Title :
Because I Born To Be Yours Part 3
Main Cast : MyungYeon Couple
Other Cast :
-
Park
Hyojoon as Jiyeon appa
-
Han
Jimin as Jiyeon eomma
-
Kim
Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-
Song
Jihyo as Myungsoo eomma
-
Nam
Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-
Jung
Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-
Nam
Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-
Lee
Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-
JB
/ Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-
Henry
Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre : Married Life, School
Life, and other
Rate : 17+
Length : Part
Author : Nam Ohyun
“Eomma, Appa… apakah benar aku bukan anak
kalian?” Tanya Jiyeon. Jimin dan Hyojoon saling memandang
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu
Jiyeon?” ujar Jimin.
“Jawab eomma. Appa.” Paksa Jiyeon.
“Sebenarnya…” ucapan Jimin menggantung.
Jiyeon berharap bahwa eommanya akan bilang ‘tidak’ atau bahwa dia adalah
putrinya. Putri yang lahir dari rahim Jimin.
“Yeobo… katakan saja yang sebenarnya.”
Perintah Hyojoon. Ia tampak gugup dan takut. Takut akan ditinggalkan oleh
Jiyeon.
“Sebenarnya…”
“Eomma. Jebal katakan sekarang” Jiyeon tidak
sabar ingin mendengar jawaban dari Jimin.
“Geuraeh. Kau memang bukan anak kami.
Seseorang yang tak kami kenal meletakkanmu begitu saja didepan rumah.” Sambar Hyojoon
kemudian. Ia sudah tidak tahan mendengarkan ucapan Jimin yang selalu
menggantung. Sedangkan Jiyeon hanya bisa terdiam dan menangis.
“Eomma… Appa…” lirih Jiyeon. Air matanya kini
mengalir membasahi pipinya.
“Mianhae Jiyeon-a… kami tidak mengatakan yang
sebenarnya padamu.” Jimin, Jiyeon, bahkan Hyojoon saat ini tengah menangis.
∞∞∞
^Seoul Hospital^
09.00 AM
Keluarga Nam dan satu lagi. Jiyeon. Saat ini
sedang berada diruang tunggu. Untuk apa lagi kalau bukan untuk tes DNA. Mereka
menuggu dokter Jang keluar dari ruangannya. Beberapa saat kemudian, dokter Jang
keluar menemui keluarga Nam.
“Kami hanya memerlukan rambut saja untuk tes
DNA di lab.” Ujar Dr. Jang. Jiyeon dan Eunji mencabut sehelai rambut mereka
masing-masing dan menyerahkannya pada Dr. Jang.
“Um… kira-kira kapan hasilnya akan keluar
Dongwoo-ya?” Tanya Eunji. Ia terlihat sangat tak sabar.
“Kau bisa mengambilnya besok pagi. Atau kalau
kau tidak bisa aku akan mengirimnya kerumahmu.” Jawab Dr. Jang.
“Ah tidak. Besok pagi aku kesini.” Jawab
Eunji.
∞∞∞
“Jiyeon-a. Jika hasilnya nanti cocok, lalu
kau menjadi eonniku. Apakah kau akan menceraikan Myungsoo oppa?” Jiyeon terpaku
mendengar pertanyaan dari Gyuri.
“Aniyo. Aku ingin tetap bersamanya.” Jawab
Jiyeon.
“Wae? Appaku bisa membantu appamu untuk
membayar hutang appamu pada Myungsoo tanpa harus mengorbankan dirimu.” Ujar
Gyuri.
“Aniyo. Aku tidak bisa menceraikannya.” Jawab
Jiyeon lagi.
“Baiklah. Jika itu keputusanmu. Oh iya.
Semalam, JB menghubungiku dan meminta nomor ponsel Myungsoo oppa. Kenapa?
Apakah JB menantang Myungsoo oppa? Apakah mereka bertengkar?”
“Aniyo. Hanya ada sedikit masalah.”
“Oh iya. Kenapa dari tadi aku tidak melihat
Myungsoo oppa? Apakah dia tidak ikut denganmu?” Tanya Gyuri ketika ia menyadari
Myungsoo tidak hadir diantara mereka.
“Oppa? Aku tadi tidak pergi bersamanya.”
“Wae? Kau bertengkar dengannya? Semalam pun
dia tidak ikut bersamamu. Dan oh iya. Kau pergi kemana semalam? Myungsoo oppa
menanyakan dirimu padaku.” Jiyeon tidak menghiraukan pertanyaan Gyuri. Kejadian
semalam masih ia ingat dengan jelas dipikirannya. Jiyeon sangat tidak menyukai
orang yang membentaknya tanpa alasan yang jelas seperti apa yang Myungsoo
lakukan semalam. “Aneh. Semalam Myungsoo menghubungiku menanyakan keberadaanmu
dan setelah itu, JB juga menghubungiku menanyakan nomor ponsel Myungsoo.
Sebenarnya ada apa? Jiyeon-a. apakah kau semalam pergi kerumah JB?” Tanya Gyuri
mulai curiga.
“A-anyeo… ya… untuk apa aku pergi kerumah JB
kalau aku masih punya rumahmu untuk pelarianku.” Elak Jiyeon seolah tidak
pernah melakukannya.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
“Chagi-a…” panggil Myungsoo dari
depan pintu kamar tamu yang Jiyeon tempati semalam. Tidak ada jawaban. Ia
mencoba membuka pintu kamar itu. “tidak dikunci.” Gumam Myungsoo. Ia memasuki
kamar itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Jiyeon disana. Ia mencoba
menghubungi Jiyeon. Namun ponselnya ia tinggalkan diatas meja yang ada
disebelah tempat tidur. Myungsoo segera keluar dan mencari Lee Joon. “Hyung kau
tidak melihat Jiyeon?” tanyanya. Lee Joon hanya menggeleng.
“Aku tidak melihatnya dari tadi.
Mungkin dia sedang bersama Gyuri atau dirumah orang tuanya.” Jawab Lee Joon
kemudian.
Myungsoo terdiam. Ia meraih
ponselnya dan menghubungi orang tua Jiyeon. “Yeoboseyo, eomeonim. Apakah Jiyeon
sedang bersama anda?” Tanya Myungsoo pada Jimin.
“Anyeo.
Tadi pagi dia datang menanyakan kebenaran tentang dirinya. Tapi dia pergi
sekitar satu jam yang lalu.” Jawab Jimin dari seberang.
‘kebenaran? Tentang apa?’ Tanya
batin Myungsoo. “Eomeonim, bisakah aku pergi kesana sekarang?” Tanya Myungsoo.
Ia meraih kunci mobilnya dan segera pergi kerumah ibu mertuanya. Han Jimin.
^Park Family’s House^
“Kebenaran tentang apa?” Tanya
Myungsoo pada Jimin.
“jiyeon… sebenarnya dia bukan putri
kami.” Jelas Jimin singkat.
“Lalu? Siapa orang tua kandungnya?”
“Kami tidak tau. Seseorang
membuangnya didepan rumah kami.” Myungsoo tampak kaget. Pikirannya langsung
tertuju pada putri keponakannya. Nam Woohyun.
“Ah baiklah kalau begitu. Saya
permisi dulu.” Ujar Myungsoo. Ia ingin segera menemukan istrinya.
“Ah, Myungsoo-ya. Kau bisa
menceraikan Jiyeon. Kami akan melunasi hutang kami dengan usaha kami sendiri.”
Ujar Jimin sebelum Myungsoo pergi. Ia tidak menjawab dan berlalu dari hadapan
ibu mertuanya.
“Jiyeon… neo eodisseo?” gumam
Myungsoo. Ia menghubungi Gyuri. Mencoba menanyakan Jiyeon.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
Ddrrtt… ddrrtt…
Ponsel Gyuri bergetar beberapa
kali. Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya dan menjawabnya. “Eo
oppa. Waeyo?” Tanya Gyuri.
“Apakah Jiyeon sedang bersamamu?”
Tanya Myungsoo khawatir.
“Eo. Dia sedang disini. Wae?”
“Apakah kau sedang dirumah?” Tanya
Myungsoo lagi.
“Eo. Datanglah kesini. Eomma sedang
memasak untuk Jiyeon.” Ujar Gyuri.
∞∞∞
Myungsoo kembali melajukan
mobilnya. Pergi kerumah Woohyun. Sesampainya disana ia mendapati Gyuri yang
sedang menunggu kehadirannya. Dengan pertanyaan Myungsoo ditelepon tadi, ia
tahu bahwa Jiyeon sedang marah dan menghindar dari suaminya. Ia sengaja tidak
memberitahu Jiyeon bahwa Myungsoo akan datang menemuinya. Gyuri membawa
Myungsoo menuju kamar yang terletak disamping kiri kamar Gyuri. Disana ada
Jiyeon yang sedang duduk manis didepan sebuah meja menunggu kehadiran Gyuri.
Myungsoo segera masuk dan mengunci pintu kamar itu. Sontak Jiyeon menoleh
kepintu dan kaget saat melihat Myungsoo yang masuk keruangan itu.
Cklek…
“Oppa? Kenapa kau kesini?” Tanya
Jiyeon.
“Tidak bolehkah aku menemui
istriku? Kau masih marah padaku? Mianhaeyo chagi-a. jeongmal mianhae…” Ujar
Myungsoo seraya memeluk istrinya.
“Lepaskan aku oppa.” Jiyeon
memberontak. Namun percuma, Myungsoo jauh lebih kuat darinya.
“Tidak sebelum istriku yang cantik
ini benar-benar memaafkanku.” Ujarnya mempererat pelukannya. Jiyeon lebih
memilih untuk menangis dari pada menjawab pertanyaan itu. Ia membalas pelukan
Myungsoo. “Mianhae. Aku tidak berniat membentakmu chagi-a…”
∞∞∞
“Uummhh…” Jiyeon baru saja tersadar
dari tidurnya. Ia kaget ketika mendapati sebuah pemandangan didepannya. ‘apa
yang terjadi? kenapa aku ada disini? Bukankah tadi aku sedang dirumah Gyuri?
Kenapa tiba-tiba aku ada dikamar Myungsoo?’ Tanya batin Jiyeon. Ia mengumpulkan
kesadarannya dan beranjak dari tempat tidurnya. Bersiap pergi kesekolah.
“Kau sudah mau berangkat?” Tanya
Myungsoo yang sedang memasak.
“Kenapa kau yang memasak? Dimana
Ahjumma?” Tanya Jiyeon.
“Ahjumma sedang berlibur.” Jelas
Myungsoo.
“Ah. Lalu Lee Joon oppa?”
“Kau juga memanggilnya oppa?”
“Eo. Wae? Lagi pula usianya dengan
usiamu berbeda tipis.”
“Ani… harusnya kau memanggilnya
ahjussi.”
“Kalau aku memanggilnya ahjussi.
Itu berarti aku juga harus memanggilmu ahjussi.”
Ting…
Tong…
“Hyung! Tolong bukakan pintunya!”
teriak Myungsoo. Lee Joon segera pergi ke depan untuk membukakan pintu. Ia
menerima sebuah amplop berwarna coklat. “Mwonde?” Tanya Myungsoo. Jiyeon hanya
diam karena amplop yang Lee Joon bawa berwarna coklat. Lee Joon menyerahkan
amplop itu pada Myungsoo dan membiarkannya membacanya. “Oh! Chagi-a…” Myungsoo
sedikit kaget ketika membaca surat itu. Jiyeon hanya menatap Myungsoo heran.
“Wae?”
“Chagi-a chukhahae…” ujar Myungsoo.
“Mwoya?” Jiyeon masih tidak
mengerti maksud Myungsoo. Tidak mungkin kalau itu surat pernyataan dari dokter
bahwa dia hamil. Karena Jiyeon belum pernah kedokter kandungan sebelumnya. Lalu
surat apa itu?
“Chagi-a… ternyata kau… kau putri
kandung Woohyun ahjussi.”
‘Mwo? Putri kandungnya?’ Jiyeon
tidak percaya dengan ucapan Myungsoo barusan.
“Chagi-a. mari kita pergi kerumah
appamu nanti.” Jiyeon hanya mengangguk. Lalu bagaimana dengan appa dan eommanya
yang selama ini sudah membesarkannya. Apakah Jiyeon akan meninggalkannya begitu
saja?
∞∞∞
Bell pulang sudah berbunyi. Jiyeon
mengemasi buku-bukunya dan segera keluar dari ruang kelasnya. Gyuri hari ini
tidak masuk sekolah karena ia sedang sakit. Saat Jiyeon berjalan menuju pintu
gerbang sekolah, tiba-tiba saja seorang yeoja berkaca mata cokelat menariknya
ke taman belakang sekolah. Sepi. Semua orang sudah meninggalkan sekolah. “Kau
kah yang bernama Jiyeon?” Tanya yeoja itu.
“Ne. nugu… seyo?” Tanya Jiyeon
gugup. Perasaannya tidak nyaman.
“Oh jadi kamu istrinya Myungsoo
itu?”
“Ne. nu-nugu seyo?”
“Kau tidak perlu tau siapa aku. Aku
hanya ingin kau menceraikan Myungsoo secepatnya. Atau orang tua angkatmu akan
berada dalam bahaya. Kau menginginkan hal itu terjadi?” ancamnya. Jiyeon tampak
gemetar. Takut. Tentu saja. Wanita itu tiba-tiba saja menarik Jiyeon dan
membawanya ke taman belakang sekolah yang sudah sangat sepi. Jiyeon tidak
menjawab. Ia memilih untuk diam.
“Ya! Deulyeo anna?!” bentaknya.
“A-arasseo eonni-ya.” Jawab Jiyeon
gugup.
“Bagus. Aku tunggu perceraianmu.”
Yeoja itu pun akhirnya pergi meninggalkan Jiyeon sendiri. Langkah yeoja itu
terhenti seketika saat melihat sosok Myungsoo didepan pintu gerbang. Yeoja itu
bersembunyi di balik tembok. Ia melihat Jiyeon yang berjalan seperti orang
tidak bertenaga menuju arah Myungsoo.
“Mungkin sekarang kau bisa
tersenyum seperti itu Myungsoo. Tapi nanti, setelah istrimu menceraikanmu
senyuman itu akan luntur.” Gumamnya. Ia tersenyum sinis setelahnya.
∞∞∞
“Oppa…” Jiyeon kaget saat melihat Lee Joon
merangkul suaminya. Namja itu mabuk. Jiyeon segera membuka pintu kamarnya dan
membiarkan Lee Joon yang merangkulnya ke kamar. “Ada apa dengan Myungsoo oppa?”
Tanya Jiyeon pada Lee Joon.
“Dia terlalu banyak minum tadi di
rumah JB.” Ujar Lee Joon.
“JB? Kenapa dia kesana? Apa yang
dia bicarakan?”
“Myungsoo hanya ingin JB
melindungimu saat disekolah karena ia tidak mau Suzy mengganggumu. Kau tau kan
kalau Suzy akan melakukan apapun untuk menghancurkan keluarga Myungsoo. Dan
mungkin saja dia akan mengancammu untuk menceraikan Myungsoo.” Jelas Lee Joon.
“Baiklah. Kalau begitu oppa bisa
kembali.”
“Ah ne. annyeonghi gaseyo.” Pamit
Lee Joon. Ia pergi meninggalkan kamar Myungsoo dan Jiyeon.
“Myungsoo oppa. Aku tau, mungkin
kau mulai mencintaiku. Tapi aku tidak bisa terus bersamamu. Seorang wanita yang
tak ku kenal tadi datang dan menyuruhku menceraikanmu. Dia mengancamku.
Sekarang aku bingung, mungkin ini masih terlalu dini untuk bercerai. Tapi aku
tidak ingin orang itu yang membuat kita bercerai.” Jiyeon mengoceh disamping
Myungsoo yang tengah tertidur lelap. Ia mengingat perkataan yeoja yang tadi
mengancamnya disekolah.
∞∞∞
“Aneh. Kenapa ahjussi itu tiba-tiba
menitipkan Jiyeon padaku? Ia menyuruhku untuk tidak meninggalkannya disekolah.
Dan dia juga menyuruhku untuk mengantar Jiyeon pulang saat dia telat
menjemputnya. Apakah ada seseorang yang sangat berbahaya dalam hidupnya? Atau
seseorang yang akan menghancurkan keluarganya seperti di drama-drama? Ah itu
tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Yang penting aku bisa bersama Jiyeon
selama dia tidak ada.” JB berbicara sendiri di kamarnya. Sesaat kemudian ia
terlelap.
∞∞∞
Jiyeon POV
Sudah satu minggu sejak ancaman
yang wanita misterius itu berikan padaku. Namun, aku masih tidak melakukan
apa-apa untuk menceraikan Myungsoo. Aku sama sekali tidak bisa menceraikan
Myungsoo. Bukan karena Myungsoo memiliki banyak harta, bukan juga karena aku
sudah melakukan ‘itu’ dengan Myungsoo. Bukan karena aku takut aku akan hamil.
Tapi karena aku merasa sulit untuk meninggalkan orang itu. Jika saja aku bisa
menceraikan Myungsoo aku pasti sudah menceraikannya pada hari itu juga. Lagi
pula untuk apa aku menunda perceraian kami. Aku sungguh tidak sanggup jika aku
harus mengatakannya pada Myungsoo. Aku takut kehilangannya. Entah sejak kapan
perasaan itu tiba.
“Kau sedang apa chagi?” pertanyaan itu sukses
membuatku tersadar dari lamunanku.
“Aniyo. Aku hanya memiirkan sesuatu.” Jawabku
seraya menggeser tubuhku untuk memberikan Myungsoo tempat untuk duduk di kursi
panjang taman rumah Myungsoo.
“Apa yang kau pikirkan?” tanyanya.
“Oppa. Ada sesuatu yang ingin aku katakan
padamu.” Ujarku.
“Mwondeyo?”
“Uri…”
Drrtt… ddrrtt…
Kalimatku terhenti saat ponsel Myungsoo
bergetar tanda ada panggilan masuk. “Gidaryo.” Ujarnya singkat. Ia pergi
meninggalkanku. Mungkin belum saatnya untuk mengucapkannya. Baiklah ada hari
esok. Wanita itu pun tidak akan menyakitiku. Dia hanya mengancamku saja.
Pikirku.
“Chagi-a! eomma dan appa akan datang hari
ini.” Seru Myungsoo dari belakang. Melihat tingkahnya yang seperti itu semakin
membuatku merasa tidak ingin melepaskannya.
∞∞∞
“Eo, eomeonim, abeonim, annyeong haseyo.”
Sapaku menyambut kedatangan eomma dan appa mertuaku.
“Jiyeon-a. Eottae? Kau masih belum membuatkan
kami cucu?” Tanya eomeonim. Tubuhku terasa kaku. Lidahku terasa sangat kelu.
Aku tidak bisa berbicara apa-apa. Tidak. Aku tidak bisa membuatkanmu cucu
eomeonim. Mianhae.
“Eomma… sabar dulu. Kami pasti akan
memberikanmu cucu. Lagipula istriku ini sebentar lagi akan lulus. Tunggulah
empat bulan lagi. Setelah dia lulus. Kami akan memberikanmu cucu.” Sambar
Myungsoo. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa tersenyum.
“Ah… baiklah. Terserah kau saja. Eomma hanya
bisa menunggu.” Ujar eomeonim. “oh iya. Jiyeon-a. Aku dengar kau adalah putri
Nam Woohyun. Apakah itu benar?”
“Ne eomeonim. DNA kami cocok.” Jawabku
seadanya.
“Jiyeon-a… Haruskah aku mengatakan ini?”
tanyanya sekali lagi. Aku hanya bisa menatap eomeonim. “dalam sejarah kehidupan
kami, saudara sepupu tidak boleh menikah.” Ujarnya. Eomeonim terlihat kecewa
saat mengatakannya.
“eomeonim…” lirihku.
“Eomma! Jangan pernah katakan hal itu pada
Jiyeon. aku tidak akan pernah bercerai dengannya. Tidak akan pernah!” bentak
Myungsoo.
Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak bisa
menahan tangisku. Setelah ini siapa lagi yang akan menyuruhku menceraikan
Myungsoo oppa? Apakah eomma kandungku? Gyuri? Eomma angkatku? Lee Joon?
Ahjumma? Siapa lagi? Aku hanya bisa menghela nafas berat. “Kalau sudah tidak
ada yang ingin eomma bicarakan sebaiknya eomma pergi dari rumahku sekarang. Aku
tidak ingin mendengar ucapan eomma lagi!” lanjut Myungsoo.
∞∞∞
^Myungsoo POV^
^MyungYeon Bedroom^
21.00 PM
Sejak tadi aku melihat Jiyeon
sedang berdiri melihat keluar jendela. Wajahnya terlihat murung. Tidak seperti
biasanya. Apakah dia masih memikirkan apa yang eomma katakan tadi? Aku mencoba
untuk mendekatinya. Memeluknya dari belakang. “Apakah kau masih memikirkan
kata-kata eomma tadi siang?” tanyaku.
“ani. Aku sama sekali tidak
memikirkannya.” Jawabnya. Suaranya yang sedikit serak membuatku merasa yakin
bahwa ia baru saja menangis.
“Jiyeon-a… Apapun yang terjadi. Aku
tidak akan pernah menceraikanmu. Walaupun itu eommaku sendiri. Aku-” ucapanku
terpotong.
“Aniyo oppa. Sepertinya kita memang
harus bercerai. Perkataan eommamu ada benarnya juga. Kita saudara sepupu. Tidak
seharusnya kita menikah. Seharusnya waktu itu kau tidak ikut campur urusan
keluarga kami. Dan-” aku menghentikan pembicaraannya dengan sebuah ciuman. Aku
tidak bisa mendengarkannya berbicara lagi. Semua yang ia katakan membuatku
semakin sakit. Mungkin tujuan awalku hanya untuk melunasi semua hutang appanya.
Tapi sekarang, akhirnya aku menemukan tujuanku yang sebenarnya. Aku
mencintainya. Benar aku mencintainya. Aku mencintainya sejak malam pertama
pernikahan kami. Sejak saat itu aku tidak ingin kehilangannya.
Ciuman kami semakin dalam. Bahkan
aku tidak sadar bahwa aku sedang berjalan semakin maju. Semakin dekat dengan
tepat tidurku. Perlahan aku membaringkannya ditempat tidur tanpa melepas ciuman
kami. Entahlah setan apa yang sedang merasuki diriku saat ini. Tanganku yang
sedari tadi memegang pipi Jiyeon sekarang beralih pada tali gaun tidur yang
Jiyeon kenakan. Belum sempat aku menariknya tiba-tiba tangan Jiyeon
menghentikan pergerakan tanganku dan melepas ciuman kami. Ia memalingkan
wajahnya dariku. Ini pertama kalinya ia menolak untuk melakukan ‘itu’ denganku.
“Wae?” tanyaku sambil menatapnya
heran.
“Mianhaeyo oppa.” Kenapa dia
tiba-tiba meminta maaf padaku?
“Wae?” tanyaku sekali lagi. Ia
hanya diam. “Kau menolakku karena kau ingin bercerai denganku?” tanyaku lagi.
“Jangan pernah berpikir aku akan menceraikanmu. Karena sampai kapanpun, aku
tidak akan menceraikanmu. Aku mencintaimu Chagi. Cuma kamu. Nahjombwa…” ujarku
sreya membuatnya menatapku.
“Aku lelah. Ijinkan aku untuk
istirahat.” Pintanya kemudian.
“geuraeh.
Jalja.” Ujarku. Aku segera bangun karena sedari tadi aku masih berada
diatasnya.
∞∞∞
Hari
ini pagi-pagi sekali, aku melihat Jiyeon sudah rapi dengan seragam sekolah yang
ia kenakan. Ia pergi keluar tanpa berpamitan kepadaku. Aku segera bangun dan
membersihkan diri.
Setengah
jam kemudian aku sudah siap pergi kekantor. Aku melihat Jiyeon diruang makan
bersama Lee Joon dan Ahjumma.
“Lee
Joon oppa aku ingin kau mengantarku ke sekolah hari ini. Kau mau?” tanya Jiyeon
saat aku mulai duduk. Lee Joon menatapku seolah meminta ijin padaku. Aku
menunduk.
“Geundae…”
jawaban Lee Joon menggantung.
“Aku
sedang ingin pergi bersamamu Lee Joon oppa. Ne? jebalyo…” Jiyeon memohon pada
Lee Joon. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban iya.
“Baiklah.”
Jawab Lee Joon kemudian.
∞∞∞
Author
POV
^Kirin
Art High School^
“Eonni-a.
Kenapa wajahmu pucat sekali?” Tanya Gyuri setelah ia mengganti seragamnya
dengan pakaian olahraga.
“Ah.
Aniyo. Gwaenchanhayo.” Jawab Jiyeon.
“Jeongmal…
gwaenchanha?” Tanya Gyuri lagi meyakinkan.
“Eo.”
∞∞∞
“Hana, Dul,
Set, Net,” teriak semua siswa. Hari ini Jiyeon ada kelas olahraga. Saat Lee
seonsaengnim mengganti gerakan, Jiyeon tiba-tiba pingsan. “Jiyeon!” pekik
Gyuri. Ia tepat berada disamping Jiyeon.
“Kalian
lanjutkan saja olahraganya. Gyuri, nanti tolong bawakan tasnya.” Perintah Lee
seonsangenim.
∞∞∞
^Seoul
Emergency Center^
“dia hanya
kelelahan saja. Sepertinya dia kurang istirahat. Dia akan baik-baik saja
setelah beristirahat sebentar.” Ujar Jang uisa.
“Ah ne. kalau
begitu, aku akan menghubungi orang tuanya.” Ujar Lee seonsaengnim.
“Ah. Gwaenchanha.
Tidak perlu. Saya mengenal keluarga Jiyeon. Jadi, seonsaeng bisa kembali ke
sekolah.” Jang uisa kembali keruangan Jiyeon dirawat. “Jiyeon ssi. Apakah kau
sering melakukan ‘itu’ dengan Myungsoo belakangan ini?” Tanya Jang uisa.
‘Pertanyaan
macam apa itu? Kenapa dia menanyakan privasi seseorang?’ gerutu Jiyeon.
“Jiyeon ssi?”
“Waeyo?” Tanya
Jiyeon.
“Kau belum
menjawab pertanyaanku. Ini sangat penting untuk kesehatanmu.”
“Ah baiklah. Ne
seminggu ini Myungsoo sering memaksaku melakukannya. Tapi semalam aku
menolaknya.” Jiyeon menunduk malu. Jang uisa adalah teman Myungsoo. Namja pula.
Jiyeon menggaru tengkuknya yang tidak gatal.
“Aish… dia
masih saja yadong. Bagaimana bisa dia melakukannya dengan anak usia 17 tahun
seperti Jiyeon ini? Seharusnya ia menahan nalurinya setidaknya sampai istinya
benar-benar siap.” Jang uisa menggerutu. Sedetik kemudian, Jang uisa meraih
ponselnya. Menghubungi Myungsoo.
“Ah, ini
Myungsoo-ya. Dongwoo. Datanglah ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu yang ingin
aku sampaikan padamu. Palliwa. Ah iya temui aku dikamar Jiyeon. Kebetulan ia
sedang disini.” Perintahnya. Ia mengakhiri panggilannya.
“Jiyeon ssi. Apakah
kau meminum pil yang aku berikan?” Tanya Jang uisa pada Jiyeon.
“Ne. aku
meminumnya.”
“Baguslah. Sebaiknya
kau istirahat. Sebentar lagi Myungsoo akan datan menjemputmu.”
“ne Uisanim. Ah
tapi… kenapa kau tadi bertanya tentang privasiku?”
“ah… itu. Kau
pingsan karena kau kelelahan setelah melakukannya.” ujarnya. Ia pergi setelah
mengatakan hal itu.
∞∞∞
^Woollim
Group^
Myungsoo
tampak sedang terburu-buru. Ia memerintahkan Lee Joon untuk tetap berada
diruangannya. “Aish… kenapa dia tiba-tiba meneleponku? Marah-marah lagi.
Jiyeon? Kenapa dia? Apakah dia terluka? Sakit? Tapi, tadi pagi dia sehat. Apakah
dia hamil? Ah itu tidak mungkin. Aku sudah memberinya obat agar dia tidak
hamil. Lalu kenapa Jiyeon?” Myungsoo menggerutu sendiri.
∞∞∞
^Seoul
Emergency Center^
Sesaat
kemudian Myungsoo tiba dirumah sakit. Ia segera menanyakan ruangan Jiyeon. Seorang
perawat membawanya sampai depan kamar Jiyeon. “Chagi-a.” ujarnya setelah sampai
didalam ruangan Jiyeon. Ia melihat Jiyeon sedang duduk melamun diatas
ranjangnya. “Chagi-a neo gwaenchanha? Kenapa kau bisa disini? Kau sakit apa? Apakah
kau hamil?” Tanya Myungsoo. Jiyeon hanya menggeleng sambil tersenyum. Melihat ekspresi
Myungsoo saat ini.
“Wae? Kalau
seandainya aku hamil, apakah kau ingin aku menggugurkannya?” Jiyeon! Apakah kau
sudah gila? Myungsoo tidak akan tega menyuruhmu menggugurkan kandunganmu kalau
kau hamil.
“Anyeo. Aku
akan menyuruhmu untuk merawat bayiku. Tapi kau tidak hamil kan? Ujianmu empat
bulan lagi. Kalau kau hamil, perut besarmu akan terlihat saat ujian.” Ujar
Myungsoo kemudian.
“Oh
Myungsoo-ya. Kau sudah datang.” Sambung seorang dokter tiba-tiba.
“Wae? Kenapa
kau tiba-tiba menyuruhku untuk datang eoh? Kau membuatku khawatir tentang
kesehatan Jiyeon.” Bentak Myungsoo pada Jang uisa.
“Ya! Ada yang
ingin aku katakan padamu.”
“Mwonde? Malhaebwa!”
“Ya! Kau tau?
Istrimu berada disini karena ulahmu. Dia kelelahan. Aku tau, dia istri sah mu. Tapi
setidaknya biarkan dia beristirahat. Tahanlah nalurimu untuk sementara sampai
Jiyeon benar-benar siap untuk melakukannya. ara?” jelas Dongwoo.
“Tapi dia
tidak pernah menolaknya.”
“Ya! Walau
bagaimanapun dia masih belum cukup umur. Usianya masih 17 tahun. Sedangkan kau,
kau lebih pantas dipanggil ahjussi olehnya.”
“Geumanhae!”
teriak Jiyeon kesal. “Jang uisa. Aku akan menjaga kesehatanku dan mencoba untuk
menolaknya bermain denganku. Dan kau Myungsoo oppa. Kalau kau terus seperti ini
lama-lama aku bisa bosan denganmu. Dan… mungkin saja aku akan berpaling dengan
JB.” Suara Jiyeon menurun.
“Mwo? JB?” Tanya
Dongwoo dan Myungsoo bersamaan.
“eo. JB. Wae?
Dia tidak kalah tampan bukan?”
“Ya! Apakah
kau sedang memuji pria lain didepanku? Sejak kapan kau seperti itu?” Tanya
Myungsoo.
“Ah,
sebaiknya aku pergi saja. Aku tidak ingin mengganggu. Annyeong.” Pamit Jang
uisa.
“Sejak kau
mulai tertarik pada IU eonni.”
“Mwo? IU? Ya!
Aku sama sekali tidak tertarik padanya!”
Dan bla bla
bla…
Myungsoo dan
Jiyeon berdebat. Sejenak Jiyeon lupa dengan perkataan wanita misterius seminggu
yang lalu. Sepertinya ia akan mengurungkan niatnya untuk bercerai dengan Kim
Myungsoo.
∞∞∞
Satu bulan
telah berlalu. Seperti yang Dongwoo sarankan, Jiyeon selalu menolak melakukan
‘itu’ dengan Myungsoo. Tidak. Bukan karena saran Dongwoo. Tapi karena ia sudah
bosan meminum pil setiap hari dan alasan lainnya adalah untuk karena ia ingin
segera bercerai dengan Kim Myungsoo. Wanita misterius itu datang lagi pada
Jiyeon dua hari yang lalu. Dia kembali memaksa Jiyeon untuk bercerai dengan Kim
Myungsoo. Wanita itu mengatakan
kalau Jiyeon tidak segera berccerai dengan Myungsoo ia akan melakukan apa pun
agar Jiyeon bercerai dengan Myungsoo.
Jiyeon sedari
tadi menggenggam sebuah kertas yang diselipkan diantara lembaran buku
matematikanya. Kertas itu berisi surat cerai. Ia menunggu waktu yang tepat
untuk menyerahkannya. Tangannya mulai gemetar. Namun akhirnya ia mengurungkan
niatnya dan menyelipkan kembali surat cerainya.
“Oppa,
bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Jiyeon. Myungsoo hanya bergumam. Ia masih
menatap layar computer yang ada dihadapannya. “Oppa…” panggil Jiyeon lagi.
Myungsoo akhirnya pergi meninggalkan komputernya dan duduk disamping Jiyeon.
“Wae?”
Tanyanya.
“Apakah oppa
selalu membaca berkas-berkas yang perlu oppa tanda tangani?”
“Ani. Aku
tidak pernah membacanya. Aku hanya menandatanganinya saja. Tapi… kenapa kau
menanyakan hal itu?” tanyanya heran.
“Aniyo. Aku
hanya bertanya saja. Kalau misalnya salah satu berkas itu berisi surat cerai, dan
kau sendiri tidak menyadarinya. Apa yang akan oppa lakukan?”
“Apa maksudmu?”
Myungsoo semakin bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh istrinya.
“Aniyo. Aku
hanya bertanya saja.”
“Jangan
pernah membahas tentang perceraian lagi. Sampai kapanpun aku tidak akan
menceraikanmu. Arasseo?!” bentak Myungsoo. Jiyeon hanya bisa menunduk. “Chagi-a…
kau marah lagi?” Tanya Myungsoo saat melihat istrinya seperti orang ketakutan.
Jiyeon tidak berani mengangkat wajahnya menatap Myungsoo. Ia terus menunduk
sampai akhirnya Myungsoo meraih dagu Jiyeon dan membuatnya menatap Myungsoo. “Mianhae.
Aku melakukannya lagi. Aku tidak ingin kita bercerai. Sampai kapanpun.” Ujar
Myungsoo. Ia memeluk Jiyeon erat. Jiyeon terdiam sesaat dan membalas pelukan
Myungsoo. “Chagi-a. Besok restoranku akan mengadakan acara peresmian bangunan
baru. Kau mau kan ikut merayakannya? Sekalian aku ingin mengenalkanmu pada
semua karyawanku. Seingatku selama kita menikah belum pernah aku mengenalkanmu
pada mereka.”
“Terserah kau
saja.” Jawab Jiyeon pasrah.
∞∞∞
“Kau yakin
akan menggunakan pakaian ini?” Tanya Gyuri pada Jiyeon yang hanya menggunakan
celana jeans panjang dan jaket pink. Hari ini Jiyeon akan pergi ke acara besar.
Ingat! ACARA BESAR. Mana mungkin dia hanya menggunakan pakaian seperti itu.
Gyuri segera bertindak. Ia menghubungi seorang desainer, hairstylist, dan
wardrobe pribadinya untuk mengatasi Jiyeon.
Beberapa jam
kemudian desainer, hairstylist, dan wardrobe Gyuri keluar dari ruangan pribadi
Gyuri disusul dengan Jiyeon dibelakangnya. Gyuri tampak terkejut melihat
Jiyeon. “Eonni! Yeppeuda…” pujinya kemudian. Jiyeon sedikit merasa tidak nyaman
dengan dress yang ia gunakan dan satu lagi. Jiyeon tampak kaku menggunakan High
heels. Ia tidak pernah menggunakan high heels sebelumnya. Jadi wajar saja kalau
ia sangat kaku. Tapi, Gyuri selalu bisa mengatasi masalah Jiyeon. Ia mengajari
Jiyeon melangkah satu persatu. Dan tidak lama, langkah Jiyeon mulai terliat
seperti seorang model. “Eonni! Ghaja. Acaranya akan segera dimulai.” Gyuri
menarik lengan Jiyeon dan pergi menuju Woollim Group.
∞∞∞
Myungsoo
sejak tadi menunggu seseorang. Ia tak kunjung datang. Myungsoo melirik jam
tangannya beberapa kali. “Myungsoo oppa!” Panggil Gyuri. Myungsoo menoleh
kearah sumber suara dan pandangannya terhenti pada sosok yeoja yang saat ini
berjalan beriringan dengan sepupunya. Gyuri. Jiyeon berjalan tepat disamping
Gyuri. Ia menjadi pusat perhatian semua orang yang ada didalam gedung tersebut.
Myungsoo
masih menatap Jiyeon yang berjalan mendekatinya. Ini pertama kalinya ia melihat
Jiyeon mengenakan dress dan high heels. “Yeppeuda…” gumam Myungsoo.
“Oppa…” suara
lembut Jiyeon sukses membuat Myungsoo tersadar dari dunia khayalannya. “Mianhae
aku terlambat datang.” Lanjut Jiyeon.
“Ah
gwaenchanha.”
“Baiklah. Acara
peresmian bangunan yang baru akan segera kami mulai. Kepada Presdir Myungsoo
dipersilahkan.”
“Terima kasih
kepada semuanya. Terutama kepada appa dan eomma yang telah membantu. Dan juga
kepada karyawan KMS High Restaurant yang telah berkerja keras. Dan untuk
samcheon juga imo. Chukhahae atas kembalinya putri kalian yang tak lain adalah
istriku. Jiyeon.” Semua orang memusatkan perhatiannya pada Myungsoo. Myungsoo
yang merasa bahwa dirinya terlalu banyak bicara akhirnya membuka acara
peresmian tersebut.
Myungsoo dan
Jiyeon tampak sedang berjalan berdampingan menuju letak bangunan baru yang
berada tepat disebelah gedung restoran Myungsoo dan diikuti oleh para undangan.
Myungsoo meraih gunting yang dibawakan oleh seorang wanita berpakaian rapi. Myungsoo
juga meraih tangan Jiyeon agar ikut memegang gunting yang dipegangnya. Myungsoo
mulai memajukan tangannya dan menggunting pita merah muda yang ada dihadapan. Dan
sesaat kemudian pita itu telah terpotong dengan sempurna yang disusul dengan
tepuk tangan dari semua undangan.
Disisi lain
seorang yeoja melihat acara Myungsoo dari kejauhan seraya tersenyum remeh. “Myungsoo
oppa. Aku tidak akan membiarkanmu terus bersama gadis itu.”
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar