Senin, 04 April 2016

Because I Born To Be Yours Part 3


Title             : Because I Born To Be Yours Part 3
Main Cast    : MyungYeon Couple
Other Cast   :
-          Park Hyojoon as Jiyeon appa
-          Han Jimin as Jiyeon eomma
-          Kim Sunggyu (Infinite) as Myungsoo appa
-          Song Jihyo as Myungsoo eomma
-          Nam Woohyun (Infinite) as Gyuri appa (Jiyeon appa)
-          Jung Eunji (Apink) as Gyuri eomma (Jiyeon eomma)
-          Nam Gyuri as Jiyeon’s friend and Jiyeon-i dongsaeng
-          Lee Joon (MBlaq) as Myungsoo’s asisten
-          JB / Im Jae Bum (GOT7) as Jiyeon’s friend
-          Henry Lau (Super Junior M) as Jiyeon’s friend
Genre          : Married Life, School Life, and other
Rate            : 17+
Length         : Part
Author         : Nam Ohyun

“Eomma, Appa… apakah benar aku bukan anak kalian?” Tanya Jiyeon. Jimin dan Hyojoon saling memandang
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu Jiyeon?” ujar Jimin.
“Jawab eomma. Appa.” Paksa Jiyeon.
“Sebenarnya…” ucapan Jimin menggantung. Jiyeon berharap bahwa eommanya akan bilang ‘tidak’ atau bahwa dia adalah putrinya. Putri yang lahir dari rahim Jimin.
“Yeobo… katakan saja yang sebenarnya.” Perintah Hyojoon. Ia tampak gugup dan takut. Takut akan ditinggalkan oleh Jiyeon.
“Sebenarnya…”
“Eomma. Jebal katakan sekarang” Jiyeon tidak sabar ingin mendengar jawaban dari Jimin.
“Geuraeh. Kau memang bukan anak kami. Seseorang yang tak kami kenal meletakkanmu begitu saja didepan rumah.” Sambar Hyojoon kemudian. Ia sudah tidak tahan mendengarkan ucapan Jimin yang selalu menggantung. Sedangkan Jiyeon hanya bisa terdiam dan menangis.
“Eomma… Appa…” lirih Jiyeon. Air matanya kini mengalir membasahi pipinya.
“Mianhae Jiyeon-a… kami tidak mengatakan yang sebenarnya padamu.” Jimin, Jiyeon, bahkan Hyojoon saat ini tengah menangis.
∞∞∞
^Seoul Hospital^
09.00 AM
Keluarga Nam dan satu lagi. Jiyeon. Saat ini sedang berada diruang tunggu. Untuk apa lagi kalau bukan untuk tes DNA. Mereka menuggu dokter Jang keluar dari ruangannya. Beberapa saat kemudian, dokter Jang keluar menemui keluarga Nam.
“Kami hanya memerlukan rambut saja untuk tes DNA di lab.” Ujar Dr. Jang. Jiyeon dan Eunji mencabut sehelai rambut mereka masing-masing dan menyerahkannya pada Dr. Jang.
“Um… kira-kira kapan hasilnya akan keluar Dongwoo-ya?” Tanya Eunji. Ia terlihat sangat tak sabar.
“Kau bisa mengambilnya besok pagi. Atau kalau kau tidak bisa aku akan mengirimnya kerumahmu.” Jawab Dr. Jang.
“Ah tidak. Besok pagi aku kesini.” Jawab Eunji.
∞∞∞
“Jiyeon-a. Jika hasilnya nanti cocok, lalu kau menjadi eonniku. Apakah kau akan menceraikan Myungsoo oppa?” Jiyeon terpaku mendengar pertanyaan dari Gyuri.
“Aniyo. Aku ingin tetap bersamanya.” Jawab Jiyeon.
“Wae? Appaku bisa membantu appamu untuk membayar hutang appamu pada Myungsoo tanpa harus mengorbankan dirimu.” Ujar Gyuri.
“Aniyo. Aku tidak bisa menceraikannya.” Jawab Jiyeon lagi.
“Baiklah. Jika itu keputusanmu. Oh iya. Semalam, JB menghubungiku dan meminta nomor ponsel Myungsoo oppa. Kenapa? Apakah JB menantang Myungsoo oppa? Apakah mereka bertengkar?”
“Aniyo. Hanya ada sedikit masalah.”
“Oh iya. Kenapa dari tadi aku tidak melihat Myungsoo oppa? Apakah dia tidak ikut denganmu?” Tanya Gyuri ketika ia menyadari Myungsoo tidak hadir diantara mereka.
“Oppa? Aku tadi tidak pergi bersamanya.”
“Wae? Kau bertengkar dengannya? Semalam pun dia tidak ikut bersamamu. Dan oh iya. Kau pergi kemana semalam? Myungsoo oppa menanyakan dirimu padaku.” Jiyeon tidak menghiraukan pertanyaan Gyuri. Kejadian semalam masih ia ingat dengan jelas dipikirannya. Jiyeon sangat tidak menyukai orang yang membentaknya tanpa alasan yang jelas seperti apa yang Myungsoo lakukan semalam. “Aneh. Semalam Myungsoo menghubungiku menanyakan keberadaanmu dan setelah itu, JB juga menghubungiku menanyakan nomor ponsel Myungsoo. Sebenarnya ada apa? Jiyeon-a. apakah kau semalam pergi kerumah JB?” Tanya Gyuri mulai curiga.
“A-anyeo… ya… untuk apa aku pergi kerumah JB kalau aku masih punya rumahmu untuk pelarianku.” Elak Jiyeon seolah tidak pernah melakukannya.
∞∞∞
^Myungsoo’s House^
             “Chagi-a…” panggil Myungsoo dari depan pintu kamar tamu yang Jiyeon tempati semalam. Tidak ada jawaban. Ia mencoba membuka pintu kamar itu. “tidak dikunci.” Gumam Myungsoo. Ia memasuki kamar itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Jiyeon disana. Ia mencoba menghubungi Jiyeon. Namun ponselnya ia tinggalkan diatas meja yang ada disebelah tempat tidur. Myungsoo segera keluar dan mencari Lee Joon. “Hyung kau tidak melihat Jiyeon?” tanyanya. Lee Joon hanya menggeleng.
             “Aku tidak melihatnya dari tadi. Mungkin dia sedang bersama Gyuri atau dirumah orang tuanya.” Jawab Lee Joon kemudian.
             Myungsoo terdiam. Ia meraih ponselnya dan menghubungi orang tua Jiyeon. “Yeoboseyo, eomeonim. Apakah Jiyeon sedang bersama anda?” Tanya Myungsoo pada Jimin.
            “Anyeo. Tadi pagi dia datang menanyakan kebenaran tentang dirinya. Tapi dia pergi sekitar satu jam yang lalu.” Jawab Jimin dari seberang.
             ‘kebenaran? Tentang apa?’ Tanya batin Myungsoo. “Eomeonim, bisakah aku pergi kesana sekarang?” Tanya Myungsoo. Ia meraih kunci mobilnya dan segera pergi kerumah ibu mertuanya. Han Jimin.

^Park Family’s House^
             “Kebenaran tentang apa?” Tanya Myungsoo pada Jimin.
             “jiyeon… sebenarnya dia bukan putri kami.” Jelas Jimin singkat.
             “Lalu? Siapa orang tua kandungnya?”
             “Kami tidak tau. Seseorang membuangnya didepan rumah kami.” Myungsoo tampak kaget. Pikirannya langsung tertuju pada putri keponakannya. Nam Woohyun.
             “Ah baiklah kalau begitu. Saya permisi dulu.” Ujar Myungsoo. Ia ingin segera menemukan istrinya.
             “Ah, Myungsoo-ya. Kau bisa menceraikan Jiyeon. Kami akan melunasi hutang kami dengan usaha kami sendiri.” Ujar Jimin sebelum Myungsoo pergi. Ia tidak menjawab dan berlalu dari hadapan ibu mertuanya.
             “Jiyeon… neo eodisseo?” gumam Myungsoo. Ia menghubungi Gyuri. Mencoba menanyakan Jiyeon.
∞∞∞
^Nam Family’s House^
             Ddrrtt… ddrrtt…
             Ponsel Gyuri bergetar beberapa kali. Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya dan menjawabnya. “Eo oppa. Waeyo?” Tanya Gyuri.
             “Apakah Jiyeon sedang bersamamu?” Tanya Myungsoo khawatir.
             “Eo. Dia sedang disini. Wae?”
             “Apakah kau sedang dirumah?” Tanya Myungsoo lagi.
             “Eo. Datanglah kesini. Eomma sedang memasak untuk Jiyeon.” Ujar Gyuri.
∞∞∞
             Myungsoo kembali melajukan mobilnya. Pergi kerumah Woohyun. Sesampainya disana ia mendapati Gyuri yang sedang menunggu kehadirannya. Dengan pertanyaan Myungsoo ditelepon tadi, ia tahu bahwa Jiyeon sedang marah dan menghindar dari suaminya. Ia sengaja tidak memberitahu Jiyeon bahwa Myungsoo akan datang menemuinya. Gyuri membawa Myungsoo menuju kamar yang terletak disamping kiri kamar Gyuri. Disana ada Jiyeon yang sedang duduk manis didepan sebuah meja menunggu kehadiran Gyuri. Myungsoo segera masuk dan mengunci pintu kamar itu. Sontak Jiyeon menoleh kepintu dan kaget saat melihat Myungsoo yang masuk keruangan itu.
             Cklek…
             “Oppa? Kenapa kau kesini?” Tanya Jiyeon.
             “Tidak bolehkah aku menemui istriku? Kau masih marah padaku? Mianhaeyo chagi-a. jeongmal mianhae…” Ujar Myungsoo seraya memeluk istrinya.
             “Lepaskan aku oppa.” Jiyeon memberontak. Namun percuma, Myungsoo jauh lebih kuat darinya.
             “Tidak sebelum istriku yang cantik ini benar-benar memaafkanku.” Ujarnya mempererat pelukannya. Jiyeon lebih memilih untuk menangis dari pada menjawab pertanyaan itu. Ia membalas pelukan Myungsoo. “Mianhae. Aku tidak berniat membentakmu chagi-a…”
∞∞∞
             “Uummhh…” Jiyeon baru saja tersadar dari tidurnya. Ia kaget ketika mendapati sebuah pemandangan didepannya. ‘apa yang terjadi? kenapa aku ada disini? Bukankah tadi aku sedang dirumah Gyuri? Kenapa tiba-tiba aku ada dikamar Myungsoo?’ Tanya batin Jiyeon. Ia mengumpulkan kesadarannya dan beranjak dari tempat tidurnya. Bersiap pergi kesekolah.
             “Kau sudah mau berangkat?” Tanya Myungsoo yang sedang memasak.
             “Kenapa kau yang memasak? Dimana Ahjumma?” Tanya Jiyeon.
             “Ahjumma sedang berlibur.” Jelas Myungsoo.
             “Ah. Lalu Lee Joon oppa?”
             “Kau juga memanggilnya oppa?”
             “Eo. Wae? Lagi pula usianya dengan usiamu berbeda tipis.”
             “Ani… harusnya kau memanggilnya ahjussi.”
             “Kalau aku memanggilnya ahjussi. Itu berarti aku juga harus memanggilmu ahjussi.”
Ting… Tong…
             “Hyung! Tolong bukakan pintunya!” teriak Myungsoo. Lee Joon segera pergi ke depan untuk membukakan pintu. Ia menerima sebuah amplop berwarna coklat. “Mwonde?” Tanya Myungsoo. Jiyeon hanya diam karena amplop yang Lee Joon bawa berwarna coklat. Lee Joon menyerahkan amplop itu pada Myungsoo dan membiarkannya membacanya. “Oh! Chagi-a…” Myungsoo sedikit kaget ketika membaca surat itu. Jiyeon hanya menatap Myungsoo heran.
             “Wae?”
             “Chagi-a chukhahae…” ujar Myungsoo.
             “Mwoya?” Jiyeon masih tidak mengerti maksud Myungsoo. Tidak mungkin kalau itu surat pernyataan dari dokter bahwa dia hamil. Karena Jiyeon belum pernah kedokter kandungan sebelumnya. Lalu surat apa itu?
             “Chagi-a… ternyata kau… kau putri kandung Woohyun ahjussi.”
             ‘Mwo? Putri kandungnya?’ Jiyeon tidak percaya dengan ucapan Myungsoo barusan.
             “Chagi-a. mari kita pergi kerumah appamu nanti.” Jiyeon hanya mengangguk. Lalu bagaimana dengan appa dan eommanya yang selama ini sudah membesarkannya. Apakah Jiyeon akan meninggalkannya begitu saja?
∞∞∞
             Bell pulang sudah berbunyi. Jiyeon mengemasi buku-bukunya dan segera keluar dari ruang kelasnya. Gyuri hari ini tidak masuk sekolah karena ia sedang sakit. Saat Jiyeon berjalan menuju pintu gerbang sekolah, tiba-tiba saja seorang yeoja berkaca mata cokelat menariknya ke taman belakang sekolah. Sepi. Semua orang sudah meninggalkan sekolah. “Kau kah yang bernama Jiyeon?” Tanya yeoja itu.
             “Ne. nugu… seyo?” Tanya Jiyeon gugup. Perasaannya tidak nyaman.
             “Oh jadi kamu istrinya Myungsoo itu?”
             “Ne. nu-nugu seyo?”
             “Kau tidak perlu tau siapa aku. Aku hanya ingin kau menceraikan Myungsoo secepatnya. Atau orang tua angkatmu akan berada dalam bahaya. Kau menginginkan hal itu terjadi?” ancamnya. Jiyeon tampak gemetar. Takut. Tentu saja. Wanita itu tiba-tiba saja menarik Jiyeon dan membawanya ke taman belakang sekolah yang sudah sangat sepi. Jiyeon tidak menjawab. Ia memilih untuk diam.
             “Ya! Deulyeo anna?!” bentaknya.
             “A-arasseo eonni-ya.” Jawab Jiyeon gugup.
             “Bagus. Aku tunggu perceraianmu.” Yeoja itu pun akhirnya pergi meninggalkan Jiyeon sendiri. Langkah yeoja itu terhenti seketika saat melihat sosok Myungsoo didepan pintu gerbang. Yeoja itu bersembunyi di balik tembok. Ia melihat Jiyeon yang berjalan seperti orang tidak bertenaga menuju arah Myungsoo.
             “Mungkin sekarang kau bisa tersenyum seperti itu Myungsoo. Tapi nanti, setelah istrimu menceraikanmu senyuman itu akan luntur.” Gumamnya. Ia tersenyum sinis setelahnya.
∞∞∞
“Oppa…” Jiyeon kaget saat melihat Lee Joon merangkul suaminya. Namja itu mabuk. Jiyeon segera membuka pintu kamarnya dan membiarkan Lee Joon yang merangkulnya ke kamar. “Ada apa dengan Myungsoo oppa?” Tanya Jiyeon pada Lee Joon.
             “Dia terlalu banyak minum tadi di rumah JB.” Ujar Lee Joon.
             “JB? Kenapa dia kesana? Apa yang dia bicarakan?”
             “Myungsoo hanya ingin JB melindungimu saat disekolah karena ia tidak mau Suzy mengganggumu. Kau tau kan kalau Suzy akan melakukan apapun untuk menghancurkan keluarga Myungsoo. Dan mungkin saja dia akan mengancammu untuk menceraikan Myungsoo.” Jelas Lee Joon.
             “Baiklah. Kalau begitu oppa bisa kembali.”
             “Ah ne. annyeonghi gaseyo.” Pamit Lee Joon. Ia pergi meninggalkan kamar Myungsoo dan Jiyeon.
             “Myungsoo oppa. Aku tau, mungkin kau mulai mencintaiku. Tapi aku tidak bisa terus bersamamu. Seorang wanita yang tak ku kenal tadi datang dan menyuruhku menceraikanmu. Dia mengancamku. Sekarang aku bingung, mungkin ini masih terlalu dini untuk bercerai. Tapi aku tidak ingin orang itu yang membuat kita bercerai.” Jiyeon mengoceh disamping Myungsoo yang tengah tertidur lelap. Ia mengingat perkataan yeoja yang tadi mengancamnya disekolah.
∞∞∞
             “Aneh. Kenapa ahjussi itu tiba-tiba menitipkan Jiyeon padaku? Ia menyuruhku untuk tidak meninggalkannya disekolah. Dan dia juga menyuruhku untuk mengantar Jiyeon pulang saat dia telat menjemputnya. Apakah ada seseorang yang sangat berbahaya dalam hidupnya? Atau seseorang yang akan menghancurkan keluarganya seperti di drama-drama? Ah itu tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Yang penting aku bisa bersama Jiyeon selama dia tidak ada.” JB berbicara sendiri di kamarnya. Sesaat kemudian ia terlelap.
∞∞∞
Jiyeon POV
             Sudah satu minggu sejak ancaman yang wanita misterius itu berikan padaku. Namun, aku masih tidak melakukan apa-apa untuk menceraikan Myungsoo. Aku sama sekali tidak bisa menceraikan Myungsoo. Bukan karena Myungsoo memiliki banyak harta, bukan juga karena aku sudah melakukan ‘itu’ dengan Myungsoo. Bukan karena aku takut aku akan hamil. Tapi karena aku merasa sulit untuk meninggalkan orang itu. Jika saja aku bisa menceraikan Myungsoo aku pasti sudah menceraikannya pada hari itu juga. Lagi pula untuk apa aku menunda perceraian kami. Aku sungguh tidak sanggup jika aku harus mengatakannya pada Myungsoo. Aku takut kehilangannya. Entah sejak kapan perasaan itu tiba.
“Kau sedang apa chagi?” pertanyaan itu sukses membuatku tersadar dari lamunanku.
“Aniyo. Aku hanya memiirkan sesuatu.” Jawabku seraya menggeser tubuhku untuk memberikan Myungsoo tempat untuk duduk di kursi panjang taman rumah Myungsoo.
“Apa yang kau pikirkan?” tanyanya.
“Oppa. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Ujarku.
“Mwondeyo?”
“Uri…”
Drrtt… ddrrtt…
Kalimatku terhenti saat ponsel Myungsoo bergetar tanda ada panggilan masuk. “Gidaryo.” Ujarnya singkat. Ia pergi meninggalkanku. Mungkin belum saatnya untuk mengucapkannya. Baiklah ada hari esok. Wanita itu pun tidak akan menyakitiku. Dia hanya mengancamku saja. Pikirku.
“Chagi-a! eomma dan appa akan datang hari ini.” Seru Myungsoo dari belakang. Melihat tingkahnya yang seperti itu semakin membuatku merasa tidak ingin melepaskannya.
∞∞∞
“Eo, eomeonim, abeonim, annyeong haseyo.” Sapaku menyambut kedatangan eomma dan appa mertuaku.
“Jiyeon-a. Eottae? Kau masih belum membuatkan kami cucu?” Tanya eomeonim. Tubuhku terasa kaku. Lidahku terasa sangat kelu. Aku tidak bisa berbicara apa-apa. Tidak. Aku tidak bisa membuatkanmu cucu eomeonim. Mianhae.
“Eomma… sabar dulu. Kami pasti akan memberikanmu cucu. Lagipula istriku ini sebentar lagi akan lulus. Tunggulah empat bulan lagi. Setelah dia lulus. Kami akan memberikanmu cucu.” Sambar Myungsoo. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa tersenyum.
“Ah… baiklah. Terserah kau saja. Eomma hanya bisa menunggu.” Ujar eomeonim. “oh iya. Jiyeon-a. Aku dengar kau adalah putri Nam Woohyun. Apakah itu benar?”
“Ne eomeonim. DNA kami cocok.” Jawabku seadanya.
“Jiyeon-a… Haruskah aku mengatakan ini?” tanyanya sekali lagi. Aku hanya bisa menatap eomeonim. “dalam sejarah kehidupan kami, saudara sepupu tidak boleh menikah.” Ujarnya. Eomeonim terlihat kecewa saat mengatakannya.
“eomeonim…” lirihku.
“Eomma! Jangan pernah katakan hal itu pada Jiyeon. aku tidak akan pernah bercerai dengannya. Tidak akan pernah!” bentak Myungsoo.
Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahan tangisku. Setelah ini siapa lagi yang akan menyuruhku menceraikan Myungsoo oppa? Apakah eomma kandungku? Gyuri? Eomma angkatku? Lee Joon? Ahjumma? Siapa lagi? Aku hanya bisa menghela nafas berat. “Kalau sudah tidak ada yang ingin eomma bicarakan sebaiknya eomma pergi dari rumahku sekarang. Aku tidak ingin mendengar ucapan eomma lagi!” lanjut Myungsoo.
∞∞∞
^Myungsoo POV^
^MyungYeon Bedroom^
21.00 PM
             Sejak tadi aku melihat Jiyeon sedang berdiri melihat keluar jendela. Wajahnya terlihat murung. Tidak seperti biasanya. Apakah dia masih memikirkan apa yang eomma katakan tadi? Aku mencoba untuk mendekatinya. Memeluknya dari belakang. “Apakah kau masih memikirkan kata-kata eomma tadi siang?” tanyaku.
             “ani. Aku sama sekali tidak memikirkannya.” Jawabnya. Suaranya yang sedikit serak membuatku merasa yakin bahwa ia baru saja menangis.
             “Jiyeon-a… Apapun yang terjadi. Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Walaupun itu eommaku sendiri. Aku-” ucapanku terpotong.
             “Aniyo oppa. Sepertinya kita memang harus bercerai. Perkataan eommamu ada benarnya juga. Kita saudara sepupu. Tidak seharusnya kita menikah. Seharusnya waktu itu kau tidak ikut campur urusan keluarga kami. Dan-” aku menghentikan pembicaraannya dengan sebuah ciuman. Aku tidak bisa mendengarkannya berbicara lagi. Semua yang ia katakan membuatku semakin sakit. Mungkin tujuan awalku hanya untuk melunasi semua hutang appanya. Tapi sekarang, akhirnya aku menemukan tujuanku yang sebenarnya. Aku mencintainya. Benar aku mencintainya. Aku mencintainya sejak malam pertama pernikahan kami. Sejak saat itu aku tidak ingin kehilangannya.
             Ciuman kami semakin dalam. Bahkan aku tidak sadar bahwa aku sedang berjalan semakin maju. Semakin dekat dengan tepat tidurku. Perlahan aku membaringkannya ditempat tidur tanpa melepas ciuman kami. Entahlah setan apa yang sedang merasuki diriku saat ini. Tanganku yang sedari tadi memegang pipi Jiyeon sekarang beralih pada tali gaun tidur yang Jiyeon kenakan. Belum sempat aku menariknya tiba-tiba tangan Jiyeon menghentikan pergerakan tanganku dan melepas ciuman kami. Ia memalingkan wajahnya dariku. Ini pertama kalinya ia menolak untuk melakukan ‘itu’ denganku.
             “Wae?” tanyaku sambil menatapnya heran.
             “Mianhaeyo oppa.” Kenapa dia tiba-tiba meminta maaf padaku?
             “Wae?” tanyaku sekali lagi. Ia hanya diam. “Kau menolakku karena kau ingin bercerai denganku?” tanyaku lagi. “Jangan pernah berpikir aku akan menceraikanmu. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan menceraikanmu. Aku mencintaimu Chagi. Cuma kamu. Nahjombwa…” ujarku sreya membuatnya menatapku.
             “Aku lelah. Ijinkan aku untuk istirahat.” Pintanya kemudian.
             “geuraeh. Jalja.” Ujarku. Aku segera bangun karena sedari tadi aku masih berada diatasnya.
∞∞∞
             Hari ini pagi-pagi sekali, aku melihat Jiyeon sudah rapi dengan seragam sekolah yang ia kenakan. Ia pergi keluar tanpa berpamitan kepadaku. Aku segera bangun dan membersihkan diri.
             Setengah jam kemudian aku sudah siap pergi kekantor. Aku melihat Jiyeon diruang makan bersama Lee Joon dan Ahjumma.
             “Lee Joon oppa aku ingin kau mengantarku ke sekolah hari ini. Kau mau?” tanya Jiyeon saat aku mulai duduk. Lee Joon menatapku seolah meminta ijin padaku. Aku menunduk.
             “Geundae…” jawaban Lee Joon menggantung.
             “Aku sedang ingin pergi bersamamu Lee Joon oppa. Ne? jebalyo…” Jiyeon memohon pada Lee Joon. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban iya.
             “Baiklah.” Jawab Lee Joon kemudian.
∞∞∞
Author POV
^Kirin Art High School^
             “Eonni-a. Kenapa wajahmu pucat sekali?” Tanya Gyuri setelah ia mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga.
             “Ah. Aniyo. Gwaenchanhayo.” Jawab Jiyeon.
             “Jeongmal… gwaenchanha?” Tanya Gyuri lagi meyakinkan.
             “Eo.”
∞∞∞
“Hana, Dul, Set, Net,” teriak semua siswa. Hari ini Jiyeon ada kelas olahraga. Saat Lee seonsaengnim mengganti gerakan, Jiyeon tiba-tiba pingsan. “Jiyeon!” pekik Gyuri. Ia tepat berada disamping Jiyeon.
“Kalian lanjutkan saja olahraganya. Gyuri, nanti tolong bawakan tasnya.” Perintah Lee seonsangenim.
∞∞∞
^Seoul Emergency Center^
“dia hanya kelelahan saja. Sepertinya dia kurang istirahat. Dia akan baik-baik saja setelah beristirahat sebentar.” Ujar Jang uisa.
“Ah ne. kalau begitu, aku akan menghubungi orang tuanya.” Ujar Lee seonsaengnim.
“Ah. Gwaenchanha. Tidak perlu. Saya mengenal keluarga Jiyeon. Jadi, seonsaeng bisa kembali ke sekolah.” Jang uisa kembali keruangan Jiyeon dirawat. “Jiyeon ssi. Apakah kau sering melakukan ‘itu’ dengan Myungsoo belakangan ini?” Tanya Jang uisa.
‘Pertanyaan macam apa itu? Kenapa dia menanyakan privasi seseorang?’ gerutu Jiyeon.
“Jiyeon ssi?”
“Waeyo?” Tanya Jiyeon.
“Kau belum menjawab pertanyaanku. Ini sangat penting untuk kesehatanmu.”
“Ah baiklah. Ne seminggu ini Myungsoo sering memaksaku melakukannya. Tapi semalam aku menolaknya.” Jiyeon menunduk malu. Jang uisa adalah teman Myungsoo. Namja pula. Jiyeon menggaru tengkuknya yang tidak gatal.
“Aish… dia masih saja yadong. Bagaimana bisa dia melakukannya dengan anak usia 17 tahun seperti Jiyeon ini? Seharusnya ia menahan nalurinya setidaknya sampai istinya benar-benar siap.” Jang uisa menggerutu. Sedetik kemudian, Jang uisa meraih ponselnya. Menghubungi Myungsoo.
“Ah, ini Myungsoo-ya. Dongwoo. Datanglah ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu. Palliwa. Ah iya temui aku dikamar Jiyeon. Kebetulan ia sedang disini.” Perintahnya. Ia mengakhiri panggilannya.
“Jiyeon ssi. Apakah kau meminum pil yang aku berikan?” Tanya Jang uisa pada Jiyeon.
“Ne. aku meminumnya.”
“Baguslah. Sebaiknya kau istirahat. Sebentar lagi Myungsoo akan datan menjemputmu.”
“ne Uisanim. Ah tapi… kenapa kau tadi bertanya tentang privasiku?”
“ah… itu. Kau pingsan karena kau kelelahan setelah melakukannya.” ujarnya. Ia pergi setelah mengatakan hal itu.
∞∞∞
^Woollim Group^
Myungsoo tampak sedang terburu-buru. Ia memerintahkan Lee Joon untuk tetap berada diruangannya. “Aish… kenapa dia tiba-tiba meneleponku? Marah-marah lagi. Jiyeon? Kenapa dia? Apakah dia terluka? Sakit? Tapi, tadi pagi dia sehat. Apakah dia hamil? Ah itu tidak mungkin. Aku sudah memberinya obat agar dia tidak hamil. Lalu kenapa Jiyeon?” Myungsoo menggerutu sendiri.
∞∞∞
^Seoul Emergency Center^
Sesaat kemudian Myungsoo tiba dirumah sakit. Ia segera menanyakan ruangan Jiyeon. Seorang perawat membawanya sampai depan kamar Jiyeon. “Chagi-a.” ujarnya setelah sampai didalam ruangan Jiyeon. Ia melihat Jiyeon sedang duduk melamun diatas ranjangnya. “Chagi-a neo gwaenchanha? Kenapa kau bisa disini? Kau sakit apa? Apakah kau hamil?” Tanya Myungsoo. Jiyeon hanya menggeleng sambil tersenyum. Melihat ekspresi Myungsoo saat ini.
“Wae? Kalau seandainya aku hamil, apakah kau ingin aku menggugurkannya?” Jiyeon! Apakah kau sudah gila? Myungsoo tidak akan tega menyuruhmu menggugurkan kandunganmu kalau kau hamil.
“Anyeo. Aku akan menyuruhmu untuk merawat bayiku. Tapi kau tidak hamil kan? Ujianmu empat bulan lagi. Kalau kau hamil, perut besarmu akan terlihat saat ujian.” Ujar Myungsoo kemudian.
“Oh Myungsoo-ya. Kau sudah datang.” Sambung seorang dokter tiba-tiba.
“Wae? Kenapa kau tiba-tiba menyuruhku untuk datang eoh? Kau membuatku khawatir tentang kesehatan Jiyeon.” Bentak Myungsoo pada Jang uisa.
“Ya! Ada yang ingin aku katakan padamu.”
“Mwonde? Malhaebwa!”
“Ya! Kau tau? Istrimu berada disini karena ulahmu. Dia kelelahan. Aku tau, dia istri sah mu. Tapi setidaknya biarkan dia beristirahat. Tahanlah nalurimu untuk sementara sampai Jiyeon benar-benar siap untuk melakukannya. ara?” jelas Dongwoo.
“Tapi dia tidak pernah menolaknya.”
“Ya! Walau bagaimanapun dia masih belum cukup umur. Usianya masih 17 tahun. Sedangkan kau, kau lebih pantas dipanggil ahjussi olehnya.”
“Geumanhae!” teriak Jiyeon kesal. “Jang uisa. Aku akan menjaga kesehatanku dan mencoba untuk menolaknya bermain denganku. Dan kau Myungsoo oppa. Kalau kau terus seperti ini lama-lama aku bisa bosan denganmu. Dan… mungkin saja aku akan berpaling dengan JB.” Suara Jiyeon menurun.
“Mwo? JB?” Tanya Dongwoo dan Myungsoo bersamaan.
“eo. JB. Wae? Dia tidak kalah tampan bukan?”
“Ya! Apakah kau sedang memuji pria lain didepanku? Sejak kapan kau seperti itu?” Tanya Myungsoo.
“Ah, sebaiknya aku pergi saja. Aku tidak ingin mengganggu. Annyeong.” Pamit Jang uisa.
“Sejak kau mulai tertarik pada IU eonni.”
“Mwo? IU? Ya! Aku sama sekali tidak tertarik padanya!”
Dan bla bla bla…
Myungsoo dan Jiyeon berdebat. Sejenak Jiyeon lupa dengan perkataan wanita misterius seminggu yang lalu. Sepertinya ia akan mengurungkan niatnya untuk bercerai dengan Kim Myungsoo.
∞∞∞
Satu bulan telah berlalu. Seperti yang Dongwoo sarankan, Jiyeon selalu menolak melakukan ‘itu’ dengan Myungsoo. Tidak. Bukan karena saran Dongwoo. Tapi karena ia sudah bosan meminum pil setiap hari dan alasan lainnya adalah untuk karena ia ingin segera bercerai dengan Kim Myungsoo. Wanita misterius itu datang lagi pada Jiyeon dua hari yang lalu. Dia kembali memaksa Jiyeon untuk bercerai dengan Kim Myungsoo. Wanita itu mengatakan kalau Jiyeon tidak segera berccerai dengan Myungsoo ia akan melakukan apa pun agar Jiyeon bercerai dengan Myungsoo.
Jiyeon sedari tadi menggenggam sebuah kertas yang diselipkan diantara lembaran buku matematikanya. Kertas itu berisi surat cerai. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkannya. Tangannya mulai gemetar. Namun akhirnya ia mengurungkan niatnya dan menyelipkan kembali surat cerainya.
“Oppa, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Jiyeon. Myungsoo hanya bergumam. Ia masih menatap layar computer yang ada dihadapannya. “Oppa…” panggil Jiyeon lagi. Myungsoo akhirnya pergi meninggalkan komputernya dan duduk disamping Jiyeon.
“Wae?” Tanyanya.
“Apakah oppa selalu membaca berkas-berkas yang perlu oppa tanda tangani?”
“Ani. Aku tidak pernah membacanya. Aku hanya menandatanganinya saja. Tapi… kenapa kau menanyakan hal itu?” tanyanya heran.
“Aniyo. Aku hanya bertanya saja. Kalau misalnya salah satu berkas itu berisi surat cerai, dan kau sendiri tidak menyadarinya. Apa yang akan oppa lakukan?”
“Apa maksudmu?” Myungsoo semakin bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh istrinya.
“Aniyo. Aku hanya bertanya saja.”
“Jangan pernah membahas tentang perceraian lagi. Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu. Arasseo?!” bentak Myungsoo. Jiyeon hanya bisa menunduk. “Chagi-a… kau marah lagi?” Tanya Myungsoo saat melihat istrinya seperti orang ketakutan. Jiyeon tidak berani mengangkat wajahnya menatap Myungsoo. Ia terus menunduk sampai akhirnya Myungsoo meraih dagu Jiyeon dan membuatnya menatap Myungsoo. “Mianhae. Aku melakukannya lagi. Aku tidak ingin kita bercerai. Sampai kapanpun.” Ujar Myungsoo. Ia memeluk Jiyeon erat. Jiyeon terdiam sesaat dan membalas pelukan Myungsoo. “Chagi-a. Besok restoranku akan mengadakan acara peresmian bangunan baru. Kau mau kan ikut merayakannya? Sekalian aku ingin mengenalkanmu pada semua karyawanku. Seingatku selama kita menikah belum pernah aku mengenalkanmu pada mereka.”
“Terserah kau saja.” Jawab Jiyeon pasrah.
∞∞∞
“Kau yakin akan menggunakan pakaian ini?” Tanya Gyuri pada Jiyeon yang hanya menggunakan celana jeans panjang dan jaket pink. Hari ini Jiyeon akan pergi ke acara besar. Ingat! ACARA BESAR. Mana mungkin dia hanya menggunakan pakaian seperti itu. Gyuri segera bertindak. Ia menghubungi seorang desainer, hairstylist, dan wardrobe pribadinya untuk mengatasi Jiyeon.
Beberapa jam kemudian desainer, hairstylist, dan wardrobe Gyuri keluar dari ruangan pribadi Gyuri disusul dengan Jiyeon dibelakangnya. Gyuri tampak terkejut melihat Jiyeon. “Eonni! Yeppeuda…” pujinya kemudian. Jiyeon sedikit merasa tidak nyaman dengan dress yang ia gunakan dan satu lagi. Jiyeon tampak kaku menggunakan High heels. Ia tidak pernah menggunakan high heels sebelumnya. Jadi wajar saja kalau ia sangat kaku. Tapi, Gyuri selalu bisa mengatasi masalah Jiyeon. Ia mengajari Jiyeon melangkah satu persatu. Dan tidak lama, langkah Jiyeon mulai terliat seperti seorang model. “Eonni! Ghaja. Acaranya akan segera dimulai.” Gyuri menarik lengan Jiyeon dan pergi menuju Woollim Group.
∞∞∞
Myungsoo sejak tadi menunggu seseorang. Ia tak kunjung datang. Myungsoo melirik jam tangannya beberapa kali. “Myungsoo oppa!” Panggil Gyuri. Myungsoo menoleh kearah sumber suara dan pandangannya terhenti pada sosok yeoja yang saat ini berjalan beriringan dengan sepupunya. Gyuri. Jiyeon berjalan tepat disamping Gyuri. Ia menjadi pusat perhatian semua orang yang ada didalam gedung tersebut.
Myungsoo masih menatap Jiyeon yang berjalan mendekatinya. Ini pertama kalinya ia melihat Jiyeon mengenakan dress dan high heels. “Yeppeuda…” gumam Myungsoo.
“Oppa…” suara lembut Jiyeon sukses membuat Myungsoo tersadar dari dunia khayalannya. “Mianhae aku terlambat datang.” Lanjut Jiyeon.
“Ah gwaenchanha.”
“Baiklah. Acara peresmian bangunan yang baru akan segera kami mulai. Kepada Presdir Myungsoo dipersilahkan.”
“Terima kasih kepada semuanya. Terutama kepada appa dan eomma yang telah membantu. Dan juga kepada karyawan KMS High Restaurant yang telah berkerja keras. Dan untuk samcheon juga imo. Chukhahae atas kembalinya putri kalian yang tak lain adalah istriku. Jiyeon.” Semua orang memusatkan perhatiannya pada Myungsoo. Myungsoo yang merasa bahwa dirinya terlalu banyak bicara akhirnya membuka acara peresmian tersebut.
Myungsoo dan Jiyeon tampak sedang berjalan berdampingan menuju letak bangunan baru yang berada tepat disebelah gedung restoran Myungsoo dan diikuti oleh para undangan. Myungsoo meraih gunting yang dibawakan oleh seorang wanita berpakaian rapi. Myungsoo juga meraih tangan Jiyeon agar ikut memegang gunting yang dipegangnya. Myungsoo mulai memajukan tangannya dan menggunting pita merah muda yang ada dihadapan. Dan sesaat kemudian pita itu telah terpotong dengan sempurna yang disusul dengan tepuk tangan dari semua undangan.
Disisi lain seorang yeoja melihat acara Myungsoo dari kejauhan seraya tersenyum remeh. “Myungsoo oppa. Aku tidak akan membiarkanmu terus bersama gadis itu.”

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar