Title : Because I Born To Be Yours Part 1
Main Cast : MyungYeon Couple
Other Cast :
-
Park Hyojoon as Jiyeon appa
-
Han Jimin as Jiyeon eomma
-
Kim Sunggyu (Infinite) as
Myungsoo appa
-
Song Jihyo as Myungsoo eomma
-
Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri
appa (Jiyeon appa)
-
Jung Eunji (Apink) as Gyuri
eomma (Jiyeon eomma)
-
Nam Gyuri as Jiyeon’s friend
and Jiyeon-i dongsaeng
-
Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s
asistent
-
JB / Im Jae Bum (GOT7) as
Jiyeon’s friend
-
Hoya / Lee Hoya (Infinite) as
Jiyeon’s friend
Genre : Married Life, School Life, and other
Rate : 17+
Length : Part
Author : Nam Ohyun
Jiyeon
POV
Annyeong
haseyo. Jeoneun Park Jiyeon imnida. Usiaku saat ini 17 tahun. Disinilah aku
tinggal. Di sebuah rumah kecil yang hanya berisi beberapa perabotan rumah
tangga. Aku tinggal bersama eomma dan appa. Oh iya aku bersekolah di Kirin Art
High School. Aku mendapatkan beasiswa untuk bersekolah disana. Aku juga bekerja
paruh waktu untuk menghasilkan pendapatan tambahan untuk keluargaku.
Setelah
sarapan aku berpamitan kepada eommaku untuk pergi ke sekolah. “Eomma. Aku
berangkat.” Pamitku. Aku hampir saja lupa. “Eomma. Ini bayaranku selama bekerja
di bakery samping sekolah.” Ujarku seraya menyerahkan amplop berisi uang kepada
eomma.
“Jiyeon-a.
Ini untukmu. Tabunglah uang ini untuk keperluan pribadimu.” Eomma memberiku
beberapa lembar uang.
“Appa
tidak pulang semalam?” tanyaku ketika menyadari sandal appa tidak ada di depan
pintu.
“Molla.
Mungkin appamu berjudi lagi.” Jawab eomma ketus. Perlahan aku melangkahkan
kakiku pergi. “eomma aku berangkat. Annyeong.” Pamitku sekali lagi.
Di
depan rumah aku melihat seseorang berjaket tebal berwarna hitam sedang berjalan
sempoyongan. “Appa!” teriakku kemudian. Eomma yang mendengar teriakan ku segera
keluar dari dalam rumah.
“Jiyeon-a.
pergilah ke sekolah. Biar appamu eomma yang urus. Pergilah.” Perintah eomma. Aku
segera pergi dari hadapan keduanya.
Kirin
Art High School
Kali ini
pikiranku kacau. Hutang appa yang kemarin masih belum lunas dan sekarang
mungkin appa sudah berhutang lagi.
“Jiyeon-a.
Jiyeon!” bentak salah seorang temanku. “Kau kenapa?” tanyanya seraya memberiku
sekaleng minuman padaku. Nam Gyuri. Dia satu-satunya teman yang dekat denganku.
Dia adalah putri dari pemilik sekolah ini. Walaupun aku dari kelurga tidak
mampu dia tetap bersikap baik padaku dan mau membantuku. Walaupun appaku
seorang pemabuk dan suka berjudi dia tidak sedikitpun menjauhiku.
“Gomawo.
Aku…”
“Appamu
berhutang lagi?” tanyanya kemudian.
“Eo.
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku bekerja paruh waktu untuk belanja
eomma. Aku tidak bisa melunasi hutang appa yang segitu banyaknya. Gyuri-a,
apakah kau bisa membantuku?” ujarku memohon.
“Akan
ku usahakan . Tapi aku tidak janji. Kau tau
kan appaku seperti apa.”
“eo.”
Jawabku singkat.
“Jangan
sedih, senyum…” hibur Gyuri seraya menarik bibirnya hingga membentuk sebuah
senyuman. Beberapa detik kemudian aku ikut tersenyum.
Author
POV
Woollim
Group
“Ada
apa kau datang kesini Gyuri?” Tanya seorang pria tinggi dan tampan sambil
melangkah mendekati sepupunya. Nam Gyuri. Pria itu adalah putra pemilik Woollim
group sekaligus pemilik KMS Restaurant. Namanya Kim Myungsoo.
“Oppa,
apakah kau masih belum menemukan wanita yang cocok untukmu?” Myungsoo menaikkan
alisnya mendengar pertanyaan Gyuri. Dua hari yang lalu, Myungsoo dipaksa
bertunangan dengan seorang wanita pilihan eommanya. Dengan alasan orang tuanya
ingin segera memiliki cucu. Dan menurut orangtua Myungsoo, pria itu sudah cukup
umur untuk memiliki sebuah keluarga.
“Wae?
Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?”
“Ani.
Aku ingin kau membantu temanku dengan memanfaatkan itu. Jebalyo oppa.”
“hahaha.
Kau mau menjodohkanku dengan gadis kecil seusiamu?” Myungsoo tertawa lebar. Sedangkan
Gyuri memajukan bibirnya dan melipat tangannya di depan dada melihat tingkah
laku Myungsoo. “ehem, memangnya siapa namanya?”
“Jiyeon.
Park Jiyeon.”
“Apa
alasanmu ingin aku membantunya?” Tanya Myungsoo.
“Haruskah
aku menceritakan secara detail?”
“Intinya
saja.” Jawab Myungsoo segera.
“Jiyeon.
Appanya terlilit hutang seratus juta won. Dan Jiyeon bekerja mati-matian untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.”
“Kau
punya fotonya? Dan alamat rumahnya?”
“Eo.
Ini. Yang ini. Dan ini alamat rumahnya.” Gyuri menyerahkan selembar kertas yang
berisi gambar Jiyeon dengan Gyuri disana. Myungsoo membalik gambar tersebut dan
mendapati alamat rumah Jiyeon.
∞∞∞
Park
Family’s House
Pranggg!!!
Brakk!!!
“Ya! Kapan kau bayar hutangmu! Ini sudah dua
bulan!” seorang pria bertubuh besar tampak sedang melempar barang-barang
yang ada di rumah Jiyeon.
“Appa!!!”
Jiyeon yang berada di pintu depan berlari menuju appanya yang sudah terluka
parah. “Appa gwaenchanha?” jiyeon memegang kedua pipi appanya.
“Apa
dia putrimu? Kenapa kau tidak mengatakan kalau kau punya seorang putrii yang sangat
cantik?” pria bertubuh besar itu mendekat kearah Jiyeon dan mengusap lembut
pipi Jiyeon.
“Jangan
sentuh anakku!” teriak appa Jiyeon. Jiyeon melihat kearah appanya. Menatapnya
tidak percaya. Ini baru pertama kalinya appanya memanggilnya dengan sebutan ‘anakku’.
“Beri aku waktu seminggu lagi. Aku akan melunasi semua hutangku.”
“Ah,
baiklah kalau begitu. Kalau kau tidak melunasi hutangmu… anakmu yang cantik ini
akan kujadikan istriku.” Pria itu
akhirnya pergi dari rumah Jiyeon.
Di
luar Myungsoo mengintip kejadian yang menurutnya hal luar biasa yang terjadi di
dalam rumah kecil milik keluarga Park. Beberapa saat kemudian, Myungsoo kembali
kemobilnya dan memerintahkan sopirnya untuk kembali.
∞∞∞
Woollim
Group
“Appa,
bisakah aku bicara denganmu sebentar?” Tanya Myungsoo yang baru datang dari
rumah Jiyeon.
“Bicaralah.
Selagi appa ada waktu.” Kim Sunggyu masih asik dengan pekerjaannya.
“Aku…
aku sudah mempunyai calon istri. Aku ingin memutuskan pertunanganku dengan wanita
pilihan eomma. Bae Suzy.” Ujar Myungsoo tegas. Seolah dia sudah mantap untuk
menikahi wanita yang sama sekali belum ia kenal dan ia temui sebelumnya. Seakan
ia yakin hidupnya akan bahagia bersama wanita pilihannya.
“Siapa
namanya?” Sunggyu mulai mengangkat kepala melihat Myungsoo.
“Park
Jiyeon.”
“Baiklah.
Tentukan tanggal pertemuannya.”
“Ne
appa.”
3
Days Later
Park
Family’s house
Hari mulai pagi.
Mentari mulai menampakkan sinarnya. Hari ini tepatnya hari minggu dimana semua
siswa sedang menikmati hari libur dengan kegiatan yang mereka sukai. Namun
tidak dengan Jiyeon. Wajahnya terlihat murung. Pikirannya hanya tertuju pada
hari pertunangannya dengan Myungsoo yang akan dilaksanakan hari ini. Ia menatap dirinya di depan sebuah
cermin besar yang ada di kamarnya.
Flashback
“Jiyeon-a
kosongkan jadwalmu besok.” Ujar Jimin yang sedang asik bersih-bersih di ruang
tamu.
“Memangnya
kenapa eomma?” tanya Jiyeon heran. ‘tidak biasanya eomma menyuruhku untuk menghabiskan
waktu dirumah selama liburan.’ Batin Jiyeon.
“Keluarga Tn. Kim
akan mengadakan lamaran di restoran
milik putranya.”
‘Mwo? Tn. Kim?
Bukankah dia pemilik perusahaan terbesar di Korea Selatan? Dan tunggu. Bukankah
dia hanya memiliki satu putra? Kim Myungsoo? Dan umurnya pun berbeda jauh
denganku. Bagaimana bisa mereka menjodohkan putra mereka dengan remaja berumur
17 tahun sepertiku?’ Gerutu batin Jiyeon. “Apakah itu artinya aku akan menikah dengan calon pewaris Woollim group?” Tanya
Jiyeon tidak yakin.
“Tentu saja. Dengan
begitu secara tak langsung kau akan menyelamatkan hidup appa dan eomma.” Jawab
eomma Jiyeon.
“Apakah appa
berhutang lagi pada mereka?” Tanya Jiyeon dengan mata yang berkaca-kaca.
“Molla. Ah
sudahlah. Sebaiknya kau istirahat supaya tidak bangun kesiangan.” Usir Jimin.
Tanpa sepatah katapun Jiyeon akhirnya segera pergi ke kamarnya.
Flashback
end
“Wah…
Jiyeon-ku yang cantik. Ayo pergi.” Perintah Jimin sambil sedikit merapikan
rambut Jiyeon.
“Eomma…
tak bisakah aku menolak lamaran ini? Aku masih belum siap menikah sekarang
eomma.” Ujar Jiyeon lirih. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi.
“Jiyeon
dengarkan eomma. Ini adalah jalan yang terbaik untuk keluarga kita. Bukankah
Kim Myungsoo juga tampan? Sepertinya dia cocok denganmu.” Jimin mencoba
menghibur putrinya Jiyeon.
“Tapi
eomma, bukankah sebuah hubungan membutuhkan cinta agar tidak mudah hancur? Aku
belum siap untuk menerimanya eomma…”
“Hapuslah
air matamu Jiyeon. Percayalah pada Eomma dan Appa. Kau akan bahagia bersamanya. Sudahlah ayo cepat keluar
sebelum appamu marah.” Ujar Jimin sekali lagi. Beberapa detik kemudian Jiyeon
menyusul eommanya dan berangkat menuju tempat pertemuan dengan keluarga Kim Sunggyu.
KMS
High Restaurant
“Annyeong
haseyo. Apakah anda Tn. Park Hyojoon?” sapa seorang pria berjas hitam mendekati
Park.
“Ah,
ne.” jawab Hyojoon singkat.
“Silahkan
lewat sini.” Pelayan itu mengantarkan Jiyeon dan orang tuanya menuju sebuah
ruangan khusus yang sudah disiapkan oleh keluarga Kim.
“Annyeong
haseyo. Silahkan duduk.” Kim Myungsoo beserta dengan keluarganya berdiri memberi
salam kepada Keluarga Jiyeon.
“Appa.
Perkenalkan, ini calon istriku. Park Jiyeon.” Myungsoo mulai membuka
pembicaraan.
“Annyeong
haseyo. Park Jiyeon Imnida.” Sapa Jiyeon sambil sedikit menundukkan kepalanya. Ekspresinya
datar tanpa sedikit senyuman untuk Myungsoo.
“Jadi
kau yang bernama Jiyeon?” Tanya Jihyo. Eomma Myungsoo.
“Ne
eomonim.”
“Dia
tidak lebih baik daripada Suzy.” Umpat Jihyo.
“Eomma.
Diamlah.”
“Jadi
kapan kira-kira pernikahan mereka akan dilaksanakan?” tanya Hyojoon.
“Sepertinya
akan lebih baik kalau kita menikahkan anak kita lebih cepat.” Jawab Sunggyu
santai.
“Kalau
begitu bagaimana kalau minggu depan saja? Bagaimana Tn. Kim?” usul Jimin.
“Saya
terserah pada anda.” Jawab Jihyo kemudian.
‘Satu
minggu? Apakah eomma dan appa benar-benar akan menikahkan kami? Perbedaan umur
kami bahkan sangat jauh. Tapi jika ini yang bisa aku lakukan untuk eomma dan
appa maka akan kulakukan. Aku pasrah padamu Tuhan…’
“Baiklah
kalau begitu mari kita bersulang untuk pertunangan Myungsoo dan Jiyeon.” Sunggyu
berdiri dan mengangkat gelasnya. Beberapa detik kemudian disusul oleh Hyojoon
dan lainnya.
“Bersulang.”
Semua orang tampak sangat bahagia kecuali Jiyeon dan Myungsoo. Keduanya merasa
canggung.
Disaat
semua orang selesai makan Myungsoo mengajak Jiyeon pergi keluar. Sesampainya
diluar Myungsoo menarik tangan Jiyeon dan membawanya ke tangga darurat. Sepi. Tak
ada seorang pun yang lewat di tempat itu. Myungsoo menutup pintu dan memojokkan
Jiyeon disana.
“Ahjussi
kau siapa? Apakah saya mengenal anda sebelumnya?” Jiyeon mulai berbicara.
Myungsoo tidak menjawab. Ia hanya menatap lekat gadis yang ada dihadapannya. “Ahjussi.
Jawablah pertanyaanku.” Paksa Jiyeon. Beberapa detik kemudian, Myungsoo memeluk
Jiyeon dan meminta maaf.
“Jiyeon-a.”
“Ahjussi.
Aku tau. Aku tau appaku menyerahkanku padamu untuk melunasi hutang appa. Aku
rela melakukannya untuk appa. Aku rela melakukan apa saja untuk appa. Tidak
peduli apa yang harus aku lakukan. Aku ingin appaku kembali seperti semula dan
tidak terlilit hutang. Mulai sekarang, aku akan menyerahkan diriku kepadamu
Tuan Kim Myungsoo.” Jiyeon sedikit menekan kata Kim Myungsoo. Bukan karena ia
ingin mengancam ataupun menantang. Tapi karena ia sangat sulit untuk
mengucapkan kata-kata itu.
“Uljima.
Aku berjanji tidak akan membuatmu menangis lagi.”
∞∞∞
Wedding
Day
Jiyeon
POV
Beberapa
menit lagi pernikahanku akan dilaksanakan. Dan sebentar lagi aku akan menjadi
istri seorang pengusaha kaya bernama Kim Myungsoo. Perusahaan sudah diwariskan
kepadanya sejak dua hari yang lalu.
Tanganku
gemetar, badanku terasa dingin. Sesekali aku meremas gaun putih yang ku kenakan
saat ini. Ingin sekali aku meneteskan
air mataku. Tapi, mungkin itu akan sia-sia. Tidak ada yang memperdulikanku.
“Jiyeon-a.
Maafkan appa. Kau seperti ini karena appa. Maafkan appa.” Ucap appaku seraya
memelukku erat. Seakan tidak
mengijinkanku untuk menikah.
“Appa
tidak perlu meminta maaf padaku. Setelah ini, setelah pernikahan ini selesai, aku
harap appa tidak berjudi lagi dan berhutang lagi seperti dulu.”
“Arasseo
Jiyeon-a.” jawab appa disela-sela tangisnya.
“Yakseokhae?”
aku mengulurkan jari kelingkingku di depan appa.
“Yakseokhae.”
Jawab appa kemudian sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari
kelingkingku.
“Ehem…
Mempelai wanita, ini sudah saatnya untuk pergi.” Ujar seorang pria dari dekat
pintu.
“Ah,
Jiyeon-a. ghaja.” ajak appa seraya mengulurkan tangannya. Aku menghapus air
mataku dan meraih tangan appa. Perlahan kami menuju ke altar pernikahan.
“Pintu masuk mempelai wanita” sedetik
kemudian setelah suara itu di serukan pintu masuk terbuka lebar. Aku dan appa
memasuki gedung penikahan yang Tn. Kim siapkan.
“Kim
Myungsoo… tolong jaga Jiyeon baik-baik.” Ujar appa pada Myungsoo.
“Ne,
abeonim.” Jawab Myungsoo kemudian. Perlahan appa mengarahkan tanganku di lengan
Myungsoo. Didepanku ada seorang pendeta. Kami membaca janji suci. Dan akhirnya
Kim Myungsoo memasangkan cincin pernikahan di jari manisku. Begitu juga
denganku.
After
The Wedding
“Menantuku,
bekerja keraslah malam ini untuk membuatkan kami cucu.” Ujar ibu mertuaku. Tiba-tiba
tanganku gemetar. Aku gugup. Lebih gugup daripada sebelum prosesi pernikahan tadi.
“Eomma,
kami akan tinggal di rumahku mulai malam ini.” Sambung Myungsoo yang baru datang
mengambil minuman. Entah kenapa seolah aku merasa Myungsoo tidak ingin aku
mendengar hal semacam itu.
“Oh
Wae? Kenapa kalian tidak tinggal di rumah kami dulu?”
“Aniyo
eomma. Aku tidak ingin mengganggu eomma dan appa.”
“Terserah
kau saja. Yang penting kalian tidak lupa untuk membuat bayi untuk eomma dan
appa.”
“Eomma
sudahlah.”
“Ah,
kalau begitu eomma pergi dulu.” Eomeonim pun akhirnya meninggalkan kami.
“Aku
haus. Aku akan mengambil minuman sebentar.” Pamitku. Sebenarnya aku tidak haus.
Tapi aku terlalu gugup untuk bersama dengan Myungsoo. Saat aku mulai beranjak
Myungsoo menarik tanganku hingga aku terduduk kembali.
“Duduklah
disini.” Ujarnya singkat. “Hyung. tolong ambilkan minuman untuk Nyonya kecil
ini.” Perintah Myungsoo pada Lee Joon yang sedari tadi berada di sebelah kanan
kami. Dengan segera Lee Joon berdiri dan berjalan mengambilkan minuman untukku.
Sementara
Lee Joon keluar. Diruangan ini hanya ada kami berdua. Aku dan Myungsoo. “ehem.”
Myungsoo sedikit berdeham. “Kenapa kau hanya diam saja dari tadi?” tanyanya
kemudian.
“Aku…
aku tidak tau harus bicara apa.” Jawabku sedikit gugup.
“Kau
istriku sekarang. Bisakah aku mengenalmu lebih dekat?” Tentu saja. Aku sudah
sah menjadi istrimu sekarang ahjussi. Tapi masalahnya aku terlalu gugup untuk
berbicara denganmu.
Aku
terdiam sesaat. Mengumpulkan semua nyaliku untuk berbicara dengan ahjussi yang
sedang duduk didekatku. Tak lama kemudian Lee Joon datang membawa minum dan
memberikannya padaku. Aku meraih minuman itu dan meminumnya sedikit.
“Apakah
semua tamu sudah pulang?” Tanya Myungsoo.
“Ne.
semuanya sudah pulang kecuali…”
“Kecuali
siapa?”
“Suzy.”
“Ish…
apakah dia sudah gila? Pertunangan kami bahkan sudah berakhir. Kenapa dia masih
menungguku?” Myungsoo berdiri dari tempat duduknya hendak pergi menemui Suzy
eonni. Aku menahan tangannya. Aku melihat amarah dimatanya. Entah kenapa dia
merasa sangat marah. Aku memohon padanya agar ia kembali duduk. “Suruh dia
segera pergi.” Perintahnya pada Lee Joon.
“Ne
Sajangnim.” Lee Joon berpamitan kemudian pergi dari hadapan kami berdua.
“Ahjussi.
Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu? Tapi kau harus menjawabnya dengan jujur.”
“Tanya
saja. Aku tidak akan melarangmu untuk bertanya.”
“Kenapa
kau terlihat sangat membenci Suzy eonni?”
“Itu
karena dia yang membunuh halmeoni tiga tahun yang lalu.”
Flashback
Myungsoo
POV
“Halmeoni
aku pulang!” aku baru pulang dari kantorku. Hari ini aku pulang lebih awal
karena tidak banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di kantor. Aku segera
menuju kamar halmeoni. Setibanya di depan kamar halmeoni aku melihat seseorang
yang tidak asing lagi di mataku sedang menutupi kepala halmeoni dengan bantal.
“Suzy!
Apa yang kau lakukan?!” teriakku dari pintu. Aku segera mendekati halmeoni yang
sudah kehabisan napas dan menampar Suzy. “Mulai sekarang, kau bukan lagi
tunanganku! Aku memutuskan hubunganku denganmu! Aku tidak ingin melihatmu lagi.
Pergi! Pergiiii!” usirku kasar. Aku memeluk halmeoni. Memeiksa detak
jantungnya. Tidak ada. Aku berteriak memanggil halmeoni sekali lagi
sekeras-kerasnya. Air mataku tidak bisa ku tahan lagi.
Flashback
end
Jiyeon
POV
“hari
itu aku menangis untuk yang pertama kalinya. Halmeoni yang sangat aku sayang
meninggal karena tunanganku sendiri.” Air mata Myungsoo mulai mengalir. Aku meraih
sesuatu disampingku. Kain putih berinisial Jee. Aku memberikannya pada
Myungsoo.
“Uljima.”
Hanya satu kata itu yang bisa aku ucapkan untuk membuatnya lebih tenang.
Myungsoo’s
House
Author
POV
Sinar
mentari pagi memasuki ruang kamar Myungsoo dan Jiyeon yang terlihat sangat
berantakan. Pakaian yang mereka kenakan semalam berserakan dilantai. Perlahan Jiyeon tersadar dari mimpi
indahnya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali dan menggeliat pelan seolah
tidak ingin membangunkan pria yang sedang tidur sambil memeluknya dari belakang.
Perlahan Jiyeon meraih pakaian putih tebal yang ada di lantai dan pergi
membersihkan dirinya. Tak lama, Jiyeon selesai membersihkan dirinya dan dia
sudah terlihat sangat rapi dengan kaos pink panjang dan celana jeans hitam yang
dikenakan nya. Hari ini Jiyeon cuti dari sekolahnya.
Dining
room
Jiyeon
menghentikan langkahnya di tangga dekat kamarnya melihat seorang ahjumma sedang
memasak banyak makan an. Beberapa pertanyaan terlintas dipikirannya saat ini.
“Anda sudah
bangun?” Tanya ahjumma itu.
“Ne.” Jiyeon
melanjutkan langkahnya mendekati ahjumma itu. “Ahjumma. Bisakah aku membantumu?”
“Tidak perlu
Nyonya kecil. Silahkan duduk.” Ahjumma itu menarik sebuah kursi untuk Jiyeon.
“Kau sudah
bangun?” sapa Jiyeon saat melihat suaminya berjalan mendekatinya di tangga. Pria
itu hanya menjawab ‘um’ dan meraih sesuatu dari dalam kulkas.
“Silahkan.”
“ne Gomawo ahjumma.”
Jawab Jiyeon. Jiyeon meraih sebuah pancake yang ada dihadapannya dan
meletakkannya dipiring Myungsoo. “Makan lah.”
“Kau juga harus
makan.” Ujar Myungsoo sambil meletakkan sebuah pancake dipiring Jiyeon. Sesungging
senyuman terlukis diwajah Jiyeon saat Myungsoo meletakkan makanan dipiringnya.
“Ahjussi kau-”
“Jangan panggil
aku ahjussi. Aku masih belum tua.” Potong Myungsoo cepat.
“Lalu aku harus
memanggilmu dengan sebutan apa?”
“Apa saja selain
panggilan untuk orang yang sudah tua.” Jawab Myungsoo kemudian.
“Bagaimana kalau
Oppa?”
“lalu aku akan memanggilmu dengan sebutan Chagi” Jiyeon
menaikkan alisnnya saat Myungsoo menyebutkan kata ‘Chagi’ padanya. “Wae?” Tanya
Myungsoo saat mlihat ekspresi Jiyeon yang tampak kaget.
“Aniyo.”
“Ah baiklah. Kau
ingin mengatakan apa barusan?”
“Bolehkah aku
meminjam ponselmu sebentar?” Tanya Jiyeon.
“Untuk apa?”
“Aku ingin
menghubungi temanku disekolah.” Pantas saja kalau Jiyeon tidak punya ponsel. Uang
hasilnya bekerja ia serahkan kepada eommanya untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari.
“Kau tidak punya
handphone?” Tanya Myungsoo. Jiyeon menundukkan kepalanya dan menggeleng. Sesaat
kemudian Myungsoo memanggil Lee Joon dan memerintahkannya untuk memberikan
Jiyeon handphone yang baru.
“ah
tidak perlu ahjussi. Um maksudku oppa. Aku akan membeli handphone sendiri
dengan uang jajan yang kau berikan padaku.” Cegah Jiyeon.
“Chagi…
uang jajan berbeda dengan uang untuk membeli kebutuhanmu.”
“Tapi
oppa-” kalimat Jiyeon terhenti ketika Myungsoo membungkam mulut Jiyeon dengan
bibirnya. Sekilas. “baiklah.”
“Barangnya
akan tiba sebentar lagi sajangnim.”
Beberapa saat kemudian
Ting… tong…
“Ahjumma
tolong bukakan pintunya.” Perintah
Myungsoo.
“Ne.”
Ahjumma segera menuju ke pintu depan dan menerima sebuah paket. Lee Joon tidak
membelinya sendiri. Tapi ia menyuruh karyawan Myungsoo untuk mengirimkan
handphone itu ke rumah Myungsoo.
“Ini
untukmu. Bukalah.” Ujar Myungsoo seraya menyerahkan kotak yang diberikan oleh
ahjumma barusan. Jiyeon membuka isi kotak tersebut dan segera meraihnya. Sebuah
handphone yang mirip dengan handphone milik suaminya. Jiyeon menelan ludah.
“Ini
kan keluaran terbaru.”
“Kau
bisa menggunakan itu. Sini biar ku simpan nomorku.” Jiyeon mnenyerahkan
ponselnya agar Myungsoo bisa menyimpan nomornya. “Sudah.” Setelah Myungsoo
menyimpan nomornya sendiri, ia mengembalikan ponsel itu pada Jiyeon.
“Gomawo…”
ucap Jiyeon seraya mengecup bibir mungil suaminya. Bibir Myungsoo tertarik
keatas membentuk sebuah senyuman.
Dalam
sehari mereka bisa sangat akrab. Bagaimana tidak? Keduanya memang sangat mudah
beradaptasi.
∞∞∞
Hari
mulai gelap. Matahari kembali menyembunyikan sinarnya dan digantikan oleh sinar
rembulan. Jiyeon sedang berdiri didepan jendela kamarnya dengan balutan kemeja
hitam yang ukurannya cukup besar. Yah. Kemeja itu milik Myungsoo. Bukan tanpa
alasan Jiyeon menggunakan kemeja itu. Tapi
karena Myungsoo yang menyuruhnya.
“Kau
belum tidur?” Tanya Myungsoo seraya memeluk istrinya dari belakang. “Kau
merindukan eomma dan appamu?” Tanya Myungsoo sekali lagi. Jiyeon menundukkan
kepalanya dan mengangguk pelan. “Kau ingin menemui mereka?” lagi-lagi Jiyeon
hanya mengangguk.
“dulu.
Sebelum kau datang melamarku. Sebelum appaku berubah seperti sekarang. Aku
selalu menunggunya di depan rumah. Dia selalu pulang dalam keadaan mabuk. Terkadang
appa memukulku saat aku meminta uang padanya. Tapi ketika aku tau appa terlilit
banyak hutang, aku berusaha mencari pekerjaan. Menjadi pelayan toko, membantu
tetanggaku berjualan keliling, bahkan sampai aku menjual Koran keliling. Ibuku
menjual ikan dipasar. Tapi aku tidak pernah malu dengan keadaanku yang seperti
itu. Aku semakin semangat bersekolah. Walaupun teman-temanku mengejekku karena
keadaan ekonomi kami yang sangat rendah.” Air mata Jiyeon tidak bisa ditahan
lagi. Cairan bening itu mengalir deras dipipi Jiyeon. Myungsoo membalikkan
tubuh Jiyeon dan memeluknya erat. Myungsoo mencoba meredakan tangisan Jiyeon.
“Mulai
sekarang. Saat kamu senang, sedih, bahkan marah katakan semuanya padaku. Aku
siap menjadi buku harianmu dan menjadi pelampiasan amarahmu.”
Jiyeon
mendongakkan wajahnya menatap Myungsoo. Begitupun Myungsoo. Ia menunduk menatap
Jiyeon. Perlahan Myungsoo semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Jiyeon.
Jiyeon memejamkan matanya saat bibir Myungsoo mendarat tepat di bibirnya. Bibir
Myungsoo kini mulai bergerak menyapu kedua sisi bibir Jiyeon. Jiyeon masih
terdiam. Tidak ada respon dari Jiyeon. Wanita itu seolah tidak tahu apa yang
harus ia lakukan. Tidak ada penolakan dari Jiyeon. Seiring berjalannya waktu,
Jiyeon mulai memberanikan diri membalas ciuman Myungsoo. Tangannya ia naikkan
ke tengkuk Myungsoo.
Sepuluh
menit berlalu, Myungsoo melepaskan ciumannya. Perlahan kedua mata Jiyeon terbuka.
Ia menurunkan tangannya dari tengkuk Myungsoo. Jiyeon menunduk malu, tidak
menyangka bahwa ia akan melakukan hal seperti ini. Tapi bukankah kalian sudah
melakukan hal yang lebih dari ini semalam? Itu wajar Jiyeon. Kau sudah punya
suami. Apalagi mertuamu ingin segera mempunyai cucu.
“Tidurlah.
Ini sudah malam. Besok kau sudah mulai sekolah.” Ujar Myungsoo seraya
menggendong Jiyeon dan menidurkannya diranjang besar milik mereka.
“Jaljayo
oppa.”
“um
jalja.”
∞∞∞
Sinar
mentari pagi yang sangat cerah menembus jendela kamar Myungsoo dan Jiyeon. Disana
seorang wanita berseragam sekolah sedang merapihkan dasi prianya yang tidak
lain adalah suaminya. Yah, hari ini mereka memulai aktifitas mereka kembali.
Ada perbedaan dengan penampilan Jiyeon kali ini. Tas, sepatu, seragam, dan peralatan
sekolah yang baru. Kemarin, Myungsoo yang membelikan peralatan sekolah itu
bersama Lee Joon. Asisten pribadinya.
“Kau
mau aku yang mengantarmu atau Lee Joon yang mengantarmu?” Tanya Myungsoo saat
Jiyeon selesai merapihkan dasi Myungsoo. Jiyeon tersenyum lebar dan mengarahkan
telunjuknya pada Myungsoo. Pria itu kemudian tersenyum dan mengacak pelan
rambut istrinya yang masih dibawah umur itu. “ayo sarapan.”
Di
meja makan sudah tersedia banyak makanan yang dimasakkan ahjumma untuk mereka. Tentu
saja Jiyeon tidak hanya makan berdua dengan Myungsoo tapi disana juga sudah ada
Lee Joon yang siap menyantap sarapan paginya.
“Nyonya
kecil. Hari ini kau ingin aku atau dia yang mengantarmu?” Tanya Lee Joon dengan
mulutnya yang dipenuhi oleh makan annya.
“Ya!
Kalau makan jangan bicara. Sejak kapan aku mengajarimu seperti itu?” ujar
Myungsoo dengan nada tinggi. Jiyeon melihat kearah Lee Joon dan menunjuk Kim
Myungsoo dengan telunjuknya.
“Arasseo.”
Jawab Lee Joon kesal.
∞∞∞
Kirin
Art High School
Selesai
makan Jiyeon pergi kesekolahnya yang diantar oleh Myungsoo. “Kau tidak
meninggalkan ponselmu kan?” Tanya Myungsoo mengingatkan.
“Aniyo. Aku
membawanya.”
“Baiklah pakai
sabuk pengamanmu.” Myungsoo perlahan menyalakan mobilnya dan melajukannya.
∞∞∞
Sesampainya
disekolah, Myungsoo menahan tangan Jiyeon saat Jiyeon hendak membuka pintu
mobilnya. Ia menempelkan bibirnya dengan bibir Jiyeon.
Beberapa detik
kemudian, seseorang mengetuk pintu mobil Myungsoo. Reflex keduanya saling
menjauhkan wajahnya masing-masing. Myungsoo membukakan jendela yang berada
disebelah kanan Jiyeon.
“Ck dasar
pengantin baru. Ini sekolah oppa!” Tegur gadis berwajah cantik seperti Barbie
itu. Nam Gyuri. “Jiyeon ghaja. Lima menit lagi bel masuk.” Ujarnya lagi.
“Oppa, annyeong.”
Pamit Jiyeon. Jiyeon pun turun dari mobil hitam milik Myungsoo itu.
“Oppa? Harusnya
kau memanggilnya dengan sebutan chagi Jiyeon-i. ah, tapi itu tidak masalah. Ya
sudah. Oppa, aku pinjam Jiyeonnya dulu ya. akan ku kembalikan nanti sepulang
sekolah. Annyeong….”
Brakk!!!
Gyuri menutup
pintu mobil itu dengan kasar.
“Ya!” teriak
Myungsoo dari dalam mobil sebelum ia menjalankan mobilnya kembali.
Disisi lain
seorang pria yang juga berseragam sekolah yang sama dengan seragam sekolah
Jiyeon membulatkan matanya dan melihat Jiyeon dengan tatapan kesal. -JB- Tangan
kanannya menggumpal dan memukul telapak tangan kirinya sendiri. “Awas saja
nanti. Ahjussi itu, tidak akan aku biarkan dia hidup tenang. Berani-beraninya
dia mencium Jiyeonku.” Ujarnya kesal.
“Ya! Memangnya
kau berani melawan ahjussi itu? Dan pantas saja Jiyeon memilihnya. Dia itu
tampan. Tidak sepertimu.” ejek Hoya seraya memukul kepala JB dari belakang
dengan pukulan yang sedikit keras.
“Ya! Tidak
bisakah kau tidak memukulku?!” teriak JB kesal dan pergi meninggalkan Hoya.
“Ya! JB-ssi. Kau
marah? Ya… aku hanya bercanda…” goda Hoya sambil mengayunkan tubuh JB.
“Sudahlah… kau
tidak pernah di pihakku.”
∞∞∞
“Gyuri-a.
Kau mengenal Myungsoo?” Tanya Jiyeon.
“Jiyeon-ssi!”
Teriak seorang siswa pada Jiyeon. Reflex Jiyeon dan Gyuri menoleh kearahnya. Betapa
kagetnya Jiyeon saat mendapati siswa yang memanggilnya adalah pria terpopuler
disekolah itu. Wajar saja Jiyeon kaget, ini baru pertama kalinya semenjak ia
masuk ke sekolah ini dipanggil oleh namjachingunya. (teman laki-laki bukan
pacar) -JB-
“Wae?”
Tanya Jiyeon heran.
“Tadi
itu… siapamu?” Jiyeon mengernyitkan dahinya. “Geu ahjussi…” lanjut JB. Jiyeon
menoleh kearah Gyuri seolah meminta bantuan untuk menjawab. Tidak mungkin Jiyeon
mengatakan yang sejujurnya pada chingudeulnya.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar