Title : Because I Born To Be Yours Part 2
Main Cast : MyungYeon Couple
Other Cast :
-
Park Hyojoon as Jiyeon appa
-
Han Jimin as Jiyeon eomma
-
Kim Sunggyu (Infinite) as
Myungsoo appa
-
Song Jihyo as Myungsoo eomma
-
Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri
appa (Jiyeon appa)
-
Jung Eunji (Apink) as Gyuri
eomma (Jiyeon eomma)
-
Nam Gyuri as Jiyeon’s friend
and Jiyeon-i dongsaeng
-
Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s
asistent
-
JB / Im Jae Bum (GOT7) as
Jiyeon’s friend
-
Hoya / Lee Hoya (Infinite) as
Jiyeon’s friend
Genre : Married Life, School Life, and other
Rate : T
Length : Part
Author : Nam Ohyun
∞∞∞
“Tadi
itu… siapamu?” Jiyeon mengernyitkan dahinya. “Geu ahjussi…” lanjut JB. Jiyeon
menoleh kearah Gyuri seolah meminta bantuan untuk menjawab. Tidak mungkin
Jiyeon mengatakan yang sejujurnya pada chingudeulnya.
“Dia…” jawaban
Jiyeon menggantung. Memikirkan jawaban yang tepat.
“Dia
oppa barunya. Yah oppa baru.” Sambar Gyuri tiba-tiba.
“Tapi
kenapa dia tadi menciummu? Kau bahkan tidak menolak ciumannya.” Jiyeon
tersenyum kecut kearah JB.
“Itu karena…
karena aku sangat menyayanginya. Memangnya kenapa?”
“Sudahlah pergi
sana. Kami merasa terganggu dengan kedatanganmu.” Usir Gyuri kemudian. “Hoya
bawa temanmu ini pergi.” Dengan cepat Hoya membawa JB pergi. Namun, JB menolak.
“Jiyeon. Ada
sesuatu yang ingin aku katakan padamu.”
“Apalagi?” Tanya
Gyuri kesal.
“Ne?”
Jiyeon menaikkan alisnya saat ekspresi JB mulai serius. JB berlutut di hadapan
Jiyeon seraya menggenggam tangan gadis itu.
“Aku…
aku menyukaimu. Maukah kau menjadi pacarku?” ujar JB cepat. Seketika tawa Gyuri
dan Hoya meledak.
“Ya!
Kenapa mukamu merah seperti itu?” Tanya Hoya sambil tertawa.
“Mianhae
JB-ssi. Tapi… aku tidak bisa menerimamu.” Dengan cepat JB beranjak dari
tempatnya dan menatap Jiyeon kesal.
“Wae?
Kenapa kau tidak menerimaku? Apakah kau menyukai ahjussi tadi itu? Aku bahkan
lebih muda darinya. Dan ahjussi itu jelek.”
“Ya!
Siapa yang berani mengataiku seperti itu?” JB membulatkan matanya ketika
mendengar teriakan seorang pria dari belakang. JB menoleh ke belakang. Semua
siswa menatapnya kagum. Bahkan mereka memuji pria tampan itu.
“Geu
ahjussi.” Gumam JB. “Lariii!!!” teriak JB dan Hoya bersama-sama. Mereka berlari
sekencang-kencangnya meninggalkan Gyuri dan Jiyeon. Gyuri yang sedari tadi
tertawa terbahak-bahak semakin tidak bias berhenti tertawa melihat kelakuan JB
dan Hoya.
Myungsoo
melangkah mendekati Jiyeon dan Gyuri. “Kau belum makan siang?” Tanya Myungsoo
kemudian.
“belum.”
“Kalau
begitu bagaimana kalau kita makan siang bersama?”
“Aku
ikut.” Sambung Gyuri.
“Andwae.
Aku tidak mengijinkanmu untuk ikut.” Ujar Myungsoo.
“wae?
Jiyeon, kau mengijinkanku untuk ikut denganmu kan? Iya kan?” Gyuri mengedipkan
matanya beberapa kali pada Jiyeon. Memohon agar ia diperbolehkan ikut
bersamanya.
“Baiklah.
Tapi kau jangan mengganggu. Arasseo?” jawab Myungsoo kemudian.
∞∞∞
“Um…
Bagaimana kalian bisa sangat akrab?” Tanya Jiyeon pada Gyuri dan Myungsoo.
“Kau
tidak tau?” Tanya Gyuri kembali. “Oppa kenapa kau tidak memberitahunya?” Tanya
Gyuri kesal. “Sebenarnya kami ini sepupu. Appanya dengan Eommaku bersaudara. Dan
aku dan Myungsoo oppa juga tidak memiliki adik ataupun kakak. Jadi aku menganggapnya
sebagai oppaku sendiri.”
“Ya!
Siapa bilang kau tidak punya eonni? Kau punya.” Sambung Myungsoo tiba-tiba.
“Aku
tau itu. Eomma juga pernah bercerita padaku tentang hal itu.”
“Kau
punya eonni?” Tanya Jiyeon.
“Um.
Eomma bilang usiaku hanya berbeda setahun dengannya. Eonniku menghilang tepat saat
eomma melahirkanku. Eomma bilang seseorang menculiknya dan akhirnya mobil yang
mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Si penculik tewas ditempat sedangkan
eonniku, dia menghilang. Sampai sekarang, eomma masih belum menemukan Eonniku.”
Jelas Gyuri. Air matanya mulai berjatuhan. Jiyeon meraih sapu tangan yang ada
disakunya dan memberikannya pada Gyuri. Sapu tangan itu berinisial Jee. Sapu
tangan yang juga pernah dipakai oleh Myungsoo dua hari yang lalu dihari
pernikahannya.
“Nah,
Kita sudah sampai. Jha.” Ujar Myungsoo seraya melepas sabuk pengamannya.
Myungsoo terdiam sejenak melihat ekspresi istrinya yang sangat serius
mendengarkan cerita Gyuri. “Chagi-a. kau tidak mau makan siang?” Pertanyaan itu
mampu membuat Jiyeon mengalihkan pandangannya dari Gyuri.
“Ah
ne.” Jawab Jiyeon singkat. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari
mobil hitam milik suaminya.
∞∞∞
^Myungsoo’s
Room^
07.00
PM KST
“Ini.
Minum dulu.” Myungsoo memberikan segelas susu pada Jiyeon.
“Um.”
Jawab Jiyeon singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah buku berbahasa
asing di depannya. Myungsoo dapat melihat sebuah tanda Tanya besar diotak
Jiyeon. Bagaimana tidak? Jiyeon yang sudah hampir setengah jam menatap bukunya
masih belum satupun soal yang bisa ia jawab.
“Kenapa
masih kosong?” Tanya Myungsoo seraya meraih buku Jiyeon. “Ini soal yang sangat
mudah Chagi-a. kenapa kau masih belum menjawabnya satupun? Sini, biar aku saja
yang mengerjakannya.” Myungsoo merebut pensil yang Jiyeon pegang dan duduk
disamping istrinya.
“Oppa…
apakah menurutmu eonninya Gyuri masih hidup?” Tanya Jiyeon setelah beberapa
menit menatap wajah Myungsoo yang selalu terlihat sangat tampan baginya.
“Molla.”
“Kenapa
aku merasa bahwa jika eonninya Gyuri masih hidup. Dan dia berada disekitar
kita.”
“Itu
hanya perasaanmu saja. Nah sudah. Ini.”
“Waa…
kau mengerjakan semuanya? Waah… gomawo oppa.” Ujar Jiyeon berterima kasih.
Jiyeon memeluk bukunya dan segera beranjak dari tempatnya.
“Tunggu.”
Suara itu sukses membuat Jiyeon menghentikan langkahnya dan berbalik kearah
suaminya. Ia melihat suaminya tengah tersenyum. Beberapa saat kemudian Myungsoo
mulai berdiri, melangkah mendekati Jiyeon. Cup~ kecupan singkat mendarat dengan
mulus dipipi Jiyeon. “Aku tidak mengerjakan pekerjaanmu secara cuma-cuma.”
Jiyeon menaikkan alisnya mendengar perkataan Myungsoo barusan. “Maksudku… aku…
meminta… seonmul.” Ya! Itu maumu sendiri mengerjakan PR Jiyeon. Bukan Jiyeon
yang memintamu Myungsoo. Kau ini bagaimana?
“Seonmul?
Mwoga?” ujarnya Jiyeon penuh tanda Tanya. “Bukankah ultahmu masih bulan depan? Kenapa
kau memintanya sekarang? Aku belum…” kata-kata Jiyeon terhenti saat Myungsoo
mulai menempelkan bibirnya dengan bibir milik istrinya yang selalu membuat
Myungsoo ingin menciumnya setiap kali melihat bibir itu. Bukh!!! Buku yang tadi
dipegang Jiyeon terjatuh ke lantai.
Myungsoo
memperdalam ciumannya. Belum ada balasan dari Jiyeon. Dia masih terdiam. Perlahan,
Jiyeon mulai menikmati ciuman Myungsoo. Tangannya naik ketengkuk Myungsoo. Jiyeon
mulai membalas ciuman itu. Ciuman lembut, manis, dan… sedikit ganas.
Kedua
insan itu masih terlihat sangat menikmati permainan yang mereka lakukan hingga
tidak menyadari Lee Joon memasuki ruangan Myungsoo. Lee Joon yang melihat hal
itu perlahan membalikkan badannya dan pergi keluar.
“Huuhh…
apa yang mereka lakukan? Kenapa dia tidak menguncinya? Apakah mereka akan
melakukannya didalam sini?” pikiran Lee Joon mulai dipenuhi dengan hal-hal
kotor. Yah, tapi itu wajar. Dia bahkan berusia lima tahun lebih tua dari
Myungsoo. Walaupun begitu, sikapnya yang sedikit kekanak-kanakan membuatnya
seringkali dibilang lebih muda dari pada Myungsoo.
“Ya!
Joon-a… apa yang kau lakukan disana?! Mana Myungsoo?!” teriak seorang Gadis
dari ruang tamu. Sekarang ia mulai berjalan menuju tempat Lee Joon berdiri. Dengan
segera Lee Joon menghalangi pintu ruangan itu agar dia tidak masuk. Namun gadis
itu memaksa untuk masuk. Lee Joon menjauhkan gadis itu dari pintu yang ada
dibelakangnya.
“Hyung,
ada apa?” Tanya Myungsoo heran.
“Ah.
Sajangnim. Ini… dia bilang-”
“Myungsoo-ya!
Kau ingat aku? Aku IU. Teman SMP mu. Kau ingat?” sambar gadis itu kemudian.
Myungsoo memperhatikan penampilan aneh gadis itu sambil berusaha mengingatnya
kembali.
“Ah,
Kau IU? Bagaimana kabarmu?” Tanya Myungsoo kemudian. Jiyeon hanya melihat Myungsoo
dari belakang. Sejenak kemudian pergi ke kamarnya.
“Myungsoo-ya.
Siapa dia? Apakah dia saengmu? Tapi kau kan tidak punya saeng.” Tanya IU saat
melihat Jiyeon yang sedang berjalan menuju kamarnya.
“Ah
dia… Chagi-a. Sini!” panggil Myungsoo kemudian. Jiyeon segera berbalik dan
berjalan menuju arah Kim Myungsoo dan IU. Myungsoo memperkenalkan Jiyeon pada
teman lamanya yang bernama IU itu.
“Annyeong
haseyo. Park Jiyeon Imnida.”
“Ah.
IU imnida. Kau masih tampak sangat muda. Apakah kau saengnya Myungsoo?” Jiyeon
melirik ke arah Myungsoo. Mencoba membiarkan Kim Myungsoo yang member jawaban.
“Ya!
Aku tidak punya adik gadis. Dia istriku. Istri tercintaku. Kau tau?”
“Wahh…
jeongmalyo? Kau sangat pintar memilih istri. Yeppeuda.” IU memuji Jiyeon.
“Oppa,
bolehkah aku kembali ke kamar? Aku lelah.” Tanya Jiyeon.
“Eo.
Istirahatlah.” Myungsoo mengijinkan Jiyeon untuk tidur lebih dulu. Jiyeon pun
menundukkan kepalanya sejenak dan pergi ke kamarnya.
“Oh
iya. Ada apa kau datang kesini malam-malam begini?” Tanya Myungsoo kemudian.
“Oh…
aku sedang dalam perjalanan pulang. Dan kebetulan aku lewat sini. Ya sudah aku
mampir saja kesini. Dan, kalau kau tidak keberatan, bolehkah aku menginap
disini untuk malam ini saja.” Ujarnya memohon.
“Tentu
saja. Kau bisa menginap disini.”
“Jeongmalyo?
Gomawo.”
^MyungYeon
BedRoom^
Myungsoo
merasa sangat lelah hari ini. Ia membaringkan tubuhnya tepat disebelah
istrinya. Ia memeluk Jiyeon dari belakang. “Dia siapa?” Tanya Jiyeon tiba-tiba.
“Hanya
teman. Wae?”
“Tidak
aku hanya bertanya.”
“Jiyeon-a.
aku tidak akan berpaling darimu. Sampai kapanpun. Karena aku mulai mencintaimu.
Gadis berusia 17 tahun yang sekarang berada dihadapanku. Aku mencintainya. Aku
mencintai Jiyeonku.” Ujar Myungsoo kemudian.
∞∞∞
^Nam
Family’s House^
^Dining
Room^
06.35
AM
“Gyuri-a,
kau mau berangkat sekolah?” Tanya Eunji.
“Ne
eomma. Aku berangkat dulu ya. Annyeong.” Pamit Gyuri kemudian. Ia meninggalkan
meja makan dan pergi ke sekolah.
Eunji
melihat sesuatu di meja makan tempat Gyuri barusan. Tepat di sebelah piring
Gyuri terdapat selembar kain putih bersih berinisial Jee.
“Jee?
Nam Hyunji? Anakku? Apakah ini milikmu?” gumam Eunji. Ia tidak bisa menahan
tangisnya. Ia teringat kejadian 16 tahun lalu. Ketika ia melahirkan Nam Gyuri
anak keduanya. Hyunji anak sulungnya pergi meninggalkan Eunji dan Woohyun serta
adiknya.
“Yeobo…
kau kenapa?” Tanya Woohyun saat tubuh Eunji terjatuh. “Ahjumma… panggilkan Jang
uisa.” Perintah Woohyun pada pembantunya.
Beberapa
saat kemudian dokter datang. Ia mengeluarkan beberapa perlatan dari dalam
tasnya. “Ny. Nam baik-baik saja. Dia hanya shock. Sebaiknya Ny. Nam
beristirahat dulu hari ini. Kalau begitu, saya permisi dulu.” Pamit Jang uisa.
“Hyunji…
Hyunji…” gumam Eunji dalam tidurnya.
“Yeobo.
Bangunlah…”
“Hyunji…
Yeobo… Hyunji masih hidup. Dia belum meninggal. Lihat… sapu tangan ini… sapu
tangan ini aku buat untuk Hyunji… lihatlah ini adalah inisial yang aku buat
untuk anak kita. Jee.” Eunji memaksa Woohyun untuk mempercayai dirinya. Bahwa putrinya
masih hidup dan berada disekitar mereka.
“Baiklah.
Aku akan mencari Hyunji. Sekarang sebaiknya kau tidur dulu.” Ujar Woohyun
seraya menaikkan selimut istrinya sampai menutupi dada. Eunji pun akhirnya
tertidur.
Sedari
tadi Woohyun memainkan bolpoinnya. Ia gelisah. Hatinya terus tertuju pada anak
sulungnya. Hyunji. Tiba-tiba dia percaya dengan ucapan istrinya.
^Kirin
Art High School^
“Jiyeon!”
panggil Gyuri dari pintu kelasnya. Ia mendekati Jiyeon saat Jiyeon membalikkan
badannya. “Oh iya. Aku ingin mengembalikan sapu tanganmu.” Ujarnya. Gyuri
mengacak seluruh isi tasnya mencari sesuatu di dalam. “kemana perginya benda
itu? Tadi aku yakin sudah membawanya.” Lanjutnya kemudian. Gyuri menepuk
dahinya saat ia ingat bahwa sapu tangan Jiyeon tertinggal dimeja makannya saat
ia sarapan tadi. “Oh iya. Mianhae. Aku lupa. Tadi aku meninggalkannya di meja
makan. mianhae. Besok aku kembalikan padamu.”
“Gwaenchanhayo.
Aku percaya padamu kalau kau tidak akan menghilangkannya Gyuri. Walaupun sapu
tangan itu hilang tidak masalah. Asalkan kepercayaanku padamu sebagai sahabatku
tidak menghilang.” Ujar yang disusul dengan senyuman.
“Jiyeon!”
panggil seseorang dari arah belakang Jiyeon. Jiyeon dan Gyuri serentak menoleh
ke arah suara itu berasal. Tanpa diragukan lagi. Pria itu adalah JB.
“Ada
apa lagi dia memanggilmu? Apakah dia masih belum jera setelah kau menolaknya?” Tanya
Gyuri pada Jiyeon. Gadis itu bahkan sekarang sedang mengerutkan dahinya.
“Jiyeon.
Kau mau ke kantin bersamaku? Sekali-sekali boleh kan kalau kita makan bersama.”
Ajak JB.
“Kalau
kau mengijinkan Gyuri ikut maka aku akan ikut.” Jawab Jiyeon.
“Tapi…”
kalimat JB menggantung. Menimbulkan tanda Tanya besar dipikiran Jiyeon dan
Gyuri. Ah satu lagi. Hoya. Ekor JB.
“Ya
sudah kalau kau tidak mengijinkanku. Ayo Jiyeon-i.” sambar Gyuri
“Jiyeon
Tunggu! Baiklah. Gyuri kau boleh ikut.” Jawab JB pasrah.
∞∞∞
^Nam
Family’s House^
“Aku pulang!” teriak seorang gadis dari
luar ruangan. Gyuri.
“Oh
Gyuri-a. kau sudah pulang? Appa ingin menanyakan sesuatu padamu. Temui appa
diruang kerja.” Perintah Woohyun seraya pergi menuju keruang kerjanya. Gyuri
menyusul appanya dari belakang.
“Waeyo
appa?” Tanya Gyuri membuka pembicaraan.
“Sapu
tangan yang tadi ada di meja makan. milik siapa?” Tanya Woohyun tenang.
“Oh.
Itu milik temanku. Jiyeon. Appa tau? Istrinya Myungsoo oppa.” Jelas Gyuri
singkat.
“Begitukah?
Bisakah kau menyuruhnya datang kesini sekarang?”
“Ada
apa? Kenapa appa terlihat seperti seseorang yang baru saja menemukan sesuatu?” Tanya
Gyuri heran. Sedetik kemudian Gyuri meraih ponselnya dan menghubungi Jiyeon
agar ia pergi kerumahnya.
∞∞∞
^Myungsoo’s
House^
“Jiyeon-a. bisakah kau datang kerumahku
sekarang? Aku sedang membutuhkan bantuanmu. Aku tidak mengerti soal yang tadi.”
Ujar seseorang diseberang.
“Um…
Baiklah aku akan pergi kesana. Tapi aku masih menunggu Myungsoo oppa. Tidak
apa-apa kan?” Tanya Jiyeon.
“Baiklah.” Jawab Gyuri. Jiyeon pun menutup teleponnya. Ia mengambil sebuah tas
kecil dikamarnya dan kembali ke teras rumahnya.
Jiyeon kembali
melihat kearah halaman. Sedari tadi ia menunggu seseorang diteras depan
rumahnya. Jiyeon sangat gelisah. Entah apa yang terjadi. Jiyeon segera beranjak
dari tempatnya ketika menemukan sosok Myungsoo di dalam mobil yang dikemudikan
oleh Lee Joon. “Oppa. Tadi Gyuri memintaku untuk datang kerumahnya.” Ujar
Jiyeon saat Myungsoo turun dari mobil itu.
“Lalu?” Tanya
Myungsoo tiba-tiba. ‘Ada apa dengannya? Tidak biasanya ia seperti ini.’ Gerutu
batin Jiyeon. “Ya. Aku lelah. Cepatlah bicara.” Bentaknya.
“Aku ingin pergi
kesana.” Jiyeon sangat gugup. Bagaimana tidak? Suaminya yang biasanya bersikap
lembut padanya, tiba-tiba menjadi dingin.
“Hanya itu yang
ingin kau katakan? Aku lelah. Aku mau istirahat. Hyung. Antar dia ke rumah
Gyuri.” Perintah Myungsoo. Lee Joon mengiyakan perintah Myungsoo dan membukakan
pintu untuk si nyonya kecil. Jiyeon.
“Aku ingin pergi
denganmu oppa.” Lirih Jiyeon. Matanya berkaca-kaca.
“KAU TIDAK
DENGAR?! AKU LELAH! JADI KAU PERGI SAJA SENDIRI!” teriak Myungsoo. Ia kemudian
pergi dari hadapan Jiyeon. Ini baru pertama kalinya ia dibentak oleh suaminya.
Jiyeon memasuki mobil yang sedari tadi terbuka dan pergi ke rumah Gyuri. Selama
perjalanan ia tidak berhenti menangis. Kata-kata yang suaminya ucapkan tadi
masih terlintas dengan jelas ditelinga Jiyeon.
∞∞∞
^Nam
Family’s House^
Sejak tadi
Jiyeon masih belum menghentikan tangisnya. Saat ia berada tepat dihalaman rumah
Gyuri, ia menghapus jejak air matanya. Jiyeon segera turun dari mobil. “Lee
Joon oppa. Kau bisa tinggalkan aku saja disini. Nanti kalau aku sudah mau pulang
aku akan menghubungimu.” Ujarnya kemudian menuju pintu masuk rumah Gyuri. Ia
menekan bel beberapa kali dan akhirnya mendapat jawaban dengan pintu yang
terbuka.
“Jiyeon-a. Neo
gwaenchanha? Kau terlihat seperti orang yang baru saja menangis.” Ujar Gyuri seraya
membawa Jiyeon masuk.
“Gwaenchanha. Aku
hanya flu saja.”
“Hyunji-a!”
panggil seseorang dari depan pintu kamarnya. Ia setengah berlari mendekati
Jiyeon kemudian memeluk Jiyeon erat.
“Hyunji? Maaf,
tapi aku bukan Hyunji. Jeoneun Park Jiyeon imnida.” Ujar Jiyeon. Jiyeon kaget. Kenapa
eommanya Gyuri bersikap seolah-olah dia anaknya?
“Jiyeon? Baiklah
kau Jiyeon. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” ujar Jimin. Jiyeon mengangguk. “Apakah
sapu tangan ini milikmu?” lanjutnya.
“Ne. eommaku
bilang ini hadiah dari seseorang ketika aku masih kecil.” Jelas Jiyeon singkat.
“Hyunji-a. ini
benar kau. Jiyeon-a. Kau adalah putri kami yang selama ini menghilang. Hyunji…”
Jimin memeluk Jiyeon lagi. Kali ini Jimin memeluk Jiyeon dengan sangat erat. Seolah
tidak ingin melepasnya.
“Yeobo… jangan
seperti itu. Kasihan Jiyeon. Begini saja. Bagaimana kalau kita mengadakan tes
DNA. Agar kita tahu dia Hyunji atau bukan.” Ujar Woohyun seraya menenangkan
istrinya. “Apakah kau setuju Jiyeon?”
“Ne. saya setuju
dengan usulan anda Tuan Nam.” Jawab Jiyeon lembut.
“Baiklah kalau
begitu. Apakah besok kau bisa datang ke rumah sakit dengan orang tuamu?”
“Ne. akan saya
usahakan Tuan Nam. Kalau begitu. Saya pamit pulang dulu.”
“Ini sudah
terlalu malam. Sebaiknya kau menginap saja disini.” Ujar Woohyun.
“Ah tidak terima
kasih. Kalau begitu. Saya pamit.” Jiyeon akhirnya pergi dari rumah Gyuri.
∞∞∞
Aneh. Jiyeon
tidak menghubungi Lee Joon untuk meminta jemput. Ia pergi kearah yang
berlawanan dengan arah rumah Myungsoo. Ia sedang tidak ingin pulang ke rumah
Myungsoo setelah kejadian tadi. Mungkin Myungsoo sedang butuh istirahat. Jiyeon
berjalan entah kemana. Sesekali ia berpikir untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Tapi ia yakin jika ia melakukan itu Hyojoon dan Jimin pasti akan memarahinya. Saat
ia sedang berjalan didepan sebuah toko. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna silver
berhenti di dekatnya.
“Jiyeon-a!” panggil
pengemudi mobil dari dalam -JB-. Reflex Jiyeon menoleh ke arah sumber suara. “Kenapa
kau belum pulang? Mau ku antar?” tawarnya kemudian.
“Ah. JB-ssi.
aniyo. Aku bisa pulang sendiri.” Jiyeon menolak tawaran JB.
“Gwaenchanha. Ayo
naiklah. Kebetulan aku sedang dalam perjalanan pulang.” JB membukakan pintu
untuk Jiyeon. Tanpa ragu Jiyeon memasuki mobil tersebut. JB kembali melajukan mobilnya
setelah Jiyeon memasang sabuk pengamannya.
“Jiyeon-a. Aku
sudah tau semuanya.” Ujar JB tiba-tiba.
“Mwoga?” Tanya
Jiyeon santai. Ia sedang memejamkan matanya sambil bersandar.
“Tentang kau dan
ahjussi itu. Ahjussi itu suamimu kan?” Tanya JB lagi.
“Jadi kau sudah
tau? Sepertinya aku tidak perlu merahasiakannya lagi. Sekarang semua orang
pasti sudah tau kalau aku sudah menikah.” JB terdiam mendengar semua yang
Jiyeon katakan.
“Sudah sampai.” Ujar
JB seraya menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah besar dengan gerbang yang
besar juga.
“Aku sedang
tidak ingin pulang kesini. Bawa aku kerumahmu JB.” Pinta Jiyeon.
‘Kenapa dia jadi
seperti ini? Tidak. Dia bukan wanita murahan yang suka menginap dirumah orang
lain. Ada apa sebenarnya? Apakah dia sedang bertengkar dengan ahjussi itu? Atau
ahjussi itu selingkuh dan Jiyeon mengetahuinya? Ah tidak mungkin itu terjadi. Kalau
ahjussi itu melakukannya pasti reputasi dan perusahaannya terancam.’
“Kenapa kau
masih diam JB-ssi? bawa aku kerumahmu. Aku sedang tidak ingin pulang.” Ucapan
Jiyeon sukses membuat lamunan JB buyar begitu saja.
“Baiklah. Tapi
kenapa? Apakah kau sedang ada masalah dengan ahjussi itu?” Tanya JB seraya
melajukan kembali mobilnya. Pada akhirnya ia membawa Jiyeon pulang ke rumahnya.
“Tidak. Aku sedang
tidak ingin mengganggunya. Lagi pula ini sudah larut malam. Semua orang juga
pasti sudah tidur dan tidak mungkin terjaga hanya untuk membukakan pintu
untukku.”
∞∞∞
^Myungsoo’s
House^
“Kenapa Jiyeon
belum datang juga? Ini sudah jam 10 lewat. Apakah dia marah padaku karena aku
membentaknya tadi?” pria itu menunggu Jiyeon datang di ruang tamunya bersama
pembantu dan asisten pribadinya yang sudah ia anggap seperti keluarganya
sendiri.
“Kenapa dia tidak
mengangkat teleponku? Kemana gadis itu?” gerutu Myungsoo. Ia mencoba untuk
menghubungi Jiyeon berkali-kali namun tidak sekali pun ada jawaban dari
istrinya.
∞∞∞
Drrtt… ddrrtt…
“Jiyeon ponselmu
dari tadi bergetar. Kenapa kau tidak mengangkatnya?” Tanya JB. Percuma. Jiyeon
tidak menghiraukannya. Ia justru membiarkan ponselnya. Beberapa saat kemudian
ponselnya kembali bergetar. Namun tetap saja Jiyeon tidak mengangkatnya. “Jiyeon-a
wae ireokhae? Dia suamimu Jiyeon. Angkatlah. Dia pasti sangat
menghawatirkanmu.”
“JB-ssi. bawa
aku bersamamu.” Ujar Jiyeon tiba-tiba.
“Jiyeon-a. Aku
tau kau bukan wanita murahan ataupun anak nakal. Tapi ini seperti bukan kau
yang sebenarnya. Apakah kau sedang ada masalah dengan ahjussi itu? Katakan
Jiyeon. Siapa tau aku bias membantumu.” Ujar JB.
“Apakah sudah
sampai? Sebaiknya kita cepat masuk. Aku sangat lelah.” Ujar Jiyeon seraya
melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil JB. Ini adalah pertama kalinya
Jiyeon mengunjungi rumah JB. Jadi wajar saja jika ia terkejut melihat
pemandangan didepannya. Rumah yang tidak begitu besar. Padahal orang tuanya
adalah pengusaha terbesar ke tiga di Negara Korea Selatan.
Sepi. Yah
begitulah suasana rumah JB. Ia hanya tinggal berdua dengan ekornya. Hoya. Di
jam segini, pastilah Hoya sedang tidur. “Jiyeon kau bisa tidur dikamarku. Disini
hanya ada dua kamar. Aku akan tidur dikamar Hoya.” Ujar JB. Dia benar-benar
tidak bisa berbuat apa-apa jika melihat Jiyeon.
“Ah ne.” Jiyeon
segera menuju kamar JB dan menutup pintunya.
Dari luar, JB
bisa menebak kalau Jiyeon sedang menangis. Isakan tangisnya terdengar dengan
jelas ditelinga JB. Namun JB bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia ingin
menghubungi Myungsoo tapi ia tiidak memiliki nomor telepon ahjussi itu. Akhirnya
ia teringat dengan Gyuri. Ia memiliki nomor telepon Gyuri. JB mencoba
menghubungi Gyuri dan akhirnya ia mendapat jawaban.
“Yeoboseyo?” Tanya Gyuri
diseberang dengan suara lemah. Tampak sekali kalau ia baru bangun dari
tidurnya.
“Gyuri-a. Mian
aku mengganggumu malam-malam begini. Apakah kau memiliki nomor telepon ahjussi
yang waktu itu mencium Jiyeon?”
“Eo. Wae?”
“Bisakah kau
memberikannya padaku?” Gyuri mennyebutkan nomor telepon Myungsoo pada JB. “Gomawo.
Mian sudah mengganggumu.” JB mengakhiri telepon. Kemudian ia mencoba untuk
menghubungi Myungsoo dengan ponselnya.
∞∞∞
Drrtt… DDrrtt…
“Yeoboseyo?” Tanya
Myungsoo dengan cepat. Ia mengira kalau yang menelepon adalah istrinya.
“Ahjussi. Jeoneun Jiyeon-I chingu-eyo.”
“Chingu? Nugu?”
“Jeoneun JB imnida.”
“Oh JB. Ada apa?”
“Begini. Sebenarnya Jiyeon sedang berada di rumahku.”
“Mwo?! Ya! Wae?!”
teriak Myungsoo. Entah teriakan itu karena Myungsoo cemburu atau sedang emosi.
“Ahjussi dengarkan dulu penjelasanku. Tadi, aku
bertemu dengan Jiyeon di jalan. Lalu aku membawanya pulang ke rumahmu. Tapi
Jiyeon bilang dia sedang tidak ingin mengganggu anda. Dia ingin aku membawanya
pulang bersamaku. Aku tidak tega melihatnya. Jadi aku menuruti permintaannya.”
“Maldo andwae. Mana
mungkin Jiyeon menginap dirumah seorang pria? Baiklah sekarang dimana Jiyeon? Sebutkan
alamat rumahmu sekarang.” Setelah JB menyebutkan alamat rumahnya Myungsoo
dengan segera meraih kunci mobil yang ada diatas mejanya dan pergi kerumah JB.
“Sajangnim
eodigayo?” Tanya Lee Joon didepan kamarnya. Ia hendak mengambil air minum. Tapi
langkahnya terhenti saat melihat Jiyeon melihat Myungsoo melintas dihadapannya.
∞∞∞
Setelah beberapa
menit Myungsoo mengemudikan mobilnya akhirnya ia menemukan alamat rumah yang
disebutkan oleh JB.
“Jiyeon-a!”
panggil Myungsoo dari luar. JB yang sedari tadi duduk menunggu kehadiran
Myungsoo beranjak menuju pintu masuk rumahnya. “Mana Jiyeon?” tanyanya.
“Di dalam.” JB
menunjukkan kamar tempat Jiyeon saat ini.
Myungsoo
memutar-mutar kenop pintu kamar JB. Tapi tidak kunjung terbuka. “Jiyeon buka
pintunya!” teriak Myungso sambil menggedor-gedor pintu kamar JB. “Kau punya
kunci cadangan?” Tanya Myungsoo pada JB.
“Eo. Igeo.” Jawab
JB seraya memberikan sebuah kunci pada Myungsoo. Ia segera membuka pintu itu
dan mendapati Jiyeon yang sedang duduk dilantai sambil menenggelamkan wajahnya
di kedua lututnya.
“Chagi-a mianhae.
Aku tadi sedang emosi. Aku tidak berniat untuk membentakmu. Aku berjanji. Aku
tidak akan mengulanginya lagi.” Ujar Myungsoo seraya memeluk erat istrinya yang
sedang menangis itu. Sedangkan JB hanya terpaku melihat Jiyeon dan Myungsoo. “Chagi-a.
Ayo kita pulang.” ajak Myungsoo. Jiyeon tidak bisa menolaknya. Akhirnya Jiyeon
ikut dengan Myungsoo pulang kerumahnya. “Gomawo.” Ucap Myungsoo pada JB. JB
membalasnya dengan anggukan.
∞∞∞
^Myungsoo’s
House^
“Jha kita turun.”
Ujar Myungsoo saat mereka sampai dirumah Myungsoo. Tanpa menjawab Jiyeon turun
dari mobil dan pergi menuju kamar tamu. “Kau mau kemana?” Tanya Myungsoo.
Jiyeon tidak menjawabnya. Lagi. “Kau mabuk? Kamarmu disini bukan disana
chagi-a. itu kamar tamu.” Ujar Myungsoo seraya menahan tangan Jiyeon. Percuma.
Jiyeon menghempaskan tangan Myungsoo dan berbalik menatapnya.
“Aku tidak
mabuk. Aku sadar sepenuhnya. Sebaiknya kau istirahat saja. Kau bilang kau
sedang lelah. Kenapa sampai jam segini kau belum tidur? Sudahlah sebaiknya kau
tidur. Mulai malam ini aku akan tidur disini.” Jiyeon kembali melangkahkan
kakinya menuju kamar tamu.
“Chagi-a. Kau
masih marah karena aku membentakmu tadi? Mianhae. Jeongmal mianhae.” Myungsoo
berkali-kali mengatakan kata ‘maaf’ pada Jiyeon namun tidak ada respon darinya.
∞∞∞
Pagi-pagi sekali
Jiyeon sudah terlihat sangat rapi. Dia akan berkunjung ke rumah orang tuanya
untuk menanyakan tentang dirinya. Jiyeon pergi tanpa berpamitan pada semua
orang yang tinggal dirumah itu. Ia pergi begitu saja. Penampilannya masih sama
seperti dulu sewaktu ia masih belum menikah. Memakai celana jeans panjang,
jamper, dan sepatu. Dengan tas gendongnya ia pergi kerumah orang tuanya.
^Park
Family’s House^
“Eomma! Appa!”
teriak Jiyeon dari luar. Hyojoon dan Jimin kaget saat melihat Jiyeon. Wajar
saja, ini masih jam enam sedangkan Jiyeon sudah datang kerumahnya sepagi ini. Apalagi
dia hanya sendirian saja.
“Jiyeon-a. Mana
Myungsoo? Kenapa kau tidak bersamanya?” Tanya Jimin. Seraya memeluk Jiyeon.
“Ah… Myungsoo
oppa sangat lelah karena lembur semalam. Jadi dia tidak bisa ikut semalam.” Jawaban
yang sangat tepat. Jiyeon apa yang kau lakukan? Mereka orang tuamu. Kenapa kau
harus berbohong?
“Oh… geundae ada
apa kau datang kesini sepagi ini?” Tanya Hyojoon.
“Ada sesuatu
yang ingin aku tanyakan pada kalian.” Ujar Jiyeon. Tiba-tiba suasana berubah
menjadi sangat serius.
“Eomma, Appa…
apakah benar aku bukan anak kalian?” Tanya Jiyeon. Jimin dan Hyojoon saling
memandang
“Kenapa
tiba-tiba kau menanyakan hal itu Jiyeon?” ujar Jimin.
“Jawab eomma. Appa.”
Paksa Jiyeon.
“Sebenarnya…”
ucapan Jimin menggantung. Jiyeon berharap bahwa eommanya akan bilang ‘tidak’
atau bahwa dia adalah putrinya. Putri yang lahir dari rahim Jimin.
“Yeobo… katakan
saja yang sebenarnya.” Perintah Hyojoon. Ia tampak gugup dan takut. Takut akan
ditinggalkan oleh Jiyeon.
“Sebenarnya…”
“Eomma. Jebal
katakan sekarang” Jiyeon tidak sabar ingin mendengar jawaban dari Jimin.
“Geuraeh. Kau
memang bukan anak kami. Seseorang yang tak kami kenal meletakkanmu begitu saja
didepan rumah.” Sambar Hyojoon kemudian. Ia sudah tidak tahan mendengarkan
ucapan Jimin yang selalu menggantung. Sedangkan Jiyeon hanya bisa terdiam dan
menangis.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar