Aku tidak mengerti soal yang tadi.” Ujar seseorang diseberang.
             “Um… Baiklah aku akan pergi kesana. Tapi aku masih menunggu Myungsoo oppa. Tidak apa-apa kan?” Tanya Jiyeon.
             “Baiklah.” Jawab Gyuri. Jiyeon pun menutup teleponnya. Ia mengambil sebuah tas kecil dikamarnya dan kembali ke teras rumahnya.
Jiyeon kembali melihat kearah halaman. Sedari tadi ia menunggu seseorang diteras depan rumahnya. Jiyeon sangat gelisah. Entah apa yang terjadi. Jiyeon segera beranjak dari tempatnya ketika menemukan sosok Myungsoo di dalam mobil yang dikemudikan oleh Lee Joon. “Oppa. Tadi Gyuri memintaku untuk datang kerumahnya.” Ujar Jiyeon saat Myungsoo turun dari mobil itu.
“Lalu?” Tanya Myungsoo tiba-tiba. ‘Ada apa dengannya? Tidak biasanya ia seperti ini.’ Gerutu batin Jiyeon. “Ya. Aku lelah. Cepatlah bicara.” Bentaknya.
“Aku ingin pergi kesana.” Jiyeon sangat gugup. Bagaimana tidak? Suaminya yang biasanya bersikap lembut padanya, tiba-tiba menjadi dingin.
“Hanya itu yang ingin kau katakan? Aku lelah. Aku mau istirahat. Hyung. Antar dia ke rumah Gyuri.” Perintah Myungsoo. Lee Joon mengiyakan perintah Myungsoo dan membukakan pintu untuk si nyonya kecil. Jiyeon.
“Aku ingin pergi denganmu oppa.” Lirih Jiyeon. Matanya berkaca-kaca.
“KAU TIDAK DENGAR?! AKU LELAH! JADI KAU PERGI SAJA SENDIRI!” teriak Myungsoo. Ia kemudian pergi dari hadapan Jiyeon. Ini baru pertama kalinya ia dibentak oleh suaminya. Jiyeon memasuki mobil yang sedari tadi terbuka dan pergi ke rumah Gyuri. Selama perjalanan ia tidak berhenti menangis. Kata-kata yang suaminya ucapkan tadi masih terlintas dengan jelas ditelinga Jiyeon.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
Sejak tadi Jiyeon masih belum menghentikan tangisnya. Saat ia berada tepat dihalaman rumah Gyuri, ia menghapus jejak air matanya. Jiyeon segera turun dari mobil. “Lee Joon oppa. Kau bisa tinggalkan aku saja disini. Nanti kalau aku sudah mau pulang aku akan menghubungimu.” Ujarnya kemudian menuju pintu masuk rumah Gyuri. Ia menekan bel beberapa kali dan akhirnya mendapat jawaban dengan pintu yang terbuka.
“Jiyeon-a. Neo gwaenchanha? Kau terlihat seperti orang yang baru saja menangis.” Ujar Gyuri seraya membawa Jiyeon masuk.
“Gwaenchanha. Aku hanya flu saja.”
“Hyunji-a!” panggil seseorang dari depan pintu kamarnya. Ia setengah berlari mendekati Jiyeon kemudian memeluk Jiyeon erat.
“Hyunji? Maaf, tapi aku bukan Hyunji. Jeoneun Park Jiyeon imnida.” Ujar Jiyeon. Jiyeon kaget. Kenapa eommanya Gyuri bersikap seolah-olah dia anaknya?
“Jiyeon? Baiklah kau Jiyeon. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” ujar Jimin. Jiyeon mengangguk. “Apakah sapu tangan ini milikmu?” lanjutnya.
“Ne. eommaku bilang ini hadiah dari seseorang ketika aku masih kecil.” Jelas Jiyeon singkat.
“Hyunji-a. ini benar kau. Jiyeon-a. Kau adalah putri kami yang selama ini menghilang. Hyunji…” Jimin memeluk Jiyeon lagi. Kali ini Jimin memeluk Jiyeon dengan sangat erat. Seolah tidak ingin melepasnya.
“Yeobo… jangan seperti itu. Kasihan Jiyeon. Begini saja. Bagaimana kalau kita mengadakan tes DNA. Agar kita tahu dia Hyunji atau bukan.” Ujar Woohyun seraya menenangkan istrinya. “Apakah kau setuju Jiyeon?”
“Ne. saya setuju dengan usulan anda Tuan Nam.” Jawab Jiyeon lembut.
“Baiklah kalau begitu. Apakah besok kau bisa datang ke rumah sakit dengan orang tuamu?”
“Ne. akan saya usahakan Tuan Nam. Kalau begitu. Saya pamit pulang dulu.”
“Ini sudah terlalu malam. Sebaiknya kau menginap saja disini.” Ujar Woohyun.
“Ah tidak terima kasih. Kalau begitu. Saya pamit.” Jiyeon akhirnya pergi dari rumah Gyuri.
∞∞∞
Aneh. Jiyeon tidak menghubungi Lee Joon untuk meminta jemput. Ia pergi kearah yang berlawanan dengan arah rumah Myungsoo. Ia sedang tidak ingin pulang ke rumah Myungsoo setelah kejadian tadi. Mungkin Myungsoo sedang butuh istirahat. Jiyeon berjalan entah kemana. Sesekali ia berpikir untuk pulang ke rumah orang tuanya. Tapi ia yakin jika ia melakukan itu Hyojoon dan Jimin pasti akan memarahinya. Saat ia sedang berjalan didepan sebuah toko. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna silver berhenti di dekatnya.
“Jiyeon-a!” panggil pengemudi mobil dari dalam -JB-. Reflex Jiyeon menoleh ke arah sumber suara. “Kenapa kau belum pulang? Mau ku antar?” tawarnya kemudian.
“Ah. JB-ssi. aniyo. Aku bisa pulang sendiri.” Jiyeon menolak tawaran JB.
“Gwaenchanha. Ayo naiklah. Kebetulan aku sedang dalam perjalanan pulang.” JB membukakan pintu untuk Jiyeon. Tanpa ragu Jiyeon memasuki mobil tersebut. JB kembali melajukan mobilnya setelah Jiyeon memasang sabuk pengamannya.
“Jiyeon-a. Aku sudah tau semuanya.” Ujar JB tiba-tiba.
“Mwoga?” Tanya Jiyeon santai. Ia sedang memejamkan matanya sambil bersandar.
“Tentang kau dan ahjussi itu. Ahjussi itu suamimu kan?” Tanya JB lagi.
“Jadi kau sudah tau? Sepertinya aku tidak perlu merahasiakannya lagi. Sekarang semua orang pasti sudah tau kalau aku sudah menikah.” JB terdiam mendengar semua yang Jiyeon katakan.
“Sudah sampai.” Ujar JB seraya menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah besar dengan gerbang yang besar juga.
“Aku sedang tidak ingin pulang kesini. Bawa aku kerumahmu JB.” Pinta Jiyeon.
‘Kenapa dia jadi seperti ini? Tidak. Dia bukan wanita murahan yang suka menginap dirumah orang lain. Ada apa sebenarnya? Apakah dia sedang bertengkar dengan ahjussi itu? Atau ahjussi itu selingkuh dan Jiyeon mengetahuinya? Ah tidak mungkin itu terjadi. Kalau ahjussi itu melakukannya pasti reputasi dan perusahaannya terancam.’
“Kenapa kau masih diam JB-ssi? bawa aku kerumahmu. Aku sedang tidak ingin pulang.” Ucapan Jiyeon sukses membuat lamunan JB buyar begitu saja.
“Baiklah. Tapi kenapa? Apakah kau sedang ada masalah dengan ahjussi itu?” Tanya JB seraya melajukan kembali mobilnya. Pada akhirnya ia membawa Jiyeon pulang ke rumahnya.
“Tidak. Aku sedang tidak ingin mengganggunya. Lagi pula ini sudah larut malam. Semua orang juga pasti sudah tidur dan tidak mungkin terjaga hanya untuk membukakan pintu untukku.”
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
“Kenapa Jiyeon belum datang juga? Ini sudah jam 10 lewat. Apakah dia marah padaku karena aku membentaknya tadi?” pria itu menunggu Jiyeon datang di ruang tamunya bersama pembantu dan asisten pribadinya yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.
“Kenapa dia tidak mengangkat teleponku? Kemana gadis itu?” gerutu Myungsoo. Ia mencoba untuk menghubungi Jiyeon berkali-kali namun tidak sekali pun ada jawaban dari istrinya.
∞∞∞
Drrtt… ddrrtt…
“Jiyeon ponselmu dari tadi bergetar. Kenapa kau tidak mengangkatnya?” Tanya JB. Percuma. Jiyeon tidak menghiraukannya. Ia justru membiarkan ponselnya. Beberapa saat kemudian ponselnya kembali bergetar. Namun tetap saja Jiyeon tidak mengangkatnya. “Jiyeon-a wae ireokhae? Dia suamimu Jiyeon. Angkatlah. Dia pasti sangat menghawatirkanmu.”
“JB-ssi. bawa aku bersamamu.” Ujar Jiyeon tiba-tiba.
“Jiyeon-a. Aku tau kau bukan wanita murahan ataupun anak nakal. Tapi ini seperti bukan kau yang sebenarnya. Apakah kau sedang ada masalah dengan ahjussi itu? Katakan Jiyeon. Siapa tau aku bias membantumu.” Ujar JB.
“Apakah sudah sampai? Sebaiknya kita cepat masuk. Aku sangat lelah.” Ujar Jiyeon seraya melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil JB. Ini adalah pertama kalinya Jiyeon mengunjungi rumah JB. Jadi wajar saja jika ia terkejut melihat pemandangan didepannya. Rumah yang tidak begitu besar. Padahal orang tuanya adalah pengusaha terbesar ke tiga di Negara Korea Selatan.
Sepi. Yah begitulah suasana rumah JB. Ia hanya tinggal berdua dengan ekornya. Hoya. Di jam segini, pastilah Hoya sedang tidur. “Jiyeon kau bisa tidur dikamarku. Disini hanya ada dua kamar. Aku akan tidur dikamar Hoya.” Ujar JB. Dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa jika melihat Jiyeon.
“Ah ne.” Jiyeon segera menuju kamar JB dan menutup pintunya.
Dari luar, JB bisa menebak kalau Jiyeon sedang menangis. Isakan tangisnya terdengar dengan jelas ditelinga JB. Namun JB bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia ingin menghubungi Myungsoo tapi ia tiidak memiliki nomor telepon ahjussi itu. Akhirnya ia teringat dengan Gyuri. Ia memiliki nomor telepon Gyuri. JB mencoba menghubungi Gyuri dan akhirnya ia mendapat jawaban.
“Yeoboseyo?” Tanya Gyuri diseberang dengan suara lemah. Tampak sekali kalau ia baru bangun dari tidurnya.
“Gyuri-a. Mian aku mengganggumu malam-malam begini. Apakah kau memiliki nomor telepon ahjussi yang waktu itu mencium Jiyeon?”
“Eo. Wae?”
“Bisakah kau memberikannya padaku?” Gyuri mennyebutkan nomor telepon Myungsoo pada JB. “Gomawo. Mian sudah mengganggumu.” JB mengakhiri telepon. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Myungsoo dengan ponselnya.
∞∞∞
Drrtt… DDrrtt…
“Yeoboseyo?” Tanya Myungsoo dengan cepat. Ia mengira kalau yang menelepon adalah istrinya.
“Ahjussi. Jeoneun Jiyeon-I chingu-eyo.”
“Chingu? Nugu?”
“Jeoneun JB imnida.”
“Oh JB. Ada apa?”
“Begini. Sebenarnya Jiyeon sedang berada di rumahku.”
“Mwo?! Ya! Wae?!” teriak Myungsoo. Entah teriakan itu karena Myungsoo cemburu atau sedang emosi.
“Ahjussi dengarkan dulu penjelasanku. Tadi, aku bertemu dengan Jiyeon di jalan. Lalu aku membawanya pulang ke rumahmu. Tapi Jiyeon bilang dia sedang tidak ingin mengganggu anda. Dia ingin aku membawanya pulang bersamaku. Aku tidak tega melihatnya. Jadi aku menuruti permintaannya.”
“Maldo andwae. Mana mungkin Jiyeon menginap dirumah seorang pria? Baiklah sekarang dimana Jiyeon? Sebutkan alamat rumahmu sekarang.” Setelah JB menyebutkan alamat rumahnya Myungsoo dengan segera meraih kunci mobil yang ada diatas mejanya dan pergi kerumah JB.
“Sajangnim eodigayo?” Tanya Lee Joon didepan kamarnya. Ia hendak mengambil air minum. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Jiyeon melihat Myungsoo melintas dihadapannya.
∞∞∞
Setelah beberapa menit Myungsoo mengemudikan mobilnya akhirnya ia menemukan alamat rumah yang disebutkan oleh JB.
“Jiyeon-a!” panggil Myungsoo dari luar. JB yang sedari tadi duduk menunggu kehadiran Myungsoo beranjak menuju pintu masuk rumahnya. “Mana Jiyeon?” tanyanya.
“Di dalam.” JB menunjukkan kamar tempat Jiyeon saat ini.
Myungsoo memutar-mutar kenop pintu kamar JB. Tapi tidak kunjung terbuka. “Jiyeon buka pintunya!” teriak Myungso sambil menggedor-gedor pintu kamar JB. “Kau punya kunci cadangan?” Tanya Myungsoo pada JB.
“Eo. Igeo.” Jawab JB seraya memberikan sebuah kunci pada Myungsoo. Ia segera membuka pintu itu dan mendapati Jiyeon yang sedang duduk dilantai sambil menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.
“Chagi-a mianhae. Aku tadi sedang emosi. Aku tidak berniat untuk membentakmu. Aku berjanji. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Ujar Myungsoo seraya memeluk erat istrinya yang sedang menangis itu. Sedangkan JB hanya terpaku melihat Jiyeon dan Myungsoo. “Chagi-a. Ayo kita pulang.” ajak Myungsoo. Jiyeon tidak bisa menolaknya. Akhirnya Jiyeon ikut dengan Myungsoo pulang kerumahnya. “Gomawo.” Ucap Myungsoo pada JB. JB membalasnya dengan anggukan.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
“Jha kita turun.” Ujar Myungsoo saat mereka sampai dirumah Myungsoo. Tanpa menjawab Jiyeon turun dari mobil dan pergi menuju kamar tamu. “Kau mau kemana?” Tanya Myungsoo. Jiyeon tidak menjawabnya. Lagi. “Kau mabuk? Kamarmu disini bukan disana chagi-a. itu kamar tamu.” Ujar Myungsoo seraya menahan tangan Jiyeon. Percuma. Jiyeon menghempaskan tangan Myungsoo dan berbalik menatapnya.
“Aku tidak mabuk. Aku sadar sepenuhnya. Sebaiknya kau istirahat saja. Kau bilang kau sedang lelah. Kenapa sampai jam segini kau belum tidur? Sudahlah sebaiknya kau tidur. Mulai malam ini aku akan tidur disini.” Jiyeon kembali melangkahkan kakinya menuju kamar tamu.
“Chagi-a. Kau masih marah karena aku membentakmu tadi? Mianhae. Jeongmal mianhae.” Myungsoo berkali-kali mengatakan kata ‘maaf’ pada Jiyeon namun tidak ada respon darinya.
∞∞∞
Pagi-pagi sekali Jiyeon sudah terlihat sangat rapi. Dia akan berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menanyakan tentang dirinya. Jiyeon pergi tanpa berpamitan pada semua orang yang tinggal dirumah itu. Ia pergi begitu saja. Penampilannya masih sama seperti dulu sewaktu ia masih belum menikah. Memakai celana jeans panjang, jamper, dan sepatu. Dengan tas gendongnya ia pergi kerumah orang tuanya.

^Park Family’s House^
“Eomma! Appa!” teriak Jiyeon dari luar. Hyojoon dan Jimin kaget saat melihat Jiyeon. Wajar saja, ini masih jam enam sedangkan Jiyeon sudah datang kerumahnya sepagi ini. Apalagi dia hanya sendirian saja.
“Jiyeon-a. Mana Myungsoo? Kenapa kau tidak bersamanya?” Tanya Jimin. Seraya memeluk Jiyeon.
“Ah… Myungsoo oppa sangat lelah karena lembur semalam. Jadi dia tidak bisa ikut semalam.” Jawaban yang sangat tepat. Jiyeon apa yang kau lakukan? Mereka orang tuamu. Kenapa kau harus berbohong?
“Oh… geundae ada apa kau datang kesini sepagi ini?” Tanya Hyojoon.
“Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada kalian.” Ujar Jiyeon. Tiba-tiba suasana berubah menjadi sangat serius.
“Eomma, Appa… apakah benar aku bukan anak kalian?” Tanya Jiyeon. Jimin dan Hyojoon saling memandang
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu Jiyeon?” ujar Jimin.
“Jawab eomma. Appa.” Paksa Jiyeon.
“Sebenarnya…” ucapan Jimin menggantung. Jiyeon berharap bahwa eommanya akan bilang ‘tidak’ atau bahwa dia adalah putrinya. Putri yang lahir dari rahim Jimin.
“Yeobo… katakan saja yang sebenarnya.” Perintah Hyojoon. Ia tampak gugup dan takut. Takut akan ditinggalkan oleh Jiyeon.
“Sebenarnya…”
“Eomma. Jebal katakan sekarang” Jiyeon tidak sabar ingin mendengar jawaban dari Jimin.
“Geuraeh. Kau memang bukan anak kami. Seseorang yang tak kami kenal meletakkanmu begitu saja didepan rumah.” Sambar Hyojoon kemudian. Ia sudah tidak tahan mendengarkan ucapan Jimin yang selalu menggantung. Sedangkan Jiyeon hanya bisa terdiam dan menangis.

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar